RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Samuel 18-20
Nas: "Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" (Lukas 24:26)
Rancangan Tuhan Sempurna
Rancangan Tuhan adalah sempurna. Tuhan menyusun skenario kehidupan yang terbaik bagi kita. Akan tetapi, manusia tidak mampu memahaminya. Setelah tiga tahun mengikut Yesus, murid-murid-Nya semakin yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang Tuhan janjikan, datang untuk memimpin Israel dan membebaskan dari penjajahan Romawi. Tetapi kematian Yesus di kayu salib membuyarkan mimpi indah mereka.
Yesus, sesudah bangkit, menampakkan diri kepada kedua murid yang sedang berjalan menuju kampung Emaus. Yesus mendekati mereka, tetapi mereka tidak mengenali-Nya. Selanjutnya Yesus bertanya apa yang mereka percakapkan. Tampak muka keduanya berubah muram. Mereka bercerita bahwa Yesus, seorang dari Nazaret telah dihukum mati dengan cara disalibkan. Padahal mereka mengharapkan Yesus menjadi pembebas bagi Israel. Mereka mengeluhkan skenario yang urung terjadi. Apa pula maksud berita menghebohkan dari para perempuan yang mengatakan Dia telah bangkit? Tanpa mereka ketahui yang terjadi ialah yang terbaik. Jauh lebih besar tujuan yang Yesus maksudkan. Bukan sekadar pembebas Israel, melainkan pembebas segenap umat manusia dari dosa. Oleh kematian Yesus, kuasa maut telah dipatahkan. Oleh kebangkitan Yesus, kita beroleh jaminan akan kehidupan kekal.
Setelah Yesus menjelaskan segala sesuatunya kepada mereka, maka celiklah mata mereka dan melihat bahwa Dia yang berkata-kata ialah Yesus. Mengertilah pula mereka akan maksud mulia kedatangan Sang Mesias ke dalam dunia. Niscaya sekarang celik juga mata kita bahwa rancangan Tuhan sempurna. Faktanya, tidak akan didapati kekurangan pada pemikiran Tuhan! Bila skenario dalam pikiran kita tidak terjadi, itu karena terdapat skenario sempurna dalam pikiran Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 YOHANES 1:5-10
Bacaan Setahun: 1 Samuel 21-24
Nas: Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yohanes 1:9)
Pengakuan Dosa
Tidak mudah mengakui kesalahan. Kain adalah contoh nyata. Ketika TUHAN mengingatkan bahwa ia sedang dipenuhi oleh iri hati yang tecermin dari wajahnya yang muram, Kain menyangkalnya (Kej. 4:6-7). Akibatnya, Kain tidak dapat mengendalikan diri lagi dan membunuh adik kandungnya sendiri, Habel.
Rasul Yohanes mendesak orang percaya agar mengakui dosanya di hadapan Allah. Tidak mengakui dosa berarti menipu diri dan tidak menghormati Tuhan. Padahal Tuhan Yesus telah mengorbankan diri-Nya dengan harga yang mahal. Kita perlu menyucikan diri dengan darah-Nya, namun itu tidak mungkin terjadi bila kita tidak mengakui dosa kita. Pengakuan itu hendaknya tulus dan mendalam agar Tuhan menolong kita melihat dosa-dosa kita yang masih tersembunyi. Untuk itu dibutuhkan kerendahhatian dan keterbukaan. Kerendahhatian berarti mengakui bahwa kita tidak baik dan tidak layak. Sedangkan keterbukaan berarti kesediaan untuk mengakui bahwa ada hal-hal yang masih tersembunyi sekalipun pengakuan itu menyakitkan. Pengakuan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan pertobatan.
Ketika kita berdosa, kita perlu secepatnya datang ke hadapan Allah untuk mengakuinya secara spesifik. Penundaan akan berdampak buruk. Dosa yang tidak diakui membuat kita mengulangi kembali dosa yang sama. Kita tidak lagi hidup dalam terang. Relasi kita dengan Tuhan dan sesama pun terganggu. Sebaliknya, pengakuan dosa yang dilakukan segera membuat pertumbuhan rohani kita semakin pesat. Tuhan pun berkenan mengampuni dosa kita. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KEJADIAN 2:18-25
Bacaan Setahun: 1 Samuel 25-27
Nas: Lalu berkatalah manusia itu, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku! ...." (Kejadian 2:23)
Dengan Passion di Hati
Passion, yakni hasrat kuat yang menyala di hati dalam melakukan sebuah karya, berpengaruh besar bagi karya di bidang apa pun. Passion membuat kita berkarya dengan segenap hati, tangguh, berjuang sepenuh daya, memberi yang terbaik, dan rela berkorban.
Anehnya, meskipun tanpa passion, orang bisa terlibat dalam suatu karya. Akibatnya? Totalitas dalam karya tak terjadi, karyanya berjalan ala kadarnya. Apa yang harus kita lakukan jika hal serius itu terjadi pada kita?
Ketika mendapati Hawa di sisinya, Adam berseru, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku!" Itu adalah momentum penemuan. Pada Hawa, Adam menemukan yang ia damba, menemukan belahan jiwanya, bagian dari diri Adam sendiri. Bersama Hawa, Adam menemukan dirinya bermakna. Itu semua mewarnai relasi Adam dan Hawa, membuat Adam memiliki passion dalam menjalani hidup.
Anda lihat? Passion terpantik oleh momentum penemuan. Dan itulah yang seharusnya terjadi dalam relasi kita dengan karya kita: Kita harus menemukan makna karya yang kita jalani, menemukan keyakinan bahwa karya yang kita geluti adalah jalan untuk merealisasikan makna yang kita hayati, hingga kita merasakan panggilan untuk merealisasikan makna melalui karya tersebut.
Ketika kita menemukan makna, meyakini karya kita sebagai jalan pemenuhan makna, dan merasakan panggilan untuk merealisasikan makna melaluinya, passion-tanpa kita sadari-terpantik dan menyala di hati kita. Dan, gelegak nyala api passion itu akan menyuasanai diri dan seluruh karya kita. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 KORINTUS 5:11-21
Bacaan Setahun: 1 Samuel 28-31
Nas: Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)
Diubah Menjadi Baru
Daur ulang adalah sebuah proses yang dilakukan terhadap benda-benda yang usang atau rusak menjadi benda baru dan bernilai. Barang-barang yang tadinya sudah dianggap sampah dan tidak berguna dapat diproses ulang menjadi barang berkualitas dan bernilai tinggi. Seiring berkembangnya teknologi, air yang tercemar dan tidak layak minum pun dapat didaur ulang sehingga dapat digunakan dan bermanfaat bagi manusia.
Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengingatkan siapa sejatinya hidup manusia di luar Tuhan. Karena dosa, hidup manusia tak ubahnya seonggok sampah yang sedang menanti waktunya untuk dibakar. Namun karena kasih Allah, Anak-Nya yang tunggal, yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya kita dibenarkan-Nya (ay. 21). Dan Kristus rela mati untuk mengambil dan mengubah hidup manusia yang sudah rusak itu agar menjadi baru. Rasul Paulus tidak ragu untuk bersaksi tentang kehidupannya yang dulu, yang rusak dan tidak berguna, namun saat ia di dalam Kristus, ia menjadi ciptaan baru dan hidup untuk melayani Kristus.
Kehidupan manusia, seburuk apa pun kita menilai tentang diri kita, tetaplah berharga di mata Allah. Dia tidak segan meninggalkan kemuliaan-Nya untuk menemukan kita. Di tangan-Nya, hidup kita yang rusak itu, diubah-Nya menjadi ciptaan baru. Yang lama itu sudah berlalu, yang baru sudah datang. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ROMA 12:1-8
Bacaan Setahun: 2 Samuel 1-3
Nas: Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna. (Roma 12:2)
Terbaik
Baik apabila seorang murid belajar pada malam sebelum ujian. Ia akan memiliki bekal untuk menjawab soal-soal yang diujikan. Lebih baik apabila ia telah belajar selama beberapa hari sebelumnya. Pemahamannya terhadap materi pelajaran semakin bertambah. Tetapi jika ia giat belajar setiap hari, pemahamannya menjadi mantap. Yang terakhir disebut bukan "baik" atau "lebih baik", melainkan "terbaik".
Firman Tuhan menasihatkan kita supaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Perlu kita berubah seturut pembaruan budi (ay. 2a). Alasannya, dunia tidak dapat dijadikan patron kehidupan. Sekalipun prinsip yang terkandung di dalamnya "baik", tetapi (sering kali) bukan yang "terbaik". Perlu kita terutama mengikuti kehendak Allah. Kehendak Allah selalu sempurna, dalam arti "terbaik" (ay. 2b). Contoh, baik menurut dunia jika kita memberi. Lebih baik jika memberi kepada orang-orang yang membutuhkan. Kehendak Allah menyatakan kita perlu memberi menurut kerelaan hati, tidak dengan sedih hati atau karena paksaan (2Kor. 9:7). Di sini termuat standar kehidupan yang lebih tinggi. Bukan "baik" atau "lebih baik", melainkan "terbaik". Dalam bacaan ini kehendak Allah berbicara supaya kita melayani Tuhan menurut karunia (ay. 6-8). "Baik" jika kita melayani, tetapi "terbaik" jika kita melayani sesuai kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita.
Tentu kita ingin mendapatkan segala hal yang terbaik di kehidupan ini. Maka mari kita juga menjadi "manusia terbaik"! Dengan senantiasa melakukan hal "terbaik", bukan sekadar "baik" atau "lebih baik". Jika ingin menjadi manusia terbaik, caranya ialah mengikuti kehendak Allah. Dengan pertolongan Roh Kudus, mari berkata, bersikap, dan bertindak berdasarkan firman Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 21:1-19
Bacaan Setahun: 2 Samuel 4-7
Nas: Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, (Yohanes 21:17)
Hubungan dan Alasan
Sekitar tahun 2009, Ibu kami dirawat di rumah sakit dan butuh transfusi darah 2 kantong. Saya cari di PMI, stok darah yang sama dengan golongan darah beliau kosong. Sehingga saya harus mencari dua orang pendonor yang golongan darahnya cocok. Saya mencoba menelepon beberapa orang, mendatangi rumah saudara dan kawan, bertanya apa golongan darahnya, dan apakah mereka bersedia untuk menjadi donor. Akhirnya, dua orang yang golongan darahnya cocok bersedia, dan saat dicek di PMI, mereka memenuhi syarat dan darahnya diambil. Ibu tertolong berkat darah pemberian mereka.
Hubungan dan alasan membuat kita rela berbuat apa saja demi seseorang. Karena hubungan ibu dan anak, alasan agar ibu sehat, saya rela berbuat apa saja untuk ibu. Kenapa kita tak mau mengasihi seseorang padahal kita mampu? Bisa jadi karena kita tidak punya hubungan dan tidak ada alasan buat mengasihinya. Perhatikan Yesus, meski semua murid-Nya meninggalkan-Nya saat Dia ditangkap, meski Petrus menyangkal-Nya tiga kali, Yesus tetap mengasihi mereka. Yesus menemui mereka saat sedang kembali ke kehidupan lamanya (ay. 3). Yesus mengajak mereka makan bersama di tepi pantai (ay. 12). Yesus membangun kembali hubungan antara mereka yang sudah terputus dan rusak.
Jika kita bisa mengasihi orang-orang yang kita kenal dan mengasihi kita, mari melakukan hal yang sama kepada mereka yang belum kita kenal dan belum mengasihi kita. Mari membangun hubungan dan menemukan alasan untuk kita bisa mengasihi orang-orang yang perlu kasih, yang sedang susah, yang Tuhan kirimkan kepada kita. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar