RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Keluaran 7-9
Nas: Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, .... (Efesus 5:15)
Menentukan Diri
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup..., " demikian firman Tuhan lewat Rasul Paulus. Ada banyak alasan penting mengapa Tuhan bertitah demikian. Namun, salah satu alasan itu adalah karena bagaimanapun kita menghidupi hidup ini, kita-lewat itu semua-sebenarnya menentukan diri menjadi seperti apa kita di hadapan Tuhan. Apa artinya?
Lewat sikap dan tindakan kita-yakni lewat apa pun yang kita lakukan maupun yang tidak kita lakukan-kita menentukan diri apakah kita menjadi orang yang jujur, atau penipu; menjadi orang yang penuh belas kasihan, atau orang yang kejam; menjadi pengampun, atau pendendam; penuh perhatian, atau tak peduli; penyabar, atau pemarah; bijaksana dalam tiap hal, atau ngawur dan sembrono; dan sebagainya. Lewat tiap sikap dan tindakan kita, kita menentukan diri apakah kita menjadi anak terang, atau anak kegelapan.
Ada fakta yang perlu kita ingat, proses penentuan diri itu berlangsung tiap saat, dalam semua hal, sepanjang hayat, dan tidak terhindarkan. Ya, benar, tidak terhindarkan. Dalam momen apa pun, lewat apa pun yang kita lakukan maupun yang tidak kita lakukan, lewat tiap keinginan dan ketidakinginan kita, kita menentukan diri. Sama sekali tak ada kemungkinan bagi kita untuk menghindar dari proses penentuan diri itu, seumur hidup kita.
Maka, pertanyaannya, hendak kita jadikan seperti apa diri dan hidup kita di hadapan Tuhan? Makin dekat kepada-Nya, atau justru makin jauh? "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup...." --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: PENGKHOTBAH 11:9-12:8
Bacaan Setahun: Keluaran 10-12
Nas: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan, "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya." (Pengkhotbah 12:1)
Sejak Muda
Sebuah ungkapan bernada humor mewakili keinginan banyak orang: Sewaktu kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Ungkapan ini sebenarnya mengandung sindiran, di mana orang-orang sangat ingin memperoleh segalanya serta memuaskan keinginannya, tanpa melakukan upaya apa pun. Semuanya berpusat pada diri sendiri serta kesenangannya.
Penulis kitab Pengkhotbah juga mengajak orang-orang muda untuk bersuka dan menikmati masa muda mereka. Namun, ini bukanlah sesuatu yang dilakukan tanpa batas. Ada rambu-rambu yang harus diingat. Bahwa semua perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Karenanya, kita harus menjalaninya seturut kehendak-Nya. Kunci untuk menjalani hidup yang benar ini ialah dengan mengingat Pencipta kita. Menempatkan Allah senantiasa di dalam pikiran kita. Tidak melupakan-Nya dalam menjalani setiap langkah. Dan ini seharusnya kita lakukan sejak muda, tidak menunggu tua dulu.
Ketika kita hidup menaati Allah sejak muda maka berbagai potensi serta tahun-tahun energik yang kita miliki di masa muda dapat menjadi persembahan yang membesarkan nama-Nya. Kita juga dapat terhindar dari berbagai dosa serta hidup yang cemar. Dan kita akan terhindar dari penyesalan yang tiada guna. Kalau ternyata Allah memberi kita kesempatan hidup hingga masa tua, kita tentu memiliki lebih banyak waktu untuk berkarya bagi-Nya. Andaipun masa muda kita telah lewat, kita masih dapat mengingatkan kebenaran ini kepada orang-orang muda serta meneladankan hidup yang benar sehingga mereka menjalani hidup yang bermakna dan memuliakan Tuhan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: AMSAL 6:6-11
Bacaan Setahun: Keluaran 13-15
Nas: Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah kelakuannya dan jadilah bijak. (Amsal 6:6)
Belajarlah dari Semut
Saya mengingat dongeng sebelum tidur yang pernah ayah saya ceritakan. Ada dua sahabat baik, semut dan belalang. Semut binatang yang rajin dan bekerja keras mengumpulkan makanan sepanjang musim panas. Belalang sebaliknya, bermalas-malasan selama musim panas dan tidak mengumpulkan makanan sama sekali untuk musim berikutnya. Belalang bahkan sering mengolok-olok semut yang sedang bekerja. Ketika musim dingin tiba, sadarlah belalang bahwa ia tidak memiliki persediaan makanan sama sekali, sedangkan semut bisa bertahan.
Amsal kita hari ini menegur orang-orang pemalas. Kata "malas" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 'tidak mau atau segan melakukan sesuatu'. Pemalas juga orang yang senang menunda-nunda pekerjaan dan selalu ada alasan untuk tidak bekerja. Penulis Amsal mendorong setiap pembacanya untuk belajar dari binatang semut dalam hal rajin bekerja dan mengantisipasi kesulitan yang bakal dihadapi dengan bijak. Senada dengan itu, Rasul Paulus juga menegaskan kebenaran yang sama, "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2Tes. 3:10). Selain rajin, semut juga binatang yang proaktif melakukan sesuatu, meski tidak ada pemimpin atau pengaturnya, semua bisa terselesaikan dengan baik.
Karena itu, sebagai orang percaya, kita seharusnya melakukan pekerjaan yang Tuhan sediakan dengan rajin. Allah sangat menghargai orang yang rajin, bukan pemalas. Sikap bermalas-malasan dan menunda-nunda tidak akan memberikan manfaat apa pun, bahkan merugikan diri sendiri dan berdampak buruk pada orang-orang lain di sekitar kita. Sebuah pelajaran yang berharga dan relevan dari semut kiranya dapat kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari. --DSK/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: BILANGAN 23:4-12
Bacaan Setahun: Keluaran 16-18
Nas: Lalu kata Balak kepada Bileam, "Apakah yang kaulakukan kepadaku? Untuk mengutuki musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka." (Bilangan 23:11)
Serapah Pembawa Berkah
Nenek itu menyaksikan sendiri pemuda urakan itu menjatuhkan tongkat yang ia letakkan dekat bangku tempat duduknya. Tentu saja, ia menyuruh pemuda itu mengembalikannya ke tempat semula. Dengan lagak tak tahu apa-apa, pemuda itu pura-pura tak mendengar. Permintaan si nenek diabaikannya. Akhirnya, dengan jengkel dan mengomel, nenek itu beranjak dari bangku untuk mengambil sendiri tongkatnya yang jatuh itu. Tahu-tahu, ... gedubraak! Hanya terpaut beberapa detik, sebuah benda logam besar jatuh dari loteng, tepat menimpa bangku tempatnya duduk tadi. Selamatlah nenek itu dari bencana.
Bileam adalah tukang tenung andalan raja Moab, Balak. Namun, kitab Bilangan pasal 22-24 menceritakan kejadian yang mengherankan. Bermula dari perasaan terancam akan kedatangan bangsa Israel maka Balak sengaja mengupah Bileam untuk mengutuki bangsa itu (lih. Bil. 22:5-6). Namun, melalui liku-liku berbagai kejadian yang serba janggal, nyata bahwa Bileam tak kuasa menolak perintah dan campur tangan Tuhan (ay. 8). Alih-alih mengutuki Israel, akhirnya Bileam malah memberkati bangsa itu (lih. Bil. 23:18-24).
Cara Tuhan memberkati sungguh tak terbatas. Bahkan acapkali tak disangka-sangka. Kita memang sering dibuat jengkel, kesal, dan marah oleh kehadiran orang-orang tertentu yang di mata kita membawa kerugian dan petaka saja. Ingin rasanya kita berteriak agar Tuhan menyingkirkan mereka dari kehidupan kita. Bersabar dan percayalah kepada kuasa serta hikmat Tuhan untuk memberkati kita. Seorang yang berniat buruk sekalipun dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya demi menghadirkan selamat dan berkat bagi kita. --PAD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: LUKAS 16:1-13
Bacaan Setahun: Keluaran 19-21
Nas: "Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." (Lukas 16:9)
Mempergunakan Mamon
Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur adalah salah satu pengajaran Yesus yang sulit dipahami. Jika tidak teliti, kita bisa berkesimpulan bahwa Yesus sedang memuji seorang manajer yang boros, licik, dan curang. Ia terbukti memboroskan harta tuannya sehingga terancam dipecat. Lalu ia memanggil orang-orang yang berutang kepada tuannya, serta membuat surat utang baru dengan mengurangi jumlah utang mereka. Para debitur itu pun senang. Nantinya, ketika sang bendahara itu dipecat, banyak orang yang bersedia menolongnya sebagai bentuk balas budi. Yesus memuji kecerdikannya dalam mempergunakan Mamon sehingga ia beroleh banyak relasi yang menguntungkannya.
Mamon berarti 'kekayaan atau keuntungan'. Kata ini berasal dari bahasa Aram, tetapi ada juga menyebutnya dari bahasa Kasdim, mengacu kepada harta benda atau uang. Ada kuasa di dalam Mamon yang bisa membangkitkan keinginan manusia untuk menyembah dan mendewakannya. Itu sebabnya, ia dibayangkan sebagai oknum jahat yang menuntut seluruh hati manusia sehingga ia bahkan dapat membuat orang berpaling dari Allah.
Apakah kita diminta memusuhi Mamon? Apakah Tuhan meminta kita anti terhadap kekayaan? Tidak! Dia hanya ingin agar kita mengelola dan menggunakannya dengan bijaksana. Dengan uang, kita bisa melakukan banyak hal, termasuk dalam menjalin relasi yang baik dengan banyak orang. Mempergunakan Mamon secara bijak akan memampukan kita menolong serta memberkati banyak orang. Namun, jangan sampai kita diperbudak olehnya. Kita harus menjadi tuan atasnya, serta mengelolanya seturut kehendak Tuhan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 11:1-9
Bacaan Setahun: Keluaran 22-24
Nas: Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari sana ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. (Kejadian 11:8)
Tuhanlah yang Terbesar
Perlombaan antariksa kini menjadi bagian dari banyak negara di dunia, tidak hanya Amerika Serikat dan Rusia. Keberhasilan suatu misi ke luar angkasa yang mereka usung bukan hanya untuk membuktikan kehebatan kekuatan sains yang mereka miliki, melainkan juga menaikkan derajat bangsa itu di antara negara-negara lain, yang kemudian akan mendorong munculnya banyak investasi terhadap proyek yang mereka kerjakan sehingga negaranya akan semakin maju.
Pada hari ini mungkin kita juga menjadi bagian dari dunia yang selalu berkompetisi. Selalu saja ada tuntutan untuk menjadi lebih hebat. Bahkan ketika sudah berhasil mengungguli yang lainnya, kita jadi cenderung membanggakan diri hingga merasa bahwa kita dapat memegang kontrol atas hidup kita sepenuhnya, tidak lagi membutuhkan Tuhan. Bagaimanapun, Dia tidak menyukai kesombongan sehingga ketika kita mencoba untuk "melangkahi-Nya", Dia akan menunjukkan kalau kuat kuasa-Nyalah yang di atas segalanya sehingga kita dengan segera akan jatuh ke bawah, sebagaimana kisah pembangunan menara Babel yang terhenti setelah tiba-tiba Tuhan mengacaukan bahasa mereka.
Jadikanlah Tuhan sebagai yang terbesar dalam hidup kita, sekalipun banyak orang mungkin sudah bertepuk tangan atas pencapaian hebat yang telah kita raih. Ketika Dia jauh dari kita, sungguh kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan hal yang nampaknya mudah sekalipun akan menjadi sangat sulit dan menimbulkan kekacauan atas hidup kita. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar