RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yehezkiel 13-15
Nas: Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (Roma 6:11)
Arti dan Bakti
Manusia baru merasa hidupnya memiliki arti bila orang lain menghargainya dari jabatan dan status sosial yang melekat pada dirinya, pekerjaan yang dilakoni, apa yang dimiliki, atau dari prestasi dan pencapaian yang diraih. Sebaliknya, ia merasa hidupnya kosong dan tanpa makna bila ia tidak memiliki semua itu dan tidak adanya pengakuan dari orang lain.
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan bahwa setiap orang percaya telah ditebus oleh Kristus. Oleh karena itu, dosa tidak boleh lagi berkuasa atas dirinya. Ia sudah mati bagi dosa dan sekarang hidup dalam kasih karunia Allah. Orang percaya tidak boleh lagi menyerahkan diri untuk menjadi hamba dosa dan dipakai sebagai senjata kelaliman. Ia harus terus berusaha hidup di bawah kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah itulah yang membuatnya tidak lagi berada dalam kondisi mati karena dosa, tetapi sekarang hidup dalam hidup yang baru. Hal inilah yang sesungguhnya memberi arti dan makna pada diri manusia.
Hidup orang percaya menjadi bermakna karena memperoleh penebusan dari Allah dalam Kristus. Hidup ini jadi punya arti justru karena diserahkan sepenuhnya kepada Allah dan hidup hanya untuk Allah saja. Hidup menjadi punya arti karena menjadi alat di tangan Allah untuk menyatakan kasih, keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera. Inilah bentuk bakti kepada Allah. Arti hidup kita adalah tidak lain berbakti kepada Allah dalam Kristus Sang Penebus, dan mewujudkan bakti itu dalam tindakan kasih kepada sesama. Tanpa semuanya ini maka sesungguhnya hidup kita tidak punya arti apa-apa. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ROMA 16:1-16
Bacaan Setahun: Yehezkiel 16-17
Nas: Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. Salam kepada Persis yang kukasihi, yang telah bekerja sangat keras dalam pelayanan Tuhan. (Roma 16:12)
Banting Tulang
Kita mengenal kata "banting tulang" untuk menggambarkan perilaku kerja keras yang disertai pengorbanan untuk mencapai sebuah tujuan, dan terkadang terlalu berlebihan sehingga bisa memberikan dampak buruk bagi pelakunya. Demi mengejar target, seorang karyawan rela bekerja tanpa kenal waktu dan tanpa lelah. Demi sebuah prestasi, seorang atlet menambah waktu latihan lebih lama sementara yang lain memilih beristirahat. Tujuan hidup memengaruhi upaya seseorang. Semakin besar tujuan hidupnya, semakin besar upaya untuk mencapainya.
Paulus menyebut beberapa nama wanita yang sampai membanting tulang demi Injil Kristus tersebar di berbagai tempat. Trifena dan Trifosa adalah sebagian kecil dari begitu banyak wanita yang punya peran besar dalam pelayanan Rasul Paulus. Mereka, seperti kata Paulus, tidak hanya mendukung pekerjaan Tuhan menurut kemampuan mereka, tetapi mereka telah bekerja sangat keras dan bahkan mungkin mengorbankan banyak hal demi tujuan Injil Kristus semakin meluas. Demi keselamatan jiwa-jiwa, mereka membanting tulang untuk turut bekerja melayani Tuhan.
Di masa kini banyak pengikut Kristus menjalani panggilan hidup untuk melayani Tuhan. Namun, apakah mereka melayani Tuhan dengan sepenuh hati? Lagi-lagi tujuan dari pelayananlah yang akan memengaruhi sikap hati dan upaya seseorang. Jika tujuan sebuah pelayanan tidak lagi murni untuk menyenangkan hati Tuhan maka jangankan membanting tulang atau berkorban, ia bahkan tidak bersedia melayani ketika dirinya tidak diuntungkan. Banyak orang bisa bekerja melayani Tuhan, tetapi tidak banyak yang benar-benar sampai membanting tulang demi menyenangkan hati Tuhan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YESAYA 1:21-31
Bacaan Setahun: Yehezkiel 18-20
Nas: "Aku akan berbalik melawanmu dengan tangan-Ku: Aku akan memurnikan perakmu, dan akan menyingkirkan segala kotoran darimu." (Yesaya 1:25)
Pemurnian dari Tuhan
Ada banyak kasus ketidaksetiaan pasangan di dalam rumah tangga, suami yang mempunyai wanita lain atau sebaliknya istri yang mempunyai pria lain. Sesungguhnya, suami atau istri tersebut telah mengecewakan pasangannya masing-masing. Mungkinkah seorang yang telah mengecewakan pasangannya dapat diberi kesempatan dan diterima kembali?
Umat Tuhan di Yerusalem telah berubah setia seperti seorang pelacur. Mereka hidup dalam kejahatan, ketidakadilan, pemberontakan, suap dan sogok, serta ketidakpedulian kepada yang lemah, seperti anak-anak yatim dan janda-janda. Kasih mereka kepada Tuhan digambarkan sudah tidak murni lagi karena mereka hidup mengikuti keinginan mereka sendiri dan ilah-ilah bangsa lain.
Keadaan inilah yang membuat Tuhan bertindak untuk memurnikan kembali umat pilihan-Nya. Tuhan bermaksud untuk membersihkan umat-Nya dari kejahatan dan memulihkan suatu kaum sisa yang bertobat. Pemurnian ini dimulai dari para pemimpin, baik hakim maupun penasihat, sehingga diharapkan umat Tuhan akan mendapat pimpinan dan teladan baik dari tindakan para pemimpinnya (ay. 26). Mereka yang bertobat akan dipulihkan, tetapi bagi yang tetap tidak bertobat mereka akan mendapat penghukuman yang dahsyat.
Mungkinkah kita yang telah berlaku tidak setia dapat mengalami pemulihan? Tentu. Pemulihan adalah karya Tuhan yang penuh kasih bagi anak-anak-Nya. Dia ingin anak-anak-Nya berbalik dari kelakuannya yang tidak setia. Marilah kita bersedia membuka hati dan dimurnikan oleh Tuhan, sekalipun prosesnya mungkin tidak mengenakkan. Kita percaya bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 PETRUS 4:7
Bacaan Setahun: Yehezkiel 21-22
Nas: ... kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. (1 Petrus 4:7, TB)
Keheningan Hati
Dalam doa-doa, kita melakukan banyak hal: menaikkan syukur, menghaturkan pujian, memanjatkan permohonan, juga curhat dan berkeluh-kesah. Namun, berdoa adalah berdialog dengan Tuhan. Maka, kita juga perlu mendengarkan suara Tuhan. Henry Nouwen bahkan berkata, berdoa itu terutama adalah mendengarkan suara Tuhan.
Namun, seperti dunia di sekitar kita, hati kita-tiap waktu, sepanjang hayat-dipenuhi pelbagai pikiran, perasaan, hasrat, kecenderungan, kepentingan, keinginan, penolakan, keterikatan, pengingkaran, dll. yang desak-mendesak, tarik-menarik, berebut dominasi atas diri kita. Tidak ada korban berdarah-darah di dalam sana, tetapi hiruk-pikuk kekisruhan di sana tidak kalah gemuruh dibandingkan dunia yang terhampar di hadapan kita.
Oleh karena itulah Rasul Petrus berpesan, "Kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Mengapa demikian? Karena pada akhirnya bukan situasi di luar, melainkan hati kitalah yang menentukan. Sunyi dan hening suasana di luar tidak memberi kita jaminan untuk mendengarkan suara Tuhan selama hati kita gemuruh oleh pelbagai hal yang berebut dominasi atas diri kita. Ketika kita hendak mendengarkan suara Tuhan, yang kita perlukan adalah keheningan hati, agar hanya suara Tuhanlah yang kita dengar.
Firman Tuhan sungguh benar. Kala keheningan dan keteduhan menguasai hati serta pikiran kita, ketika itulah kita siap untuk mendengarkan dan menerima pesan Tuhan atas diri kita, atas tiap pertanyaan dan pergumulan kita, bahkan atas segalanya. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 5:38-42
Bacaan Setahun: Yehezkiel 23-24
Nas: "Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:41)
Bekerja dengan Cara Berbeda
Saya takjub mendengar cerita seorang penyiar radio senior yang terlihat begitu mengenal para pendengar setianya. Ia bahkan mengetahui kalau ada pendengarnya yang absen untuk menelepon atau berkirim pesan lewat WhatsApp, lalu segera menanyakan kabar ketika orang tersebut kembali muncul saat ia siaran. Tak heran jika penyiar ini begitu disayangi oleh para pendengarnya karena ia tak sekadar bekerja karena tuntutan hidup, tetapi sebagai sarana untuk menjalin relasi dengan orang lain yang dijalaninya dengan ketulusan.
Prinsip yang dijalani oleh penyiar tersebut bisa dianggap konteks luas dari pengajaran firman tentang "berjalan dua mil" ketika ada yang meminta berjalan satu mil. Prinsip yang secara sederhana bisa diartikan memberi atau melakukan lebih dari kewajiban atau tuntutan yang dibebankan kepada kita. Memahami prinsip ini bagi seorang pekerja akan mendatangkan produktivitas kerja yang lebih baik, setidaknya jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja hanya demi memenuhi kebutuhan hidup dan job description dari pekerjaannya.
Tentu tidak salah ketika seorang pekerja kristiani bertindak profesional sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau perjanjian kerja yang disepakati dengan perusahaan. Namun, alangkah luar biasanya "memberi lebih" lewat hal-hal kecil yang dapat kita lakukan, bahkan sekalipun kita tidak dibayar saat melakukannya. Hal itu mungkin tidak langsung diganjar dengan "upah tambahan" oleh perusahaan kita, tetapi yakinlah Tuhan akan memperhitungkan semua itu. Bersediakah Anda melakukannya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: AYUB 5
Bacaan Setahun: Yehezkiel 25-27
Nas: "Dalam usia lanjut engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya." (Ayub 5:26)
Musim Panen
Musim panen adalah momen yang sangat dinantikan di seluruh dunia. Tiap-tiap suku bangsa akan merayakannya sesuai dengan tradisi masing-masing. Namun, ada satu kesamaan dalam merayakan musim panen, yaitu sukacita. Musim panen adalah musim untuk bergembira dan mensyukuri hasil-hasil alam yang melimpah.
Kitab Ayub 5 menasihatkan tentang bagaimana hidup harus dijalani sebelum musim penuaian jiwa tiba. Berkat atau hukuman yang kita terima adalah hal yang lumrah dalam kehidupan. Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah, sebab itu janganlah kita menolak didikan Yang Maha Kuasa (ay. 17). Jika kita dalam penderitaan karena hukuman Allah, hendaklah kita bersabar karena Allah jugalah yang akan menyembuhkan kita. Jika kita menerima ajaran-Nya, kita akan dilepaskan dari kesesakan dan malapetaka (ay. 19). Imbalan terindah dari Allah adalah usia lanjut di dunia, dan ketika mati, kita akan diibaratkan seperti berkas gandum yang dipanen dan dibawa masuk ke lumbung tepat pada waktunya, dalam suasana penuh sukacita (ay. 26).
Tentu saja didikan Allah bukanlah hal yang mudah. Agar menjadi berkas gandum yang "berisi" kita harus menghadapi panas terik matahari, hujan badai, atau hama. Sepanjang hidup kita akan penuh dengan jatuh dan bangun. Ayub adalah contoh hidup yang merasakan langsung "didikan" Allah dan bertahan dalam kesesakan dan penderitaannya. Ia membagikan nasihat-nasihatnya agar kita juga bisa seperti dia. Setiap kali kita merasa sedang "dihajar Allah" ambillah Alkitab, bukalah kitab Ayub, ia adalah orang yang dipilih Allah untuk selama-lamanya dijadikan teladan secara tertulis bagi setiap orang yang berada dalam kesesakan. --REY/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " ANDA BUKAN ORANG ASING, TETAPI KELUARGA KAMI DALAM TUHAN "
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar