RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yehezkiel 31-33
Nas: Prajurit-prajurit juga bertanya kepadanya, "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka, "Jangan merampas dan jangan memeras siapa pun! Cukupkanlah dirimu dengan gajimu!" (Lukas 3:14)
Mencukupkan Diri
Berapakah jumlah gaji yang diinginkan oleh seorang pekerja agar ia merasa puas? Berapakah tabungan di rekening seseorang supaya ia tidak menginginkan uang lebih banyak lagi? Berapakah keuntungan yang diharapkan seorang pebisnis dari usahanya? Tentunya, tidak ada angka baku sebagai jawaban dari pertanyaan ini. Namun pastinya, semua orang menginginkan jumlah maksimal. Ya, semua orang ingin mendapatkan lebih banyak lagi dari apa yang sudah diperolehnya saat ini.
Sayangnya, keinginan kita tidak selalu tercapai. Ada rumusan untuk menentukan besaran gaji seseorang. Pendapatan kita sifatnya terbatas. Bahkan usaha kita tidak selalu menguntungkan. Karenanya, kita seharusnya belajar untuk mencukupkan diri. Belajar mengenali kebutuhan dan membuat skala prioritas. Bijaksana dalam mengelola sumber daya yang ada. Kalau tidak, kita akan tergoda untuk melakukan kejahatan. Menyalahgunakan jabatan. Memanipulasi orang lain. Korupsi. Serta melakukan berbagai tindakan jahat.
Pesan ini ditegaskan Yohanes Pembaptis kepada para prajurit yang telah mendengarkan kebenaran yang dikhotbahkannya. Para prajurit tentunya memiliki solidaritas yang kuat. Mereka juga dipersenjatai dalam bertugas. Mereka bisa saja menyalahgunakannya untuk merampas atau memeras orang lain. Maka, Yohanes mengingatkan mereka untuk mencukupkan diri dengan gajinya. Begitulah salah satu cara hidup yang seharusnya dijalani oleh orang-orang yang mengenal Allah. Namun, pesan ini bukan hanya berlaku untuk para prajurit, tetapi juga untuk saya dan Anda sekalian. Inilah salah satu buah pertobatan yang seharusnya terlihat dalam hidup kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 34-36
Nas: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana Aku membuangmu, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu!" (Yeremia 29:7)
Peka pada Sekitar
Kita hidup dalam sebuah konteks tertentu. Keberadaan kita tidak bisa dilepaskan dari: di mana kita berada, dengan siapa kita berinteraksi, dan apa yang terjadi di sekitar kita. Keberadaan kita sebagai manusia justru menjadi nyata dalam relasi dengan manusia lainnya.
Kepada orang-orang buangan yang berada di Babel, Nabi Yeremia mengirimkan surat berisikan nasihat firman Tuhan yang menegaskan agar mereka menata kehidupan di mana mereka berada saat ini. Nasihat untuk membentuk keluarga dan memiliki keturunan adalah salah satunya. Selanjutnya, firman Tuhan memerintahkan agar umat Tuhan yang berada di pembuangan harus memberi perhatian khusus pada kesejahteraan tempat di mana mereka berada. Perintah ini tentu saja membutuhkan sikap mau peduli dan peka terhadap keadaan di sekitar. Selanjutnya, umat Tuhan pada saat itu perlu bertindak mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka berada.
Umat Tuhan saat ini pun tidak bisa tidak harus memberikan perhatian terhadap kondisi yang ada di sekitarnya, dan memiliki ketajaman kepekaan terhadap realitas sosial yang sedang terjadi di sekitarnya. Kemiskinan, kekerasan seksual, ketidakadilan, tindak kejahatan, perdagangan manusia, intoleransi, kekerasan berbasis agama dan keyakinan, dan masih banyak lagi. Kondisi sosial bermasalah seperti ini ada di sekitar kehidupan umat Tuhan. Umat Tuhan bukan saja harus memiliki ketajaman kepekaan terhadap apa yang sedang terjadi, tetapi juga kemauan dan kemampuan untuk bertindak secara strategis. Di sinilah panggilan untuk mengusahakan kesejahteraan kota itu dipenuhi. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: HAKIM-HAKIM 8:22-35
Bacaan Setahun: Yehezkiel 37-39
Nas: Kemudian Gideon membuat sebuah efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sana semua orang Israel berzina dengan menyembah efod itu. Inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya. (Hakim-hakim 8:27)
Terperangkap Jerat
Orang memasang jerat untuk sebuah maksud. Umumnya jerat dipasang untuk menangkap binatang buruan. Namun, ada orang memasang jerat untuk mengelabui atau menjatuhkan sesamanya. Apa pun tujuannya, penampakan sebuah jerat itu tidaklah menakutkan, bahkan sengaja dirancang untuk menarik hati. Saking menariknya, banyak pihak yang mendekat dan terperangkap bahaya yang tidak pernah disadarinya.
Dalam hidup, banyak jerat yang berusaha menggoyahkan komitmen hati kita. Jerat itu bisa berupa seseorang yang tersinggung karena keputusan yang kita buat. Jerat bisa berupa kondisi tubuh yang begitu lelah. Jerat bisa berupa keinginan sekelompok orang yang ingin mempromosikan kita demi sebuah maksud. Dan jerat itu bahkan bisa berupa keinginan diri untuk dihormati orang lain.
Gideon pun tanpa sadar terjerat oleh keinginan hatinya sendiri yang dipikirnya tidak akan berdampak apa pun. Sejatinya Gideon mampu menunjukkan kerendahhatiannya ketika rakyat memintanya untuk menjadi raja dengan menyatakan bahwa hanya Tuhan yang layak menjadi Raja atas umat-Nya. Gideon memang menolak menjadi raja, tapi ia lengah ketika timbul keinginan hati untuk dihormati. Tergiur dengan limpahan harta jarahan, ia tergoda untuk membuat jubah efod (jubah imam). Dalam hal ini, Gideon telah melakukan pelanggaran karena ia bukanlah orang yang berhak membuat efod. Akibat terburuknya adalah efod itu justru menjadi berhala sesembahan yang membuat hati orang-orang Israel menyimpang dari Tuhan. Ketika hati tidak terjaga dengan baik, sebuah keinginan pun akhirnya bisa menjadi jerat yang membuat dirinya, bahkan orang lain menyimpang jauh dari Tuhan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MATIUS 8:14-17
Bacaan Setahun: Yehezkiel 40-42
Nas: Ia menyentuh tangan perempuan itu, dan demam itu meninggalkannya. Ia pun bangun dan melayani Dia. (Matius 8:15)
Semangat Melayani Tuhan
Terpaparnya sang suami dengan virus Covid-19 tidak menyurutkan semangat Tania untuk melayani Tuhan. Buktinya, tak lama setelah kesehatan suaminya pulih, mereka terlihat melayani dalam ibadah Minggu. Semangat yang sama ditunjukkan oleh Tanto usai sembuh dari pergeseran tulang karena terjatuh. Belum lama dinyatakan sembuh, ia langsung terlihat bermain musik dalam ibadah Minggu, seperti yang dilakukannya sebelum sakit.
Hari ini kita membaca semangat yang sama dalam diri ibu mertua Petrus, yang terserang demam ketika Yesus tiba di rumah Petrus. Jelas Alkitab mencatat bahwa setelah demamnya lenyap, ibu mertua Petrus langsung bangun dan melayani Yesus. Ada kemungkinan Yesus, Petrus, atau istri Petrus mendesak agar wanita itu beristirahat karena baru saja sembuh dari demam, tetapi semangatnya untuk melayani Yesus tampaknya tak bisa dibendung sehingga dicatatlah perbuatannya itu oleh Matius. Selayaknya ibu pada umumnya, mungkin hari itu bentuk pelayanan yang dia lakukan adalah dengan menjamu Yesus yang sudah berkenan datang bertamu ke rumahnya.
Semangat untuk melayani Tuhan memang perlu dipelihara, sekalipun bidang pelayanan kita tak terbatas hanya di lingkup gereja. Hal ini tidak berarti kita mengabaikan pentingnya beristirahat ketika lelah atau baru saja sembuh, dengan alasan, "Aku harus melayani Tuhan!" Tidak. Allah memberi hikmat agar kita dapat menentukan saat yang tepat untuk terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Namun, jangan pernah biarkan semangat kita kendur untuk melayani Dia! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 11:25-30
Bacaan Setahun: Yehezkiel 43-45
Nas: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku, ...." (Matius 11:29)
Rem Kaki dan Kuk
Para gembala kadang-kadang menggunakan "rem kaki" pada dombanya. Ia akan membebatkan beban pada kaki domba yang suka meninggalkan kawanan. Beban ini ringan saja, yang penting cukup untuk menahan si domba agar tidak berkeliaran terlalu jauh. Dengan tetap berada di dekat sang gembala, domba itu belajar percaya kepadanya, dan dalam waktu yang terhitung singkat rem kaki tadi akan dilepaskan.
Tuhan Yesus tidak membebat kita dengan rem kaki, tetapi mengundang kita untuk memikul kuk-Nya. Tujuannya hampir sama. Dia mengundang kita untuk mengalami persekutuan dengan-Nya (1Yoh. 1:3). Dengan memikul kuk-Nya, kita menyerahkan kepada-Nya pemerintahan atas hidup kita. Kita tidak lagi berkeliaran sekehendak hati kita, tetapi mendekat kepada-Nya dan berkata, "Tuhan Yesus, kiranya bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi dalam hidupku."
Tiap-tiap orang memikul kuk tertentu. Apakah yang mengatur dan mengendalikan kehidupan kita? Kuk kita dapat berupa tuntutan atasan di tempat kerja, ketakutan akan apa yang orang pikirkan tentang kita, keinginan untuk bahagia seperti penampilan teman-teman di media sosial, bahkan bisa juga aktivitas pelayanan. Kuk ini menguras energi dan melelahkan batin kita. Kuk Tuhan Yesus, sebaliknya, membangkitkan sukacita, damai sejahtera, dan ketenangan hati.
Kuk manakah yang kita pikul hari ini? --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 2 TIMOTIUS 1
Bacaan Setahun: Yehezkiel 46-48
Nas: Sebab, aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (2 Timotius 1:5)
Iman yang Tulus
Salah satu hal yang dikehendaki Allah agar terus terjadi dalam hidup umat-Nya adalah bertumbuh dalam iman yang sejati. Tidak sedikit Alkitab mencatat teladan tentang orang-orang pilihan Allah mampu menghadapi tantangan dan rintangan sampai akhir hidupnya karena iman yang tertuju kepada Allah. Karena iman, kehidupan umat Allah tak tergoyahkan ketika badai kehidupan datang. Karena iman pula maka kehidupan seseorang memperkenan hati Allah (Ibr. 11:6).
Paulus menyatakan sukacitanya ketika menyaksikan iman yang tulus ikhlas (sejati) yang diperlihatkan oleh Lois, Eunike, dan Timotius. Timotius, sebagai pemimpin jemaat di Efesus saat itu menghadapi begitu banyak tantangan dalam pelayanannya. Tidak sedikit orang menentang, bahkan melancarkan ancaman-ancaman yang secara manusia sangatlah menakutkan. Keadaan ini jelas menimbulkan kegentaran dan bisa membuat seseorang meninggalkan panggilannya. Karena itulah, Paulus terus mengingatkan Timotius untuk selalu mengobarkan karunia Allah dan keyakinan akan penyertaan Allah. Ketulusan iman Timotius tampak dari kesetiaannya memenuhi panggilan Allah sekalipun harus menghadapi banyak tantangan.
Ketulusan iman seseorang akan tampak dari sikap hatinya saat berhadapan dengan tantangan. Seorang yang tulus imannya tidak akan berhenti melayani Allah sekalipun banyak hambatan. Ia tidak merasa kecewa tatkala tidak mendapatkan penghargaan. Alih-alih meninggalkan panggilan Allah, ia semakin giat mengobarkan kasih karunia Allah dalam hidupnya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " ANDA BUKAN ORANG ASING, TETAPI KELUARGA KAMI DALAM TUHAN "
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar