RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 8-9
Nas: Pada suatu hari berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata, .... (Kis. Pr. Rasul 1:15)
Pemulihan yang Mengubahkan
Petrus memiliki karakter seorang pemimpin. Tidak jarang ia mempunyai inisiatif untuk bertanya atau mewakili murid-murid yang lain untuk menjawab pertanyaan Yesus. Petrus juga termasuk salah satu dari tiga murid yang sangat dekat dengan Yesus. Tetapi penyangkalannya terhadap Yesus membuatnya begitu terpukul, sehingga membuatnya merasa tidak layak lagi ada di antara murid yang lain. Ia bagaikan calon pemimpin yang layu sebelum berkembang.
Penerimaan dan panggilan Yesus, setelah Dia bangkit, untuk mengikuti-Nya telah memulihkan Petrus (Yoh. 21:15-19). Ketika murid-murid sedang menantikan kedatangan Roh Kudus, Petrus yang telah dipulihkan berdiri dan memimpin saudara-saudara yang lain dalam memilih pengganti Yudas Iskariot yang telah mengkhianati Yesus dan mati. Seorang pengganti yang senantiasa berkumpul dengan murid-murid selama Tuhan Yesus bersama-sama mereka, sehingga ia dapat menjadi saksi tentang kebangkitan-Nya. Maka terpilihlah Matias sebagai pengganti Yudas. Pemulihan-Nya dan kuasa Roh Kuduslah yang akhirnya membawa Petrus sebagai salah satu sokoguru jemaat (Gal. 2:9) yang setia dalam mengikuti-Nya sampai akhir.
Tidak jarang ketika kita melakukan suatu kesalahan, kita merasa tidak layak untuk mendapatkan suatu tugas atau kepercayaan dari Tuhan, dan kita cenderung hanya mengasihani diri. Padahal kasih dan anugerah-Nya yang besar mengampuni dan memulihkan ketika kita datang memohon pengampunan-Nya. Mari kita bergerak maju dalam melayani-Nya apa pun panggilan kita, dan tidak tersandera oleh berbagai kesalahan kita di masa lalu. Dia telah memulihkan kita. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ROMA 13
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 10-11
Nas: Tetapi, kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan jangan pedulikan lagi keinginan-keinginan daging. (Roma 13:14)
Mengenakan Tuhan Yesus
Di Zaman Romawi Kuno, para gladiator mengenakan baju zirah yang terbuat dari besi saat berada di medan pertarungan. Fungsi dari baju zirah itu tentu saja untuk melindungi tubuhnya dari serangan senjata musuh. Sebab itu bagi seorang gladiator, baju zirah menjadi salah satu perlengkapan senjata yang sangat penting untuk bertahan dan membantunya saat melakukan penyerangan.
Terinspirasi dari fungsi penting baju zirah, tampaknya Paulus menggambarkan hal ini untuk menasihati jemaat. Seperti baju zirah di tubuh seorang tentara, ia menasihati jemaat untuk "mengenakan" Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan supaya tidak lagi memedulikan atau memuaskan keinginan daging (ay. 14). Mengenakan Tuhan Yesus berarti bahwa mereka harus demikian bersatu dan memihak kepada Kristus sehingga mereka meniru hidup-Nya sebagai pola kehidupannya di tengah-tengah kehidupan yang penuh tantangan iman itu.
Memutuskan diri untuk mengenakan Tuhan Yesus berarti kita bersedia hidup memakai prinsip-prinsip-Nya, menaati perintah-Nya, dan bertumbuh menjadi serupa dengan Dia. Dengan demikian, mengenakan Tuhan Yesus tidak hanya melindungi hati dan pikiran kita dari segala tabiat dosa, namun Ia juga menjadi perlengkapan senjata terang di tengah-tengah dunia yang gelap ini. Kenakanlah Kristus dan kiranya hidup kita terus memancarkan sinar-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ROMA 2:1-16
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 12-14
Nas: Hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, apakah engkau sangka bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? (Roma 2:3)
Yang Paling Benar
Perbedaan kecil cukup untuk memantik perselisihan, terlebih yang besar! Hal ini terjadi pula pada jemaat Yahudi dan Yunani di Roma. Sekalipun jumlah mereka sedikit, orang Yahudi merasa menjadi bangsa pilihan dan keturunan Abraham sehingga mereka sombong. Sementara orang Yunani, sekalipun bukan umat pilihan Allah, mereka banyak jumlahnya sehingga merasa menang. Mereka pun saling menyerang karena merasa diri paling benar.
Di tengah perdebatan mereka, Paulus menyampaikan bahwa tidak akan ada yang luput dari penghakiman Tuhan. Orang akan dihakimi menurut ukuran yang mereka buat sendiri, dengan atau tanpa hukum Taurat. Tuhan tidak memandang muka, tidak pilih kasih. Tidak ada yang diistimewakan, sebab Dia adalah Allah yang adil.
Merasa diri paling benar bisa saja menjadi virus yang menjangkiti orang percaya. Menganggap pemahaman kita tentang kekristenan sebagai yang paling benar, lantas berani menghakimi orang lain karena menganggap mereka salah. Sebelum hal ini terjadi, baiklah kita sadari bahwa agama dan Taurat tidak dapat melindungi orang dari murka Allah. Hal yang paling benar untuk dilakukan adalah hidup dalam pertobatan, bukan berlagak membela agama dengan menghakimi sesama.
Bukankah karya penebusan dosa oleh Tuhan semestinya mendorong kita menyatakan kehidupan dalam keselamatan? Maka yang paling benar untuk kita lakukan adalah menjaga kekudusan hidup dan memiliki belas kasih seperti Yesus. Bukan malah sebaliknya, menodainya dengan kesombongan rohani dan gemar menghakimi sesama. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: AMSAL 17:22
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 15-17
Nas: Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22)
Dengan Akal Sehat
Ada dua pertanyaan: Apakah hati yang gembira sungguh melenyapkan semua penyakit? Apakah semangat yang patah sungguh membuat kita terkena osteoporosis alias keropos tulang? Saudaraku, Amsal 17:22 adalah kiasan. Itu tidak bisa dimaknai secara harfiah. Memaknai kiasan secara harfiah akan membawa kita pada makna yang salah.
Amsal 17:22 memang mengingatkan bahwa suasana hati (gembira, optimis, sedih, putus asa, dll.) bisa memengaruhi kesehatan maupun kinerja seseorang. Namun, kita percaya, bacaan Kitab Suci ini tak hendak mengajak kita bersikap naif dan irasional. Firman Tuhan justru menasihati agar kita menggunakan akal sehat: tidak menganggap bahwa patah semangat menyebabkan keropos tulang, tidak menganggap bahwa hati yang gembira adalah pengganti obat maupun prosedur dan terapi medis lainnya.
Apakah nasihat itu masih relevan? Ternyata, keadaan masih memerlukan itu. Ingat apa yang terjadi ketika Covid-19 merundung negeri kita? Banyak orang menolak menjalani protokol kesehatan, menolak menerima vaksin Covid-19, dan berkeras bahwa hati yang gembira akan dengan sendirinya meningkatkan imunitas serta menangkal virus Covid-19. Itu sekadar contoh. Dan, Amsal 17:22 menasihati kita untuk meninggalkan sikap keliru itu.
Iman melampaui pikiran dan akal budi. Itu benar. Namun, pikiran dan akal budi adalah anugerah Tuhan juga. Itulah sebabnya, Tuhan memerintahkan agar kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Karena itu pula, kita diundang untuk beriman dengan akal sehat. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: AYUB 42:1-6
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 18-20
Nas: "Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2)
Percaya serta Berserah
Sering kali kita menyebut diri kita sebagai orang percaya. Namun, pernahkah kita berpikir tentang bagaimana rasa percaya kita kepada Allah? Beranikah memberikan rasa percaya kita secara penuh kepada Allah? Nampaknya pertanyaan ini patut untuk kita ajukan karena sering kali rasa percaya itu justru disertai dengan keragu-raguan. Terlebih lagi apabila harus mengalami masa sulit, tentulah keragu-raguan itu semakin besar.
Dalam berbagai permasalahan dan berbagai dukacita yang dihadapi, Ayub menyatakan kemahakuasaan Allah. Bahwa atas kemahakuasaan-Nya, tidak ada yang mustahil untuk dilakukan oleh-Nya. Di dalam pernyataannya tersebut, tersirat pula pengakuan Ayub atas kelemahannya sebagai manusia yang tidak memiliki kuasa apa-apa, dan oleh karena itu maka dia menyerahkan hidupnya kepada Allah. Artinya, permasalahan yang dihadapi Ayub tidak membuat dia menggugat Allah dan meragukan kuasa-Nya; tetapi sebaliknya, Ayub justru semakin meninggikan Allah atas kemahakuasaan-Nya, dan oleh karena itu maka dia mengandalkan Allah dalam hidupnya. Ayub menyerahkan hidupnya kepada Allah karena Ayub tahu bahwa Allah pasti memiliki rencana yang sempurna untuknya.
Ayub menunjukkan bahwa ketika kita percaya kepada Allah, maka kita juga diminta untuk berserah kepada-Nya. Karena dengan berserah, kita akan mampu untuk senantiasa menyadari keberadaan kita sebagai manusia, yang hidup atas kuasa Allah. Sehingga kita akan mampu untuk tetap teguh berpegang kepada-Nya, apa pun yang terjadi. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: AMSAL 14:10-12
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 21-22
Nas: Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut. (Amsal 14:12)
Jalan Menuju Kuburan
Saya pernah punya pengalaman tak terlupakan ketika bersama seorang teman hendak menuju ke lokasi persekutuan dengan bersepeda motor. Ketika hampir sampai ke lokasi, kami dihadapkan pada persimpangan jalan yang sekilas tampak sama. "Pilih kanan atau kiri nih?" tanya saya pada kawan seperjalanan saya. Setelah bersepakat, kami pun memutuskan belok ke kiri, tetapi ternyata pilihan kami keliru. Tak lama kami malah masuk ke area perkuburan kampung yang tak berpagar. Untunglah kondisi jalan masih cukup terang, juga cukup lebar sehingga kami bisa memutar balik dan melanjutkan perjalanan hingga tiba ke lokasi persekutuan.
Membaca nas renungan hari ini, apakah hal pertama yang terlintas dalam benak kita? Apakah lantas terbayang ada persimpangan jalan yang tampak serupa, tetapi sebenarnya hanya ada satu sisi jalan yang dapat membawa kita ke tujuan dengan selamat? Ayat Kitab Suci hari ini tampaknya memang bertujuan untuk mengingatkan para pembacanya akan bahaya jalan kehidupan yang tampak baik, tetapi sebenarnya akan membawa keburukan, kerusakan, bahkan membawa maut bagi siapa saja yang melalui jalan itu.
Jalan orang berdosa atau segala sesuatu yang mengarah pada kejahatan adalah jenis jalan yang tampak lurus, tapi ujungnya mengarah pada maut. Secepat mungkin kita mengenali jalan itu, lalu memutuskan menempuh jalan lain dengan pertolongan Roh Kudus yang Allah berikan, maka keputusan itu dapat menghindarkan kita dari malapetaka atau hal-hal yang dapat berdampak negatif pada masa mendatang. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar