RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 90-95
Nas: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! (Mazmur 34:8)
Mengecap Kebaikan Tuhan
Makanan yang sangat lezat sering membuat penggemarnya kecanduan. Mereka ingin menikmatinya, lagi dan lagi. Orang-orang tertentu mungkin akan makan sampai berdecak-decak. Mereka mengecap enaknya makanan dengan penuh kenikmatan. Mereka akan berburu makanan semacam itu yang mungkin juga ada di tempat berbeda. Jarak tidak menjadi masalah.
Begitu pula Daud. Ia mengecap kebaikan Tuhan dan mengajak kita menikmatinya. Saat itu, Daud baru saja lolos dari bahaya maut. Sebelumnya, karena dikejar Raja Saul bersama tentaranya yang bermaksud membunuhnya, ia pun melarikan diri sampai ke Gat. Raja Akhis, raja kota itu pun mendapat laporan dari para hambanya bahwa mereka menemukan Daud, pahlawan Israel. Di tengah rasa takut yang hebat, Daud berakting seolah-olah gila. Daud pun diusir (1Sam. 21:10-15) sehingga ia dapat melarikan diri kembali. Namun, hal ini sangat melegakan hati Daud sehingga ia menulis Mazmur 34. Daud bisa lolos karena Tuhan memberi hikmat dan meloloskannya (ay. 5).
Ketika Daud terhindar dari peristiwa mencekam itu, ia belum terbebas sepenuhnya dari bahaya. Ia masih harus bersembunyi sementara di gua Adulam (1Sam. 22:1). Namun, rasa takutnya lenyap. Dengan demikian, mengecap kebaikan Tuhan tidaklah harus menunggu seluruh keadaan menjadi baik. Kita dapat merasakan kebaikan-Nya setiap hari. Hal kecil maupun besar dapat menjadi petunjuk bahwa Tuhan itu baik. Kita pun dapat menikmatinya, lagi dan lagi. Merindukan Tuhan dan menikmati kebaikan-Nya juga menyukakan hati-Nya. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YESAYA 31:4-9
Bacaan Setahun: Mazmur 96-102
Nas: Seperti burung berkepak-kepak di atas sarangnya, demikianlah Tuhan Semesta Alam akan melindungi Yerusalem, melindungi dan menyelamatkannya, mengawal dan melepaskannya. (Yesaya 31:5)
Dia Bertanggung Jawab
Ketika kecil, saya pernah dikejar dan diserang induk ayam saat saya berusaha mengambil anak-anaknya. Saya terkejut karena ternyata dengan manusia pun induk ayam ini sebegitu berani melawan dan menyerang demi melindungi anak-anaknya. Ia begitu sayang dan bertanggung jawab atas keselamatan anak-anaknya dari semua yang mengancamnya.
Bangsa Israel meminta pertolongan Mesir ketika mereka dalam keadaan sulit dan terancam. Tuhan menegur mereka karena Dia ingin mereka mengerti bahwa Dialah satu-satunya penolong bagi mereka. Seperti singa yang menggeram untuk mempertahankan mangsanya dan seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, Tuhan Semesta Alam akan melindungi dan mempertahankan milik kepunyaan-Nya, yaitu bangsa Israel dari musuh-musuhnya. Bahkan Dia akan memelihara dan menjauhkan celaka dari mereka. Tuhan bukan seperti gembala upahan yang lari meninggalkan domba-dombanya karena binatang buas (Yoh. 10:11-13). Dia tidak akan membiarkan umat-Nya, sekalipun mereka telah memberontak, Dia tetap mengasihi mereka. Tuhan sangat bertanggung jawab atas umat pilihan-Nya dan Dia sanggup melakukan itu karena Dia adalah Tuhan. Satu hal yang Tuhan inginkan dari bangsa Israel adalah pertobatan mereka yang sungguh-sungguh.
Tidak ada orang yang hidup tanpa kesulitan. Hari demi hari kesulitan datang silih berganti. Mungkin juga kesulitan itu tak kunjung pergi sehingga muncul keputusasaan di dalam hati. Mari datang kepada Tuhan yang menciptakan kita, Dia tidak akan membiarkan kita, Dia bertanggung jawab atas keberadaan kita, anak-anak-Nya, di dunia untuk kemuliaan-Nya. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ULANGAN 30:11-20
Bacaan Setahun: Mazmur 103-105
Nas: Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: Kuperhadapkan kepadamu kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya kamu hidup, baik kamu maupun keturunanmu. (Ulangan 30:19)
Pilihlah Kehidupan
Menjelang akhir hidupnya, Musa mengumpulkan seluruh umat Israel, lalu menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada mereka. Ia menegaskan bahwa pilihan yang mereka jalani akan berakhir pada dua kemungkinan: hidup yang beruntung serta diperkenan Tuhan, atau hidup yang celaka dan berakhir binasa. Nas ini seolah menggambarkan bahwa Musa secara netral menyodorkan dua pilihan bagi mereka: berkat atau kutuk. Seolah Musa mempersilakan mereka untuk memilih mana yang mereka sukai. Namun, jika kita baca dengan teliti, Musa sebenarnya sedang berkata, "Pilihlah yang ini, jangan yang itu! Pilihlah berkat, jangan kutuk. Pilihlah kehidupan, bukan kematian!"
Musa menegaskan bahwa ketika mereka mendengarkan firman Tuhan, memperhatikan serta menjalankannya dengan penuh ketaatan, berarti mereka sedang memilih kehidupan. Maka di mana pun mereka berada, Tuhan akan memberkati mereka serta keturunannya (ay. 16). Namun, jika mereka mengabaikan atau menolak firman Tuhan, maka mereka telah memilih kebinasaan.
Melalui Musa, Tuhan mengingatkan agar umat-Nya membuat pilihan yang benar, yakni menjalani hidup sesuai firman-Nya. Dia tidak ingin kita celaka, apalagi binasa. Dia memberitahukan konsekuensi dari setiap pilihan kita. Firman-Nya tidak dimaksudkan untuk mengekang atau menindas kita, melainkan berfungsi sebagai pagar pelindung dari bahaya. Sebagai penuntun agar kita tidak terjerumus ke jurang dosa dan maut. Tuhan menginginkan agar kita hidup bahagia selamanya bersama Dia, sehingga Dia menyediakan jalan keselamatan melalui karya Kristus di kayu salib. Mari memilih kehidupan, dengan terus berjalan menaati firman-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YEHEZKIEL 16:1-24
Bacaan Setahun: Mazmur 106-107
Nas: "Tetapi, engkau mengandalkan kecantikanmu dan kemasyhuranmu untuk melacur. Engkau menumpahkan nafsu pelacuranmu kepada setiap orang yang lewat dan kecantikanmu menjadi miliknya." (Yehezkiel 16:15)
Berubah Setia
Tuhan mengumpamakan umat-Nya seperti perempuan yang tidak setia. Dia menikahi perempuan itu, mendandaninya, memberinya makanan, baju-baju indah, dan perhiasan. Tuhan bahkan membuat perempuan itu termasyhur. Tetapi setelah itu ... perempuan itu mengkhianati-Nya. "Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Tuhan. Perempuan itu begitu mudahnya tidak setia dan berpaling tanpa menyadarinya setelah berlimpah kebaikan yang diterimanya.
Sungguh, betapa mudahnya kita menilai bahwa perempuan itu tidak tahu diri atau berkhianat. Namun, apakah kita juga menyadari bahwa apa yang Tuhan ungkapkan itu juga mengarah kepada kita, para mempelai-Nya? Benar, dahulu hidup kita begitu menjijikkan karena dosa, kita tidak layak. Namun, Tuhan menghampiri kita, membersihkan hidup kita, mendandaninya, dan menjadikan kita para mempelai-Nya. Setelah itu ... justru kita berpaling, kita tidak lagi setia kepada-Nya tanpa kita menyadarinya. Dalam hal apa?
Kita tidak setia ketika kita menghabiskan lebih banyak waktu melakukan pekerjaan yang Tuhan berikan buat kita daripada bersama dengan-Nya. Kita mengganti wujud penyembahan kita dari Tuhan menjadi harta benda yang kita peroleh atas bantuan-Nya. Kita senang mempertontonkan keindahan fisik kita, bukannya keindahan sifat-Nya dalam diri kita. Apakah kita menyadarinya? Ingatlah, kita diberi kehormatan memiliki Tuhan yang lebih dulu mencintai kita tanpa syarat. Ungkapan hati-Nya kiranya menyadarkan kita hari ini agar kita bertobat dan kembali mengasihi-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 SAMUEL 23:1-13
Bacaan Setahun: Mazmur 108-114
Nas: Lalu Saul mengerahkan seluruh rakyat untuk pergi berperang ke Kehila dan mengepung Daud bersama orang-orangnya. (1 Samuel 23:8)
Obsesi Saul
Mendengar bahwa Daud ada di Kehila, Saul segera mengerahkan seluruh rakyat untuk pergi berperang. Bukan membantu Daud melawan orang Filistin yang menjadi musuh bangsa mereka, melainkan mengepung Daud dan orang-orangnya. Sangat aneh memang, mengingat bahwa Saul adalah raja Israel. Bukankah semestinya ia lebih mengedepankan kepentingan bangsanya alih-alih dendam pribadinya terhadap Daud?
Sikap Saul menunjukkan betapa ia terobsesi kepada Daud. Secara psikologis, obsesi merupakan gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Bukankah gejala ini dapat kita ketahui dengan mudah melalui tindakan Saul yang terus mengejar Daud? Tidak ada yang dapat menghentikan nafsu Saul untuk menghabisi Daud. Bahkan tugas sebagai raja yang harus dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan pun tidak membuatnya lebih memikirkan nasib bangsanya.
Status Saul sebagai raja menunjukkan tugas tanggung jawabnya sebagai pemimpin, pelindung, dan pengayom bagi bangsanya. Malangnya, Saul justru mengabaikan semua itu demi egonya. Kecemburuan Saul terhadap Daud membuatnya kehilangan kontrol diri. Kejahatan Saul yang sudah sedemikian kuat memengaruhi jiwanya, membuatnya tak lagi mampu berpikir logis-realistis. Pada kondisi yang demikian, sudah pasti kesadaran untuk mempersembahkan hidup bagi kemuliaan Allah pun lenyap.
Semoga lubuk hati kita yang terdalam hanya dipenuhi dengan kerinduan untuk memuliakan nama Tuhan. Jauhlah kiranya kita dari obsesi yang hanya mengedepankan ego dan nafsu duniawi. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YEREMIA 2:1-13
Bacaan Setahun: Mazmur 115-118
Nas: "Sebab, umat-Ku melakukan kejahatan ganda: mereka meninggalkan Aku, sumber air hidup, dan menggali tempat penampung air bagi mereka sendiri, penampung yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (Yeremia 2:13)
Penampung Air yang Bocor
Saya mendapati tempat penampung air yang dibuat ternyata bocor. Sulit mendeteksi letak persis kebocorannya, tetapi mudah mengenali kebocoran karena volume air cepat berkurang. Setelah dilakukan pembongkaran menyeluruh akhirnya penampung air menjadi tidak bocor dan dapat digunakan kembali.
Tuhan menyatakan ada dua kejahatan pada ayat di atas: berpaling kepada allah lain dan membuat tempat penampung air yang bocor. Berpaling kepada allah lain artinya menukar Allah dengan segala sesuatu yang tidak berguna (ay. 11). Allah lain adalah segala sesuatu yang dianggap lebih utama dan menggantikan Kristus. Mereka membuat tempat penampung air sendiri, pikirnya dapat menampung berbagai jenis air tanpa perlu datang lagi kepada sumber air, yakni Kristus, dan ternyata bocor. Segala sesuatu yang didasarkan di luar Kristus pasti rapuh dan tidak tahan uji.
Kita berpikir akan bahagia jika semua keinginan yang kita kejar terpenuhi, jika hidup selalu nyaman tanpa terusik sedikit pun karena membantu orang lain, jika mendapat semua penghargaan yang selama ini kita kejar. Jika kita mendasarkan hidup untuk mengejar keinginan daging dan keangkuhan hidup, itu sama seperti membuat penampung air yang bocor, tidak akan pernah memuaskan kita. Kristus sumber air hidup itu harus menjadi alasan kuat kita hidup. Kita hidup untuk melayani kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Pikiran, kehendak dan tubuh kita harus diarahkan untuk memenuhi tujuan Allah, bukan tujuan kita. Firman-Nya menjamin kita dipuaskan saat mereguk air dari sumber air hidup, bukan dari penampung air yang bocor. --AWS/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar