RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 120-125
Nas: Dalam surat itu ia menulis demikian, "Tempatkan Uria di garis depan dalam pertempuran paling sengit, kemudian mundurlah menjauhinya, supaya ia mati terbunuh." (2 Samuel 11:15)
Dalam Balutan Kewajaran
Israel sedang berperang. Daud, yang mengingini Batsyeba, menyuruh Yoab menempatkan Uria, suami Batsyeba, di medan paling gawat, "... supaya ia terbunuh" (ay. 15). Ketika Yoab menyampaikan instruksi kepada Uria, pasti banyak perwira Israel mendengar. Namun, tak seorang pun heran karena penempatan prajurit hebat di medan yang berat itu lazim dan wajar. Mereka pun pasti menilai wajar ketika Uria gugur. Gugur dalam perang itu wajar, 'kan? Dan, itulah yang Daud mau: merekayasa segalanya agar orang menilai bahwa semua lazim dan wajar, bukan?
Sebagai raja, tindakan Daud memberi instruksi kepada Yoab pasti tampak lazim dan wajar. Tindakan Yoab pun-menugasi Uria sesuai strategi yang direncanakan-juga tampak lazim dan wajar. Semua tampak lazim dan wajar. Namun, dalam balutan semua yang tampak lazim dan wajar itu, ada kejahatan besar. Daud merekayasa dan memanfaatkan kesan kewajaran dan kelaziman itu untuk mencapai tujuan jahatnya.
Apa yang kita lihat? Ketika orang punya keinginan atau masalah, dia tergoda untuk memenuhi atau mengatasinya dengan menafikan nilai moral, dan membalut semua dengan hal-hal yang tampak lazim dan wajar. Orang tergoda untuk mencari dan memanfaatkan celah pada kaidah dan kelaziman yang ada, meski secara moral itu salah.
Makin besar kekuasaan yang dimiliki, makin besar pula godaan itu. Namun, adakah godaan semacam itu hanya mengadang orang-orang dengan kekuasaan besar? Ternyata tidak! Anda tahu, godaan semacam itu mengadang semua orang tanpa kecuali, termasuk saya dan Anda. Benar, bukan? --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KEJADIAN 25:29-34
Bacaan Setahun: Mazmur 126-132
Nas: Kata Yakub, "Bersumpahlah dulu kepadaku." Esau pun bersumpah kepadanya dan menjual hak kesulungannya kepada Yakub. (Kejadian 25:33)
Menjual Anugerah
Seorang pria kedapatan melakukan kesalahan fatal. Ia mengemudi motor dalam keadaan mabuk dan menabrak seorang pejalan kaki hingga tewas. Ia pun terancam hukuman 15 tahun penjara. Di persidangan, hakim menawarkan penangguhan hukuman 15 tahun penjara bila pria itu mau menjalani tahanan rumah selama satu tahun. Pria itu jelas tidak mau dipenjara, tetapi ia juga tidak mau dikurung di dalam rumah. Enam bulan berlalu, ia merasa bosan, diam-diam ia nekat pergi keluar rumah mengendarai mobil tanpa SIM. Polisi memergokinya, ia ditangkap, dan dipenjara selama 15 tahun.
Demikian halnya dalam hidup yang kita jalani, hidup kita kerap diwarnai dengan pilihan dan pertukaran. Ketika kita sudah tidak lagi bersabar dan nafsu begitu kuat menguasai hati, kita bisa mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Tidaklah mengherankan apabila ada orang yang mau bertindak bodoh tanpa pertimbangan. Karena sudah gelap mata, hal tidak masuk akal pun dilakukan. Demi kepuasan jasmani, anugerah pun dipandang rendah dan dijual.
Sebagai anak sulung, Esau memegang hak penuh, hak kesulungan. Hak kesulungan memberinya hak kepemimpinan dalam ibadah dan keluarga, memberinya bagian ganda dalam harta warisan dan memberinya berkat perjanjian yang dijanjikan Allah. Hak anak sulung inilah yang diberikan Kristus kepada orang-orang percaya (Rm. 8:23). Namun, karena nafsu Esau memandang rendah dan menukarnya dengan kacang merah. Esau kehilangan haknya dan tidak mendapat kesempatan memperolehnya lagi (Ibr. 12:17). Belajar dari Esau, mari belajar menguasai nafsu sehingga hati kita tidak tergoda untuk merendahkan anugerah Allah yang telah dikaruniakan kepada kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 SAMUEL 9
Bacaan Setahun: Mazmur 133-139
Nas: Kata Daud kepadanya, "Janganlah takut, sebab aku tentu akan menunjukkan kasih setiaku kepadamu demi ayahmu Yonatan. Aku akan mengembalikan kepadamu seluruh ladang kakekmu Saul, dan engkau akan makan sehidangan dengan aku senantiasa." (2 Samuel 9:7)
Mengasihi Musuh
Sebuah kebiasaan yang berlaku pada zaman Daud, seorang raja yang menang harus membunuh seluruh anggota keluarga raja yang dikalahkannya. Sebab, mereka adalah ancaman. Bukankah tidak tertutup kemungkinan mereka memberontak sewaktu-waktu? Saul pun berlaku demikian terhadap Daud. Sebab, Saul merasa keberadaan Daud merupakan sebuah ancaman baginya.
Apa balasan yang Daud lakukan sepeninggal Saul? Alih-alih menghabisi keturunan Saul, Daud justru mencari keturunan Saul yang masih tersisa untuk menunjukkan kasihnya. Padahal, seandainya Daud mau, ia bisa dengan mudah menghabisi Mefiboset yang cacat itu. Namun, Daud lebih memilih menunjukkan kasihnya, demi janjinya kepada Yonatan, ayah Mefiboset yang adalah sahabatnya. Daud memperlakukan Mefiboset layaknya putra sendiri. Mefiboset akan tetap makan sehidangan dengan Daud dan juga mendapatkan kembali seluruh ladang yang pernah menjadi milik Saul.
Kasih Daud kepada Mefiboset menjadi gambaran kasih Allah kepada kita. Bukankah kita oleh karena dosa sesungguhnya telah menjadi seteru Allah? Apa yang sepantasnya kita dapatkan? Bukankah penghukuman-Nya? Meski demikian karena begitu besar kasih Allah kepada umat-Nya, Dia sendiri hadir dalam rupa manusia Yesus demi mengangkat kita dari kubangan dosa. Bahkan kita diberi hak menjadi ahli waris kerajaan surga. Adakah kita menanggapi karya luar biasa ini dengan berani mengambil sikap seperti Daud? Menjadi saksi kemurahan kasih Allah dengan mengasihi sesama, termasuk mereka yang notabene adalah musuh kita. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 PETRUS 4:1-6
Bacaan Setahun: Mazmur 140-145
Nas: Sebab itu, mereka heran bahwa kamu tidak turut menceburkan diri bersama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama dan mereka memfitnah kamu. (1 Petrus 4:4)
Biarkan Mereka Heran
Saya dikejutkan dengan perubahan hidup Joni, seorang rekan komunitas, yang seperti menembus suatu kemustahilan. Di masa lalu, sebagai bentuk kepedulian terhadap Joni yang memiliki beberapa kebiasaan buruk, kami berusaha menasihati seraya mendoakan, tetapi perubahan hidup yang kami harapkan tak kunjung terlihat. Tak disangka setelah kami terpisah karena pilihan pekerjaan, saya mendengar Joni telah berubah. Beberapa kebiasaan yang dahulu melekat dalam dirinya, oleh kuasa Allah dapat terlepas dan tak lagi dilakukan olehnya.
Keheranan karena melihat adanya perubahan hidup menjadi perkara indah yang diharapkan oleh banyak orang. Namun, realitas kehidupan juga menunjukkan bahwa adakalanya orang dunia merasa heran ketika kehidupan seorang percaya, yang dahulu dianggap "tidak ada bedanya" dari cara hidup orang dunia, ternyata kini telah berubah. Mengenai hal ini, seraya menyebutkan tentang penderitaan badani yang Kristus lakukan, hendaknya setiap orang percaya juga merespons dengan tekad untuk lebih menuruti kehendak Allah daripada keinginan manusia (ay. 1-2), termasuk kebiasaan tertentu yang mengarah pada pemenuhan hawa nafsu (ay. 3).
Tekad untuk berubah semacam ini dimungkinkan mengundang reaksi keheranan karena kita tak lagi berkubang dalam cara hidup yang lama (ay. 4), bahkan mungkin menimbulkan fitnah karena ada orang yang tak rela kita berubah. Namun, jangan berkecil hati dan tetaplah pada komitmen untuk menuruti kehendak Allah karena ada upah untuk kesungguhan kita menaati Dia. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: HAGAI 1:12-14
Bacaan Setahun: Mazmur 146-150
Nas: Tuhan lalu membangkitkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, kepala daerah Yehuda, dan semangat Imam Besar Yosua bin Yozadak, serta semangat semua orang yang tersisa dari bangsa itu. Mereka lalu datang dan mengerjakan pembangunan Rumah Tuhan Semesta Alam, Al (Hagai 1:14)
Dari Manakah Semangat?
Banyak mahasiswa tiba-tiba kehilangan semangat ketika sedang mengerjakan skripsi. Mereka membiarkan skripsi mereka dan menyibukkan diri dengan berbagai hal. Dalam kondisi itu, mereka sering bertanya, "Bagaimana caranya menyalakan kembali semangat yang padam?"
Pekerjaan pembangunan Rumah Tuhan terhenti dan belum selesai setelah bertahun-tahun. Peringatan Tuhan melalui Nabi Hagai (Hag. 1:4-11) seolah membangunkan mereka dari tidur panjang. Mereka sadar telah mengabaikan Tuhan dan visi yang diberikan-Nya. Mereka mendengarkan peringatan tersebut dan takut akan Dia. Namun, tentu memulai kembali pembangunan yang telah terhenti sekian lama karena banyak tantangan, bukanlah hal yang mudah.
Semangat mereka telah padam, mereka masih takut terhadap tantangan yang ada. Syukurnya, Tuhan yang setia menjanjikan penyertaan. Bahkan Dia jugalah yang membangkitkan semangat kepada Zerubabel sebagai bupati Yehuda, Yosua bin Yozadak sebagai imam besar, dan seluruh bangsa itu untuk kembali mengerjakan dan menyelesaikan pembangunan. Semangat yang selama ini padam, menyala kembali karena Tuhan yang menyalakan. Dari Dialah datang semangat yang baru.
Tidak jarang kita kehilangan semangat dan putus asa dalam menyelesaikan sesuatu, misal: tugas kuliah, skripsi, proyek, tanggung jawab pekerjaan, dan pelayanan sehingga semuanya menjadi tertunda-tunda. Mungkin kita menyalahkan segala sesuatu dan mencari kambing hitam atas semuanya itu. Namun, marilah kita mengingat Tuhan dan datang kepada-Nya. Pada-Nya ada pengharapan dan ada semangat baru yang disediakan bagi kita semua yang putus asa. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: DANIEL 1
Bacaan Setahun: Amsal 1-3
Nas: Raja bercakap-cakap dengan mereka, dan di antara mereka semua itu tidak ditemukan seorang pun yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya. Mereka pun bekerja bagi raja. (Daniel 1:19)
Utamakan Kebenaran-Nya
Keberanian Daniel dan ketiga orang temannya, Hananya, Misael, dan Azarya untuk tidak memakan santapan raja dan anggur miliknya, seperti yang dilakukan oleh orang-orang muda lainnya, justru menjadikan perawakan mereka jauh lebih baik hingga membuat pemimpin pegawai istana yang bertanggung jawab atas mereka menjadi takjub. Bahkan, setelah diuji, kepintaran mereka pun berada di atas rata-rata sehingga mereka diterima untuk bekerja pada raja.
Mungkin hari ini, kita yakin bahwa Tuhan telah menempatkan kita di jalur yang tepat. Namun, ada saja tantangan yang membuat iman kita harus beralih dari-Nya. Kita takut bahwa kesempatan baik akan lepas begitu saja dan orang lain akan mengejek serta memojokkan kita ketika kita lebih mementingkan untuk berpegang teguh kepada kebenaran-Nya. Seperti Daniel dan teman-temannya yang mengikuti arahan firman-Nya, meskipun sempat ditentang oleh pegawai istana yang mengurus mereka, ternyata Tuhan membuat mereka tetap berhasil. Demikianlah hendaknya kita mementingkan takut akan Tuhan di atas segalanya.
Sadarilah bahwa kita berada dalam penjagaan Tuhan ketika ada yang harus kita korbankan demi menaati kebenaran-Nya. Sesuatu yang tadinya sangat mengkhawatirkan hingga membuat orang lain tidak berpihak kepada kita pun kemudian akan berbalik menjadi aliran berkat-Nya yang berlimpah, yang seturut dengan kehendak-Nya dan untuk kemuliaan nama-Nya, ketika Tuhan yang berkenan atas diri kita menyertai kita yang setia kepada firman-Nya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar