RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yesaya 36-41
Nas: "Aku akan mengambil kamu dari bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri serta akan membawa kamu kembali ke tanahmu." (Yehezkiel 36:24)
Umat yang Istimewa
Menjadi orang yang dianggap istimewa oleh orang lain tentunya merupakan suatu kesukacitaan tersendiri. Hal itu menandakan kalau keberadaan kita diterima dengan sangat baik oleh orang lain. Namun, patut disadari bahwa hal tersebut haruslah dibarengi dengan kesediaan untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik, bukan justru menjadi jemawa dan lupa diri.
Bangsa Israel harus menjalani hidup dalam pembuangan sebagai hukuman Allah karena sikap mereka yang tidak mencerminkan sebagai bangsa yang diistimewakan oleh-Nya. Meski begitu, hukuman tersebut tidak lantas membuat Allah meninggalkan mereka. Bagi-Nya, umat-Nya tetaplah istimewa. Oleh sebab itu, Allah akan menolong mereka, bahkan mengambil dan mengumpulkan serta membawa mereka kembali ke negerinya. Sikap Allah ini menunjukkan 3 hal. Pertama, Allah sangat menyayangi umat-Nya hingga berkenan turun langsung untuk mengambil dan menyelamatkan mereka. Kedua, dalam karya penyelamatan-Nya, Allah sendiri akan menjaga umat-Nya dengan membuat mereka hidup di jalan-Nya melalui hati dan roh yang baru di dalam batin mereka. Ketiga, kedua hal di atas sekaligus merupakan panggilan kepada umat-Nya untuk menjalani hidup di dalam keistimewaan mereka, yakni sebagai umat Allah.
Jika diistimewakan oleh orang lain mendatangkan sukacita maka semestinya kita lebih bersukacita apabila Allah sendiri memandang kita istimewa. Maka dari itu, sebagaimana Allah sangat menyayangi umat-Nya, hendaknya kita pun menjalani hidup bersama-Nya dengan sungguh-sungguh menjalani hidup sebagai umat yang diistimewakan-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YEREMIA 28
Bacaan Setahun: Yesaya 42-44
Nas: Lalu kata Nabi Yeremia kepada Nabi Hananya, "Dengarkanlah, hai Hananya! Tuhan tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta." (Yeremia 28:15)
Kematian Nabi Hananya
Sekilas perkataan nubuat yang disampaikan oleh Nabi Hananya berisi hal-hal yang baik mengenai masa depan umat Allah, yang sedang ada dalam pembuangan di Babel. Penderitaan akan berakhir, segala perkakas Bait Allah akan dibawa pulang, dan kembalinya orang-orang dari masa pembuangan (ay. 2-4), tentu menjadi berita yang ingin mereka dengar. Namun, siapa sangka bahwa perkataan "demi nama Allah" itu ternyata palsu karena Allah tidak berfirman kepada Hananya.
Nabi Yeremia mengungkapkan semua itu, dengan menyebut bahwa Tuhan tidak mengutus Hananya untuk bernubuat seperti itu. Sebaliknya, perkataan Hananya, sekali pun terdengar baik dan memberi harapan, tetapi sejatinya berisi dusta. Sebagai seorang nabi, Hananya seharusnya tidak sembrono karena ia dipanggil hanya untuk menyatakan sabda Allah kepada umat-Nya. Akibat dari kesembronoannya itu, Hananya harus menanggung hukuman karena telah membuat bangsa Israel percaya kepada dusta, yakni kematian pada tahun yang sama seperti perkataan yang disampaikan oleh Yeremia (ay. 16-17).
Mungkin hukuman Allah terhadap Hananya terlihat sangat keras, tetapi itulah bukti ketegasan Allah terhadap manusia yang berani "menyebut nama Allah" untuk kepentingan pribadi atau alasan lain, yang menyimpang dari kebenaran. Mungkin saat ini hukuman yang dialami Hananya tidak lagi berulang, tetapi bukan berarti mereka yang ditugaskan "atas nama Tuhan" untuk menyampaikan firman-Nya (baca: berkhotbah) dapat bersikap sembrono karena Allah tetap akan membuat perhitungan. Berhati-hatilah! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MARKUS 2:1-12
Bacaan Setahun: Yesaya 45-48
Nas: Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, "Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!" (Markus 2:5)
Iman yang Dapat Dilihat
Saat Yesus sedang mengajar di sebuah rumah di Kapernaum, datang kepada-Nya empat orang menggotong seorang yang lumpuh. Harapan dari orang-orang itu ialah kesembuhan bagi si lumpuh. Mereka pulang dengan harapan yang telah terpenuhkan. Yesus mengampuni dosa, lalu menyembuhkan kaki si lumpuh (ay. 5b, 11).
Alkitab menuliskan ada satu hal terjadi sebelum kesembuhan dinyatakan. Satu hal Yesus lakukan sebelum Dia menyembuhkan si lumpuh. Yesus melihat iman mereka (ay. 5a). Artinya, orang-orang itu memiliki iman yang dapat dilihat. Terlihatnya iman dikarenakan adanya perbuatan. Di rumah itu penuh berkerumun orang-orang, bahkan sampai muka pintu (ay. 2). Namun, kondisi itu tidak juga mengurungkan niat mereka untuk masuk. Saat tidak didapati juga jalan untuk masuk, mereka membuka atap rumah, lalu menurunkan si lumpuh (ay. 4). Sejauh itu mereka berbuat karena segenap hati percaya kepada Yesus. Pada kita ada juga harapan. Ada aspek-aspek kehidupan yang kita inginkan untuk Tuhan turun tangan, seperti keuangan, kesehatan atau hubungan rumah tangga. Pertanyaannya, apakah kita memiliki iman yang dapat dilihat? Dapatkah Tuhan menemukan perbuatan yang menunjukkan bahwa segenap hati kita percaya kepada-Nya?
Sesungguhnya, iman yang tidak dapat dilihat bukanlah iman! Tanpa perbuatan, hakikat iman adalah mati, atau dapat dikatakan, sama sekali tidak ada iman (lih. Yak. 2:26). Bagi kita yang rindu melihat harapan menjadi kenyataan, nyatakanlah iman kita! Berbuatlah sesuatu, jangan hanya berdiam! Cara paling sederhana kita memperlihatkan iman ialah tidak berhenti berdoa kepada Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: TITUS 3:1-11
Bacaan Setahun: Yesaya 49-53
Nas: Karena dahulu kita juga hidup dalam kebodohan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. (Titus 3:3)
Dahulu
Secara umum, orang-orang Kreta dianggap sebagai pembohong, binatang buas, serta pelahap yang malas. Begitulah filsuf Epimenides menggambarkan penduduk di tempat asalnya itu. Pernyataan itu kemudian dikutip oleh Rasul Paulus (Tit. 1:12) untuk mengingatkan Titus agar ia menegur keras orang-orang Kristen di sana. Karena, sekalipun mereka mengaku mengenal Allah, tetapi mereka tetap hidup dalam kejahatan. Keadaan itu diperparah dengan hadirnya para pengajar Yahudi yang legalistik, yakni mengharuskan hukum sunat serta berbagai pengajaran Yahudi yang melenceng dari iman Kristen (Tit. 1:10, 14).
Menariknya, Paulus bukan hanya mengecam atau menilai buruk jemaat di pulau Kreta. Ia bahkan mengidentifikasi dirinya dan Titus, juga semua orang Kristen lainnya pernah ada pada posisi mereka, pada masa yang lalu. Ya, dahulu kita semua sama adanya. Hidup sesat dan tidak menaati Tuhan. Terjerat dalam berbagai hawa nafsu dan dosa. Namun, kita menjadi manusia baru ketika kita mengalami kemurahan Allah melalui karya penebusan Kristus. Dia membaharui serta mengubah kita. Maka, kita yang dahulu seharusnya berbeda dengan kita yang sekarang.
Tonggak hidup kita seharusnya dapat dibedakan di antara masa sebelum dan sesudah mengalami keselamatan dalam Kristus. Hidup yang dahulu identik dengan berbagai hal negatif dan buruk, tetapi kini kita hidup mencerminkan teladan Kristus. Hanya Dia yang berkuasa mengubah kita menjadi pribadi baru. Kini, kita dapat menjalani hidup yang berkenan kepada Allah. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 KORINTUS 13
Bacaan Setahun: Yesaya 54-58
Nas: Ketika aku kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (1 Korintus 13:11)
Perubahan dan Kemajuan
Ketika saya berulang tahun yang ke-36, istri saya dan beberapa sahabat mengadakan pesta sederhana. Salah satu sahabat sharing, dia merasa saya bertumbuh dalam kesabaran dan kerendahhatian. Menurutnya, sekarang saya mau menerima dan berubah kalau diberi masukan atau teguran. Dalam mengasuh anak kami yang masih bayi, saya lebih sabar. Saya bersyukur, orang bisa melihat perubahan positif dalam diri saya, itu yang membuat hidup saya maju.
Perubahan menghasilkan kemajuan berlaku kalau sikap kita benar sesuai kebenaran firman Tuhan. Sebagai orang Kristiani, perubahan seharusnya makin mendekatkan kita kepada Tuhan dan sesama, bentuk-bentuk tindakan kasih kita makin bertumbuh dan bisa dirasakan orang lain. Kalau dulu pola pikir kita cenderung egois seperti kanak-kanak yang maunya menang sendiri, kini kita berpikir dewasa, mau mengasihi orang lain. Kalau dulu kita sombong, sekarang berubah menjadi rendah hati. Kalau dulu kita pelit, sekarang kita murah hati. Kalau dulu kita suka menyimpan kesalahan orang, kini kita simpan kebaikan orang.
Mungkin kita benci perubahan karena itu mengganggu zona nyaman, tapi kita harus mau berubah. Tuhan menghendaki adanya perubahan. Jadi, kalau kita merasa hidup kita sama saja selama bertahun-tahun, orang sekitar tidak merasakan adanya kemajuan dalam hidup kita, berarti rohani kita tidak sehat. Orang Kristiani yang sehat pasti terus berubah makin serupa Kristus dan mengalami kemajuan. Saya pun terus berjuang dan memohon pertolongan Tuhan untuk berubah agar terus bertumbuh. Bagaimana dengan Anda? Perubahan secara rohani sangat dibutuhkan kalau kita mau bertumbuh. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 23:1-30
Bacaan Setahun: Yesaya 59-63
Nas: Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya, dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan seluruh Taurat Musa. Sesudah dia tidak muncul lagi raja yang seperti dia. (2 Raja-raja 23:25)
Menjadi Pionir
Prihatin terhadap sungai kotor yang berada dekat rumahnya, saat pandemi Covid-19 melanda, seorang warga memutuskan untuk membersihkannya dan mengisinya dengan ikan-ikan cantik. Daerah itu sekarang menjadi tujuan wisata populer dan dapat membantu kegiatan UMKM di Klaten, Jawa Tengah. Warga itu terus berusaha mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun mandi di sungai demi menjaga kelestarian lingkungan.
Berbeda dari yang lain, menjadi perintis sesuatu yang baik juga dilakukan oleh Raja Yosia yang dengan segenap hati taat kepada Tuhan dan benar-benar tidak menoleransi sedikit pun segala bentuk penyembahan berhala. Sering kali kita terlalu memikirkan pendapat orang lain yang mungkin bernada sinis atau bahkan dapat membuat kita tertekan sepanjang waktu jika kita tidak bertingkah laku seperti yang lainnya. Sehingga kita memadamkan gerakan Roh-Nya yang menginspirasi kita untuk melakukan sesuatu yang dapat memberi arti bagi sesama dan tentunya memuliakan Tuhan.
Kapan pun Roh-Nya menyalakan hati kita untuk menjadi pelaku perubahan yang dapat membawa dampak positif bagi banyak orang, jalanilah hal tersebut dengan kesungguhan hati tanpa rasa takut. Tuhan yang telah menanamkan ide tersebut kepada kita niscaya akan memberikan hikmat apa yang sebaiknya kita lakukan. Dia juga akan membantu kita untuk menangkal segala bentuk kenegatifan yang berusaha menghalangi kegenapan rancangan-Nya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar