RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Samuel 13-15
Nas: Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya itu, dan memperhatikan segala kasih setia TUHAN. (Mazmur 107:43)
Hesed
Kasih setia, atau bahasa Ibraninya hesed, dapat pula diterjemahkan kebaikan. Mazmur ini antara lain melukiskan berbagai cara Tuhan dalam menebus orang-orang pilihan-Nya. Sang pemazmur menyimpulkan bahwa kita perlu berpegang pada semuanya itu dan memperhatikan segala kasih setia Tuhan. Memperhatikan bisa berarti merenungkan, mengingat-ingat, atau menyentuh, merasakannya secara langsung.
Memperhatikan segala kasih setia Tuhan membuat kita mempunyai hikmat. Kalau mendengar kata "hikmat" kita cenderung mengaitkannya dengan "pengetahuan". Namun, sebenarnya lebih dari itu. Hikmat tidak lain adalah kepekaan terhadap cara-cara Allah dan jalan-jalan-Nya. Pengertian ini selanjutnya menuntun kita ketika melangkah dan menentukan pilihan dalam keseharian hidup.
Kehidupan kita seperti permadani yang tengah ditenun oleh kebaikan Allah. Ketika keadaan sedang buruk, pandangan kita jadi kabur, kepekaan kita jadi kurang tajam. Kita lalu sulit melihat, memperhatikan, atau menyentuh kebaikan Tuhan. Kita cenderung melihat sisi bawah permadani itu: semrawut penuh aneka benang centang-perenang.
Dengan hikmat, kita menyadari bahwa Allah turut bekerja di dalam segala keadaan untuk mengerjakan kebaikan bagi kita, anak-anak kesayangan-Nya. Hikmat mencelikkan mata kita bahwa sebenarnya di sisi atas permadani kehidupan kita tengah terbentuk sebuah lukisan yang elok: Dia tengah mengubah kita menjadi semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya. --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS 5:17-48
Bacaan Setahun: 2 Samuel 16-18
Nas: "Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna." (Matius 5:48)
Tuntutan yang Mustahil?
Yesus membantah dugaan orang Yahudi saleh yang mengira kedatangan-Nya adalah untuk menghapus hukum Taurat. Bukan karena takut terhadap mereka, melainkan karena Taurat datangnya dari Allah. Bahkan pada ayat 18 Yesus menegaskan kekekalan hukum Taurat. Orang yang melanggar salah satu perintah yang paling ringan sekalipun akan dianggap sebagai yang terkecil dalam Kerajaan Allah.
Jika demikian, apa kabar pengikut Kristus yang mengharapkan kebebasan hidup dari segala bentuk tuntutan dan penderitaan? Ada baiknya segera bangun dari khayalan yang menyangka bahwa Mesias datang untuk membebaskan dari aturan Ilahi, ganti janji yang membebaskan diri bertindak sesuka hati. Sebab, Kristus justru menuntut umat hidup sempurna seperti Bapa. Tuntutan ini jauh lebih tinggi dari sekadar melakukan Taurat.
Bukan hanya tidak menghilangkan nyawa, marah, dan merendahkan orang lain dalam segala bentuk pun tidak dikenan. Bukan hanya tidak melakukan dosa seksual, memiliki pikiran jahat dalam hati pun jangan. Bukan hanya tidak boleh membawa nama Tuhan dalam sumpah, melainkan harus menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Bukan hanya mengampuni, melainkan juga memberkati. Bukan menjadikan orang lain sebagai ukuran, melainkan Bapa.
Tuntutan hidup kudus sempurna dalam tutur kata, respons terhadap penderitaan dan sikap terhadap musuh ini sering dianggap mustahil untuk dilakukan. Namun sadarilah bahwa Tuhan tidak selalai itu sehingga membebani umat di luar kesanggupan mereka! Bukankah bersama Tuhan tidak ada yang mustahil? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 18:21-35
Bacaan Setahun: 2 Samuel 19-21
Nas: "Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 18:35)
Mengampuni seperti Tuhan Mau
Nelson Mandela, pejuang antiapartheid (gerakan antidiskriminasi warna kulit) di Afrika Selatan, pernah menulis, "Orang itu belajar untuk membenci dan berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik dan mengasihi orang lain seharusnya sudah sejak semula dapat dilakukannya." Seturut dengan itu, ia dapat mengampuni orang-orang yang telah melakukan kejahatan terhadapnya dan melakukan berbagai tindakan pelanggaran hak asasi manusia kepada warga kulit hitam di Afrika Selatan. Ia pun mendorong terjadinya rekonsiliasi tanpa syarat antara warga kulit putih dan kulit hitam.
Bukan hal yang mudah untuk mengampuni orang lain yang telah melakukan kesalahan kepada kita, apalagi sampai menyakiti hati sedemikian rupa. Sakit! Susah melupakannya! Timbul pula pemikiran, "Kenapa harus saya yang lebih dulu mengampuninya? Bukankah harusnya orang itu dulu yang minta maaf kepada saya? Kenapa juga saya harus mengampuni dia? Apa untungnya buat saya?" Tentu saja, pemikiran seperti ini bukanlah pemikiran seorang Kristiani yang telah lahir baru dan menghayati betul hidupnya ada di dalam pengampunan Allah di dalam karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Butuh kerendahhatian untuk dapat berbesar hati memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita, lalu hidup dalam perdamaian dengan semua orang termasuk mereka yang bersalah kepada kita.
Pilihan hidup seperti inilah yang Tuhan kehendaki, yaitu dapat memberikan pengampunan "tujuh puluh kali tujuh kali". Pengampunan tanpa batas sebagai perwujudan dari hidup yang menghayati dan mensyukuri pengampunan yang telah diterima dari Allah. Pengampunan dan maaf tanpa syarat yang muncul dari hati dan hidup yang telah diperdamaikan oleh Allah dalam diri. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: ULANGAN 32:34-43
Bacaan Setahun: 2 Samuel 22-24
Nas: "Dendam dan pembalasan adalah hak-Ku, pada waktu kaki mereka goyah. Sebab hari bencana mereka sudah dekat, apa yang disediakan bagi mereka segera datang." (Ulangan 32:35)
Tak Tergugat
Hak prerogatif tidak pernah dapat dilepaskan dari keistimewaan yang melekat pada diri seorang kepala negara di Indonesia. Hak istimewa ini berkaitan dengan hukum dan undang-undang di luar kekuasaan badan-badan perwakilan. Keputusan presiden untuk menggunakan hak prerogatif mengisyaratkan kemandirian yang bertanggung jawab. Isyarat penting yang erat berkaitan dengan kemaslahatan bagi bangsa dan negara.
Sebagai Sang Pencipta Kehidupan (Ul. 32:6), Tuhan pun memiliki hak istimewa atas diri manusia. Hak mutlak untuk menghakimi dan menghukum setiap orang (2Tim. 4:1; Ibr. 10:30; 1Ptr. 4:5). Itulah sebabnya, setiap orang percaya yang mengakui kedaulatan Tuhan, Hakim yang adil (Mzm. 7:12), akan menahan diri untuk menghakimi (Mat. 7:1) dan membalas perbuatan jahat orang atas dirinya (Rm. 12:17).
Pembalasan merupakan hak Tuhan (ay. 35) dan tidak pernah terpisahkan dari keadilan-Nya. Tak seorang pun yang dapat menghindar darinya (ay. 39). Dia pasti akan memberi keadilan (ay. 36) secara adil dan benar, tiada kecurangan (Ul. 32:4). Keadilan Tuhan tidak pernah berpihak, karena ia bertumpu di atas prinsip kebenaran: membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya (Rm. 2:6).
Penghakiman dan penghukuman adalah hak mutlak Tuhan yang tak tergugat. Hak istimewa yang mengisyaratkan tiada seorang pun berhak untuk menghakimi dan menghukum sesamanya. Keadilan-Nya menjamin kepuasan lantaran setiap orang mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatan masing-masing. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 TIMOTIUS 3:10-17
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 1-2
Nas: Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)
Hadiah Alkitab
Saya terkejut, tapi sekaligus merasa senang ketika mendengar salah seorang teman hendak membelikan Alkitab sebagai kado ulang tahun anaknya yang berusia 10 tahun. "Wow, luar biasa. Jarang sekali pada masa kini seorang ayah memberi hadiah Alkitab kepada anaknya, " gumam saya saat mendengar niat mulia itu. Saya yang dimintai tolong membelikan Alkitab pun tak keberatan untuk membantunya karena saya senang dilibatkan melakukan hal yang mulia.
Saya lantas teringat akan surat Paulus kepada Timotius, yang berisi ungkapan syukur rasul Kristus itu atas kehidupan Timotius, yang sangat dipengaruhi oleh firman Allah. Paulus mencoba mengingatkan Timotius bahwa sejak kecil dia mengenal Kitab Suci yang memberinya hikmat dan menuntun pada keselamatan dalam Kristus Yesus (ay 15). Kebenaran firman Allah pula, lewat tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah, membawa berkat dan perubahan hidup setiap orang yang percaya: ia dapat diajar, disadarkan dari kesalahan, diperbaiki kelakuannya, juga menjadi pribadi yang terdidik dalam kebenaran, yang melengkapkan kualitas diri untuk menjadi pribadi yang penuh kasih dan kebaikan (ay. 16-17).
Jika demikian dahsyatnya kuasa dari kebenaran firman-Nya, rasanya memberikan hadiah berupa Alkitab kepada orang terkasih dapat menjadi "investasi rohani" yang luar biasa. Allah dengan kuasa-Nya dan tuntunan Roh-Nya, sanggup bekerja dalam kehidupan si penerima pemberian itu, bahkan menjadikannya pribadi yang luar biasa, yang semuanya itu dimulai dari pengenalan akan kebenaran firman-Nya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: ZAKHARIA 1:1-6
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 3-5
Nas: "Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN Semesta Alam: Kembalilah kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN Semesta Alam, maka Aku pun akan kembali kepadamu, firman TUHAN Semesta Alam." (Zakharia 1:3)
Hidup Mendengarkan-Nya
Bagaimana jadinya bila kita menjalani kehidupan bersama dengan keras hati? Tentu hanya akan menimbulkan perselisihan. Sebab dengan bersikap demikian, kita tidak akan mau untuk mendengarkan orang lain, karena kita hanya memaksakan kehendak diri sendiri. Padahal kehidupan bersama tidak bisa dijalani dengan berlaku seenaknya. Tetapi dibutuhkan kesediaan diri untuk betul-betul hadir menjalani hidup bersama-sama.
Melalui Zakharia, Allah berseru untuk mengajak bangsa Israel bertobat dan kembali kepada-Nya. Allah meminta mereka untuk mendengarkan seruan-Nya ini, sebab Ia tidak ingin mereka menjadi sama seperti nenek moyang mereka yang begitu keras kepala sehingga harus menderita dalam pembuangan karena meninggalkan-Nya. Hal ini menunjukkan betapa Allah menyayangi mereka. Ia tidak ingin mereka tinggalkan dan kehilangan mereka, serta ingin kembali bersama dengan mereka. Untuk itu, Allah menegaskan bahwa diri-Nya adalah Tuhan Semesta Alam. Artinya, Allah menegaskan bahwa Ia adalah pemilik kehidupan, dan mereka adalah umat-Nya. Oleh karenanya, maka sudah seharusnya mereka hanya mendengarkan-Nya dan hidup di dalam-Nya, bukannya justru mendengarkan nafsu mereka sendiri. Sebab hanya bersama-Nya, mereka beroleh hidup.
Allah yang memberi hidup, ingin menjalani hidup bersama dengan kita. Untuk itu, marilah kita mengarahkan hati kita untuk menjalani hidup bersama-Nya, dengan senantiasa mendengarkan tuntunan-Nya. Sebab Allah tidak ingin kita menderita, melainkan hidup dengan bahagia. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar