RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yeremia 49-50
Nas: Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah. (Efesus 5:2)
Karena Kasih
Seorang juru masak gagal membuat kue (menjadi bantat alias gagal mekar) hanya karena memaksakan diri untuk tetap mengadon meski tubuhnya sudah kelelahan. Seorang anak berkali-kali salah dalam menyalin tulisan dari buku karena ia ingin segera pergi bermain. Kedua kisah ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dengan terpaksa, sesederhana apa pun itu, tidak akan membuahkan hasil yang baik.
Paulus menggugah jemaat Efesus untuk berlaku saleh dengan mengingat kasih Allah melalui pengorbanan Kristus. Sebagaimana Allah melakukan karya-Nya atas dasar kasih, demikian pula semestinya umat dalam menjalani hidup. Kasih Allah menjadikan umat beroleh pembaruan roh dan pikiran sehingga mereka memiliki hidup baru dalam terang. Selayaknya umat mengenakan manusia baru yang penuh kasih untuk menjalani hidup dengan sukacita. Menurut pada kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan. Belajar hidup dalam Roh. Membaktikan diri menjadi persembahan yang hidup bagi Tuhan. Menghasilkan buah-buah rohani. Menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana dan pandai bersyukur.
Menghidupi kesalehan hendaknya dilakukan dengan hati yang tulus. Bukan terpaksa, apalagi sekadar mencari keuntungan yang bersifat duniawi. Supaya tampak rohani dan dihormati, misalnya. Sebab, kesalehan kristiani yang sesungguhnya adalah bukti pembaruan hidup yang diterima karena iman di dalam Kristus. Sekaligus, ungkapan syukur kita atas kasih Allah yang telah lebih dulu dicurahkan dengan sempurna, tulus, dan tanpa pamrih. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: NEHEMIA 9:19-21
Bacaan Setahun: Yeremia 51-52
Nas: "Selama empat puluh tahun Engkau memberikan mereka makan di padang gurun. Mereka tidak berkekurangan, pakaian mereka tidak rusak, dan kaki mereka tidak bengkak." (Nehemia 9:21)
Bukti Pemeliharaan Allah
Brian sejak kecil diajarkan untuk mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan. Kondisi ekonomi orang tuanya yang terbatas membuat keluarga ini hanya bisa bergantung kepada Tuhan. Suatu ketika, saat tiba waktunya membayar SPP, orang tua Brian belum memiliki cukup uang karena usaha penjualan kacamata sedang sepi. Namun, mereka yakin bahwa Tuhan akan menyediakan. Akhirnya, lewat pertemuan "tanpa sengaja" dengan seseorang, ada tiga kacamata yang laku. Uang hasil penjualan kacamata itu pun dipakai untuk membiayai SPP yang Brian perlukan.
Membaca kisah tadi, mungkin ada orang tergoda menimpali, "Ah, itu kan hanya kebetulan." Memang kita tak bisa melarang orang berkomentar seperti itu, tetapi bagi kita yang percaya kepada Allah, sampai hari ini Allah masih bekerja secara ajaib dalam memelihara keperluan umat-Nya. Kisah-kisah yang tertulis di Alkitab tentang penyediaan dan pemeliharaan Allah, hingga janji berkat yang tertulis di sana, ditujukan agar setiap orang percaya senantiasa beriman akan pemeliharaan Allah.
Tentu saja, meyakini pemeliharaan Allah tidak lantas meniadakan kewajiban kita untuk bekerja. Biasanya Allah memberkati umat-Nya lewat apa yang mereka kerjakan. Namun, bukan berarti kita hanya mengandalkan kekuatan, kemampuan, atau hasil dari pekerjaan kita. Allah, dengan cara-Nya yang ajaib, sanggup menyediakan dan memelihara kehidupan umat-Nya, seperti yang pernah Allah lakukan kepada bangsa Israel ketika mereka di padang gurun selama empat puluh tahun. Sudahkah kita percaya akan pemeliharaan-Nya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 6:24-33
Bacaan Setahun: Ratapan 1-2
Nas: Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Kata raja kepadanya, "Sesungguhnya, malapetaka ini dari Tuhan. Untuk apa aku berharap kepada Tuhan lagi?" (2 Raja-raja 6:33)
Saat Menyerah Kalah
Dunia sedang dilanda fakta-fakta yang mengkhawatirkan. Berita-berita mengenai resesi ekonomi seakan sudah menjadi isu global. Beberapa negara yang tadinya mengeklaim dirinya adidaya nyatanya mengakui bahwa dirinya tidak tahan menghadapi resesi, bahkan menyatakan negaranya di ambang kebangkrutan. Dampaknya pun meluas dan memengaruhi negara-negara di dunia ini. Tak ayal, seluruh negara di dunia ini pun sedang dilanda kenyataan yang menakutkan.
Negeri Samaria dilanda resesi hebat akibat pengepungan yang dilakukan oleh tentara-tentara Benhadad. Harga-harga pangan tak terkendali dan bencana kelaparan pun terjadi. Dan fakta mengerikan yang dilihat raja Israel saat resesi itu adalah ketika mendengar langsung kesaksian ibu-ibu yang terpaksa memasak anaknya untuk dimakan bersama hari itu. Hati pemimpin mana yang tidak hancur melihat fakta mengerikan ini? Sungguh, raja Israel sudah hilang harapan sampai-sampai menyalahkan Tuhan atas semua malapetaka yang terjadi.
Resesi dan beratnya tekanan hidup yang kita alami bisa saja membuat akhirnya kita menyerah. Tidak ada jalan keluar dari semua upaya yang kita lakukan. Kita pun hilang harapan dan menganggap Tuhan tidak peduli. Namun, apa pun anggapan negatif kita tentang Tuhan itu tidak membuat Ia murka kepada kita. Sebaliknya, Ia menyadari kepiluan hati kita dan turut merasakannya. Adakah sedikit saja iman untuk kita memercayai-Nya? --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: AMSAL 16
Bacaan Setahun: Ratapan 3-5
Nas: Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka. (Amsal 16:4)
Baik dan Buruk
Pada awalnya, usus buntu (apendiks) dianggap sebagai organ manusia yang tidak berguna dalam sistem tubuh manusia. Kemudian Loren G. Martin, seorang pakar dari Oklahoma State University, menuliskan hasil penelitiannya bahwa usus buntu berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh janin dalam kandungan sejak usia 11 minggu. Setelah bayi lahir, fungsi usus buntu semakin menurun seiring dengan berkembangnya sistem kekebalan tubuh orang dewasa.
Segala yang diciptaan Allah memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Bahkan sesuatu yang buruk juga diciptakan Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Ketika kita menerima otoritas Allah seutuhnya maka kita juga harus menerima seluruh pekerjaan-Nya, termasuk yang tidak kita sukai. Jika kita bisa menerima hasil panen yang melimpah, kita juga harus bisa menerima ketika musim kelaparan tiba. Jika kita bisa menerima keberhasilan dalam hidup maka kita juga harus bisa menerima kegagalan. Jika kita bisa menerima berkat yang melimpah maka kita juga harus bisa menerima malapetaka. Penerimaan atas segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita adalah tanda bahwa kita menyadari sepenuhnya Allah bekerja dalam hidup kita.
Mungkin saat ini kita bertanya-tanya mengapa ada peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan terjadi di dunia ini, mengapa ada pembunuh berdarah dingin, virus mematikan, teroris, bencana alam, dan banyak hal-hal buruk lainnya? Baik dan buruk adalah seperti dua sisi koin saling berdampingan dan akan saling menyatakan tepat pada waktunya. Kadang-kadang sesuatu yang buruk diperlukan untuk beberapa lama menunggu yang baik dinyatakan. Seperti orang fasik dibuat untuk hari malapetaka, hal-hal buruk ada untuk menyatakan kemuliaan dan kebaikan Allah. --REY/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: RUT 2
Bacaan Setahun: Yehezkiel 1-4
Nas: Lagi kata Naomi kepadanya, "Orang itu kerabat dekat kita, dia salah seorang yang berhak menebus kita." (Rut 2:20)
Sisi Baik Naomi
Saat kembali ke tanah Yehuda, Naomi sudah menjadi sosok berbeda. Tak mau ia dipanggil "Naomi", tapi "Mara". Sebab, selama di Moab Naomi kehilangan suami dan kedua putranya. Kata Naomi, "Yang Maha Kuasa telah membuat hidupku pahit sekali" (Rut 1:20). Tampak tidak menarik menyimak kisah perempuan yang kecewa kepada Tuhan. Namun, ternyata ada sisi baik Naomi yang dapat kita teladani.
Saat kembali ke tanah Yehuda, Naomi sudah jatuh miskin. Sampai Rut, menantunya yang bersikeras ikut pulang dengannya ke tanah Yehuda, harus bekerja memungut bulir-bulir jelai di ladang orang demi mereka berdua dapat bertahan hidup (ay. 2). Dikatakan bahwa Naomi mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh. Nama sanaknya ialah Boas (ay. 1). Heran, Naomi tidak menghubungi Boas untuk meminta bantuan. Padahal ia ingat betul akan kerabatnya itu (ay. 20). Tampaknya kali itu Naomi sedang belajar untuk tidak mengandalkan manusia. Dalam susah, Naomi memilih mengandalkan Tuhan.
Tanpa kita sadari kerap kita mengandalkan manusia. Saat susah, buru-buru kita menghubungi kerabat atau sahabat untuk meminta bantuan. Sebenarnya boleh saja kita meminta bantuan orang lain. Hanya, jagalah hati supaya jangan sepenuhnya kita berharap kepada mereka. Faktanya, tidak dapat manusia yang kemampuannya terbatas itu diandalkan. Mari kita belajar mengandalkan Tuhan, seperti Naomi. Saat susah, biarlah Pribadi yang pertama kita cari ialah Tuhan. Harapkan pertolongan Tuhan untuk segala pergumulan yang terjadi. Kalaupun nanti ada orang membantu, sadari itu karena Tuhan menggerakkan hati orang itu untuk membantu kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 8
Bacaan Setahun: Yehezkiel 5-8
Nas: Ketika Tuhan mencium aroma yang menyenangkan itu, berkatalah Tuhan dalam hati-Nya, "Aku tidak akan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun kecenderungan hatinya jahat sejak kecil, dan aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang te (Kejadian 8:21)
Allah Memaklumi Kejahatan?
Sepintas membaca nas renungan hari ini membuat kita berpikir, "Benarkah Allah memaklumi kejahatan dan tidak menghukum manusia yang jahat?" Sepintas membaca, saya juga pernah berpikir demikian. Namun, saat mencermati kembali (ay. 21) dan menghubungkan dengan ayat setelahnya, saya pun mendapat kesimpulan bahwa Allah tetap memperhitungkan segala perbuatan manusia, entahkah perbuatan baik, terlebih lagi perbuatan yang jahat.
Setelah peristiwa air bah yang melenyapkan semua manusia (kecuali keluarga Nuh) itu berlaku, Allah berjanji takkan mengutuk bumi lagi, sekalipun sejak kecil manusia memenuhi hati mereka dengan kejahatan. Takkan ada pula kebinasaan dari Allah, seperti yang terjadi pada zaman Nuh. Namun, sebagai pengingat agar manusia tidak berlaku sekehendak hatinya, ada hukum tabur-tuai yang berlaku selama bumi masih ada. Tampaknya hukum tabur-tuai ini tak secara khusus berlaku untuk bidang pertanian, tetapi juga terkait dengan perilaku dan perbuatan manusia. Hukum ini pun berlaku secara universal, tanpa memandang siapa pun pelakunya.
Tak bisa dibayangkan kondisi dunia ini seandainya setiap orang bebas berbuat apa saja, tanpa pernah menuai akibat dari perbuatan mereka. Bisa dipastikan keadaan dunia akan semakin rusak dengan perilaku kejahatan yang bermuara pada dosa yang bekerja dalam diri manusia. Syukur kepada Allah karena memberikan "pagar pengaman" agar manusia menyadari bahwa apa yang mereka tabur akan mereka tuai, tak hanya selama di dunia tetapi akan sampai ke takhta pengadilan Allah! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " ANDA BUKAN ORANG ASING, TETAPI KELUARGA KAMI DALAM TUHAN "
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar