RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Amsal 27-29
Nas: Aku menghendaki, Saudara-saudara, supaya kamu tahu bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil. (Filipi 1:12)
Kumbang Kapas Enterprise
Patung seekor kumbang menjadi monumen yang dibangun di Kota Enterprise, di negara bagian Alabama, AS. Ini untuk mengingatkan mereka akan hama kumbang penggerek kapas yang melanda wilayah mereka di awal tahun 1900-an dan menghancurkan seluruh ladang kapas yang menjadi sumber penghasilan utama mereka. Dalam keputusasaan, mereka beralih menanam kacang. Ternyata, hasil tanaman kacang itu mendatangkan kemakmuran yang jauh lebih besar bagi mereka. Awalnya mereka memandang kumbang sebagai hama, tetapi akhirnya mereka sangat berterima kasih kepadanya hingga mengabadikannya dengan monumen yang megah.
Banyak orang cenderung memandang masalah sebagai hal yang negatif serta berusaha menghindarinya. Masalah dianggap sebagai krisis, bencana, atau malapetaka. Namun, jika kita menanggapinya secara bijak dan tepat, sering kali masalah justru memberi kita peluang atau jalan kepada pencapaian-pencapaian yang lebih baik.
Ketika Rasul Paulus dipenjara, para penentangnya berpikir bahwa pemberitaan Injil akan terhenti, dan orang-orang Kristen akan dibungkam. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Semakin banyak orang yang sadar bahwa ia dipenjara bukan karena kejahatan atau tindakan kriminal, melainkan karena imannya kepada Kristus. Para tahanan menjadi percaya kepada Kristus. Paulus juga tetap dapat menyemangati orang-orang percaya di kota-kota lain melalui kiriman surat-suratnya. Orang-orang Kristen pun semakin berani bersaksi. Alih-alih terkungkung, berita Injil justru semakin menyebar. Karenanya, kita memerlukan hikmat dan tuntunan Tuhan dalam merespons setiap masalah, agar melaluinya kita justru menyaksikan karya-Nya yang hebat dalam hidup kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MARKUS 10:13-16
Bacaan Setahun: Amsal 30-31
Nas: Melihat hal itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah." (Markus 10:14)
Ah, Cuma Anak-Anak
Anak saya pernah mengeluh karena ketika mengantre di kasir untuk membayar barang yang ia beli, ia beberapa kali diserobot oleh pembeli-pembeli yang dewasa. Mungkin karena kecil ia tidak dianggap atau dikesampingkan oleh pembeli-pembeli yang dewasa, bahkan juga oleh kasirnya.
Ketika Yesus menyembuhkan dan mengajar orang banyak di daerah Yudea yang di seberang Sungai Yordan, di antara orang banyak yang mengikuti Yesus, pasti tidak sedikit anak-anak yang mengikut orang tuanya. Sehingga ada orang yang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, agar dijamah dan diberkati. Namun, murid-murid-Nya marah. Mungkinkah mereka berpikir bahwa pelayanan Yesus hanya untuk orang-orang dewasa? Mungkinkah juga mereka berpikir bahwa anak-anak kecil hanya merepotkan dan menghambat pelayanan? Ataukah mereka berpikir pelayanan kepada anak-anak dampaknya tidak akan begitu besar? Namun, sekali lagi Yesus memperlihatkan kasih-Nya kepada semua orang, termasuk anak-anak sekalipun mereka sering disepelekan orang. Dia menegur murid-murid-Nya dan menganggap anak-anak itu sama berharganya dengan orang dewasa di hadapan Tuhan, bahkan disebut sebagai pemilik Kerajaan Allah. Dia pun melayani mereka dengan meletakkan tangan-Nya dan memberkati mereka.
Anak-anak memang terkadang merepotkan, tetapi mereka sedang bertumbuh secara jasmani dan rohani, dan pada waktunya akan menjadi dewasa. Mereka berhak mendapatkan kasih, doa, pengajaran, dan pelayanan yang baik. Mari kita tidak menyepelekan anak-anak, tetapi menempatkan mereka sebagai generasi penerus yang penting, perlu didoakan, dibawa dan diajar untuk mengenal Tuhan sejak masa mudanya. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ROMA 12:9-11
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 1-4
Nas: Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11)
Semangat Pelayanan Pak Jun
Pak Jun, begitulah saya biasa memanggil pria lansia yang sudah pensiun sebagai guru itu. Secara pribadi saya tidak terlalu mengenalnya, tetapi saya diberkati dengan semangat pelayanannya. Bermula dari kegemaran menyanyi, Pak Jun memberanikan diri untuk mendaftarkan diri dalam pelayanan sebagai penyanyi gereja. Hal yang mengesankan hati saya adalah semangat luar biasa yang ditunjukkan oleh Pak Jun setiap kali jadwal pelayanan tiba. Sejak latihan, ia terlihat antusias sampai pelayanan itu dituntaskannya dengan penuh kesungguhan.
Seperti cinta mula-mula, semangat dalam pelayanan memang perlu dipertahankan. Ya, cepat atau lambat tantangan dalam pelayanan akan muncul, mulai dari kejenuhan, konflik antarsesama pelayan Tuhan, hingga urusan hati yang dapat menyebabkan seseorang mundur dari pelayanan. Nas renungan hari ini mengingatkan tentang pentingnya roh yang menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Kondisi yang secara sederhana bisa diartikan sebagai semangat yang terjaga karena kita ingin menyenangkan hati Allah lewat pelayanan yang kita lakukan.
Kalau sudah menyangkut perkenanan Allah, maka kemampuan dalam pelayanan tidak lagi menjadi satu-satunya tolok ukur. Dalam melayani Allah, kondisi hati dan kerinduan seseorang lebih menarik perhatian Allah, meski hal ini tak berarti kemampuan terkait bidang pelayanan dapat diabaikan. Kedua perkara ini tentu dapat saling melengkapi, tetapi kondisi hati dan semangat dalam melayani tetap perlu dijaga agar tak menjadi pudar dan perkenanan Allah dapat kita raih. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: DANIEL 6:1-12
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 5-8
Nas: Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:10)
Keteguhan Iman Daniel
Kecemburuan dan iri hati adalah penyakit umum yang mengakibatkan dosa. Dalam perjalanannya, Daniel pun berhadapan dengan mereka yang berwatak demikian. Namun, kesetiaan Daniel kepada Tuhan membuat mereka tidak dapat menemukan kelalaian atau kerusakan apa pun dalam dirinya, sehingga rencana lain dibuat sehubungan dengan kesetiaan Daniel dalam menaati perintah Allah (ay. 5).
Daniel tahu konsekuensi dari tindakannya, tetapi dia tidak mengubah apa pun. Dia bisa saja mencoba mematuhinya dengan tidak berdoa sama sekali selama tiga puluh hari atau mencoba menyembunyikan apa yang dia lakukan dengan mengubah cara berdoanya. Dia bisa saja beralih ke berdoa hanya di pagi hari atau larut malam ketika tidak ada yang memperhatikan, atau mungkin bisa menutup jendela. Sebaliknya, ia memilih tetap setia berseru kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya serta memuji Allahnya seperti yang biasa dilakukannya (ay. 11).
Kemampuan untuk teguh dalam iman bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, tetapi dari kesetiaan dalam berjalan dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang teratur dengan Tuhan adalah inti dari hidup Daniel dan kesuksesannya. Ia memantapkan dirinya dalam hidup benar. Itulah teladan yang harus kita ikuti. Belajar untuk berjalan dengan Tuhan dalam kekudusan terlepas dari hal-hal buruk yang dipraktikkan dalam masyarakat kita, hukum-hukum sesat, atau penganiayaan yang timbul karenanya.
Iman adalah melangkah maju dalam ketaatan kepada Tuhan dengan keyakinan penuh bahwa hasil ada di tangan-Nya dan bahwa Dia akan melakukan yang terbaik untuk kita dan untuk kemuliaan-Nya. --YES/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KOLOSE 2:6-15
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 9-12
Nas: Dengan menghapuskan surat utang yang mendakwa kita dengan ketentuan-ketentuan hukum. Itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib. (Kolose 2:14)
Pendorong Semangat
Seorang pria tampak selalu bersemangat saat bekerja. Rekannya penasaran, lalu bertanya apa rahasianya. "Tagihan, " jawabnya sambil tertawa. Pria itu mengatakan setiap pagi ia melihat tumpukan tagihan yang diletakkan istrinya di meja ruang makan. "Kalau sudah lihat tagihan, mau tidak mau aku giat bekerja, " katanya.
Tagihan (utang) memang dapat mendorong semangat kita bekerja. Mau tidak mau kita giat agar semua tagihan terlunaskan. Menarik, hal sebaliknya mendorong semangat bekerja di ladang Tuhan (melayani). Kita melayani bukan karena banyak utang, tetapi karena telah dibebaskan dari banyaknya utang. Faktanya, dosa membuat kita berutang amat banyak. Tak sanggup kita melunasi semuanya. Sebab, tidak sanggup membayar utang, sudah seharusnya kita diganjar. Maut ialah ganjaran kita (Rm. 6:23). Teramat besar kasih Allah kepada kita. Dia mengaruniakan Yesus, Anak-Nya yang tunggal untuk turun ke dunia, mati di kayu salib. Darah Yesus membayar lunas semua utang dosa kita. Kita mendapat pengampunan atas seluruh pelanggaran kita (ay. 13). Segala surat utang yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib (ay. 14).
Pembebasan utang dosa meluapkan ungkapan syukur dari dalam hati. Terlepas sudah diri kita dari hukuman maut. Tiada yang lebih menggembirakan selain mengetahui kenyataan bahwa kita telah menerima kasih karunia Allah. Tanpa kita sadari ungkapan syukur mendorong semangat kita untuk melayani. Ya, itulah mengapa kita terlihat giat saat bekerja di ladang Tuhan. Seperti Paulus, kita katakan, "Jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah" (Flp. 1:22). --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: EFESUS 1:3-14
Bacaan Setahun: Kidung Agung 1-8
Nas: Sebab, di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Efesus 1:4)
Ahli Mengampuni
Cara ampuh untuk menjadi ahli dalam suatu bidang adalah dengan mengulang-ulang melakukannya. Sebagai contoh, semakin sering belajar, seorang siswa akan semakin menguasai materi pelajaran. Begitu pula seseorang yang ingin menjadi ahli dalam bidang memasak, menjahit, menyanyi dan lain sebagainya. Namun, tidak demikian dalam hal mengampuni. Ketika harus mengampuni berkali-kali, terlebih kepada orang yang sama, alih-alih semakin ahli dalam memberi pengampunan, sebagian orang justru semakin sulit melakukannya.
Sekalipun kekristenan identik dengan kasih dan mengampuni merupakan salah satu bukti kasih, tidak sedikit orang percaya yang masih sulit melepaskan pengampunan. Padahal, Tuhan sudah lebih dulu memberikan pengampunan, jauh sebelum kita memintanya. Bahkan melalui Tuhan Yesus kita dipilih sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Inilah bukti kasih yang luar biasa besar dari Allah kepada kita.
Namun demikian, Allah menganugerahkan pengampunan bukan supaya kita bebas menjalani hidup sesuka hati. Ada tanggung jawab yang harus kita emban, yang sekaligus menjadi bukti bahwa kita benar-benar telah menerima anugerah Allah. Bukti tersebut tak lain adalah pernyataan kasih kepada sesama. Sebab, bukankah tanda bahwa seseorang telah hidup di dalam kasih adalah senantiasa menghasilkan kasih? Karena itu, nyatalah kekristenan kita ketika kita menghidupi hakikat kristiani yang penuh kasih. Salah satunya dengan memiliki kerelaan hati melepas pengampunan tanpa perlu menunggu orang lain memintanya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar