RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 4-5
Nas: "Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu." (Matius 6:22-23)
Persepsi dan Presuposisi
"Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu." Apa arti kiasan itu? "Mata" adalah persepsi kita atas kenyataan, dan "tubuh" adalah hidup kita. Rupanya Tuhan mau menunjukkan bahwa persepsi kita atas kenyataan adalah hal yang menentukan: menentukan sikap dan tindakan kita, menentukan apakah hidup kita menjadi terang atau menjadi gelap.
Masalahnya, kita tak pernah memersepsikan sesuatu dengan pikiran kosong. Contoh: Bagi kita, lift adalah sarana yang menyenangkan untuk naik turun di gedung bertingkat. Namun, bagi pengidap klaustrofobia, lift adalah hal mengerikan yang akan dia jauhi. Anda lihat? Faktor psikologis seseorang menentukan persepsi dan tindakan orang itu.
Dalam diri kita selalu ada faktor yang memengaruhi persepsi kita. Itu bisa berupa faktor psikologis (seperti contoh tadi), keyakinan, tata nilai, wawasan, pengalaman, kepentingan, dsb. Para cendekiawan menamai faktor itu presuposisi. Persepsi kita atas apa pun selalu dipengaruhi oleh presuposisi dalam diri kita, tak mungkin tidak. Presuposisi kita menjadi faktor yang menentukan: menentukan fokus sorotan kita, menentukan kesimpulan kita, menentukan sikap dan tindakan kita.
Maka, sabda di atas adalah titah agar kita menyadari tiap presuposisi yang ada dalam diri kita, jujur mengkritisi, dan mengoreksinya jika itu keliru, agar kita punya persepsi dan pengertian yang benar tentang hal-hal yang kita hadapi, agar kita bersikap dan bertindak benar, agar teranglah seluruh hidup kita. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 YOHANES 2:1-6
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 6-8
Nas: Namun, siapa yang menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah. Dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia. (1 Yohanes 2:5)
Kesempurnaan Kasih Allah
Di tengah pernyataan-pernyataan luar biasa yang diterima Rasul Paulus, ia mengalami sesuatu yang menyakitkan, yang disebutnya sebagai duri dalam daging. Ia bahkan sudah tiga kali berseru kepada Allah mengenai hal itu, supaya Tuhan segera menyingkirkannya. Namun, Tuhan menjawabnya dengan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya sudah cukup. Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Nya menjadi sempurna.
Kesaksian Paulus seolah menunjukkan bahwa kasih Allah tak juga melepaskan manusia dari pergumulan hidup. Padahal, bukankah Allah telah menyatakan kasih-Nya secara sempurna melalui pengorbanan Yesus? Yesus telah menyerahkan diri sebagai korban pendamaian guna menghapus dosa setiap orang di dunia yang percaya kepada-Nya. Jika demikian, di manakah letak kesempurnaan kasih-Nya?
Kesempurnaan kasih Allah memang tidak membebaskan manusia dari segala macam beban pergumulan. Sebab kasih Allah kepada manusia tidak dapat disempurnakan tanpa pengamalan kita akan firman-Nya dalam perbuatan. Kasih Allah hanya dapat mencapai tujuannya ketika umat memberikan respons dengan menuruti ajaran-Nya. Bukan sekadar memiliki pengetahuan yang luas tentang Alkitab dan kekristenan, kesempurnaan akan terjadi ketika kita menghidupkan firman Tuhan dalam hidup kita. Dalam kata lain, kita harus hidup seperti hidupnya Yesus. Ketika pemahaman serta pengenalan tentang perintah-perintah Allah tertanam di dalam jiwa dengan sepenuhnya dan dinyatakan dalam praktik kehidupan seluruhnya, niscaya kehidupan di bumi akan menjadi seperti di surga. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: WAHYU 3:14-22
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 9-11
Nas: "... Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, sumber dari ciptaan Allah." (Wahyu 3:14)
Amin
"Dalam nama Yesus. Amin." Demikianlah lazimnya kita mengakhiri doa. Saking lazimnya, bisa jadi kita tidak meresapi lagi betapa dalamnya makna kata "amin" tersebut.
Amin atau amen, kata bahasa Ibrani yang disalin ke dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, adalah salah satu gelar Tuhan Yesus. Kata amin berarti teguh, metafora dari kesetiaan. Amin dapat digunakan di depan kalimat, dalam Alkitab biasanya diterjemahkan sesungguhnya, suatu penegasan bahwa perkataan yang hendak disampaikan itu sungguh-sungguh benar dan bersumber dari kebenaran. Ketika digunakan di akhir perkataan, amin menegaskan: terimalah, kabulkanlah, demikianlah hendaknya.
Kebiasaan mengucapkan amin ini bermula dari sinagoge dan kemudian digunakan di tengah jemaat Kristiani. Ketika pemimpin ibadah, setelah membaca firman atau berkhotbah, berdoa kepada Allah, umat meresponsnya dengan mengucapkan "amin" sebagai peneguhan atas doa tersebut. Kata amin berhubungan langsung, bahkan nyaris identik, dengan amam, kata bahasa Ibrani untuk percaya atau setia. Amin, dengan demikian, mengungkapkan kesungguhan, suatu kepercayaan dan keyakinan yang mutlak.
Yesus adalah "ya" dan "amin" bagi semua janji Allah dalam Perjanjian Baru (2Kor. 1:20). Artinya, Dialah yang menanggung dan menjamin kebenaran janji itu serta memastikan bahwa Allah yang setia pasti menggenapinya. Demikianlah, setiap mengakhiri doa, kita diingatkan akan betapa indah, dalam, dan agung nama Yesus itu. Amin. --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: NAHUM 1:7-8
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 12-14
Nas: TUHAN itu baik; tempat perlindungan pada waktu kesusahan; Ia memperhatikan orang-orang yang berlindung pada-Nya, bahkan dalam banjir yang melanda .... (Nahum 1:7-8)
Tidak Menjadi Serupa
Bagaimana cara kita berlaku setia di hadapan Tuhan? Terhadap pertanyaan ini, kita patut melihat bahwa sering kali kesetiaan diartikan sebagai wujud sikap yang tahan terhadap berbagai godaan. Namun, bagaimana apabila kita disakiti dan mendapat penindasan? Bisakah kita tetap setia kepada Allah, dengan menahan sakit dan penindasan yang kita alami tersebut, serta tidak terbawa amarah untuk melakukan pembalasan?
Kitab Nahum menceritakan carut-marut yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel yang disebabkan oleh penyelewengan kekuasaan. Di mana baik Allah maupun umat tidak lagi dipandang, tetapi justru memandang harta. Oleh sebab itu, mereka yang miskin tidak mendapatkan tempat, tetapi justru mendapatkan penindasan. Dalam keadaan tersebut, Nahum hadir kepada mereka yang tertindas dan mengajak mereka untuk tetap setia datang kepada Tuhan, supaya mereka tidak melakukan pembalasan dan menjadi serupa dengan mereka yang melakukan penindasan demi harta. Nahum menegaskan kepada mereka untuk tetap menjadi umat Tuhan yang mengandalkan pertolongan-Nya karena Tuhan itu baik, di dalam-Nya terdapat perlindungan, persahabatan, serta pertolongan bagi mereka yang mau datang kepada-Nya.
Kesetiaan tidak hanya mengenai godaan, tetapi juga mengenai bagaimana kita dapat menahan diri dalam setiap keadaan. Melalui kesetiaan, kita mampu untuk menjaga diri tetap dalam tangan-Nya, untuk tidak menjadi sama seperti mereka yang menindas, sehingga kita memperoleh kehidupan. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: TITUS 2:11-15
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 15-17
Nas: Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. (Titus 2:14)
Rajin Berbuat Baik
Ada filosofi yang diyakini banyak orang mengenai perbuatan baik, yang dianggap dapat menjadi bekal untuk menjalani "kehidupan yang kedua" setelah meninggalkan dunia yang fana ini. Namun, bagi orang percaya tujuan dari perbuatan baik yang kita tunjukkan dalam kehidupan nyata tidaklah sama dengan filosofi tadi. Sebagai orang percaya, kita didorong untuk berbuat baik bukan supaya diselamatkan, melainkan sebagai ungkapan syukur atas karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus yang telah kita terima.
Nas renungan hari ini menegaskan akan hal itu, yakni bahwa keselamatan yang Kristus lakukan dengan menyerahkan diri-Nya, tak hanya ditujukan agar kita terbebas dari segala kejahatan dan dikuduskan oleh-Nya, tetapi agar kita dapat menjadi rajin dalam berbuat baik. Dalam frasa "rajin berbuat baik" terkandung suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten, berulang-ulang, hingga perbuatan itu dapat dikenali oleh orang lain dan mereka mengakui ... bahwa orang Kristiani itu baik, lalu memuliakan Allah. Bukankah hal ini akan membuat kita bersukacita?
Oleh karena itu, sambil mengingat bagian lain firman Tuhan yang menyebutkan panggilan kita sebagai garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16), mari kita kembali mengobarkan semangat untuk berbuat baik melalui sikap dan perilaku kita, juga lewat uluran tangan kita yang lahir dari hati yang mengasihi orang lain. Ingatlah bahwa orang yang hatinya dipenuhi kasih Allah, niscaya ia tidak akan tahan berdiam terlalu lama tanpa berbuat baik, karena kasih kepada sesama. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 16:16-33
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 18-19
Nas: "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)
Menang Bersama-Nya
Banyak penumpang mengalami kecemasan hebat ketika pesawat yang ditumpangi mengalami turbulensi, dengan bayangan akan terjadi bencana, suatu pertanda bahwa pesawat akan jatuh. Padahal faktanya, pesawat memang dibuat untuk dapat mengatasi kejadian turbulensi dan terutama pilot yang profesional tahu pasti apa yang harus dilakukan untuk menangani hal tersebut. Sesungguhnya dengan berusaha memahami ilmu turbulensi, kekhawatiran kita yang berlebihan juga akan lenyap.
Dunia yang kita tempati bagaikan turbulensi yang menimpa pesawat. Penuh dengan pergumulan yang menimbulkan ketidakpastian dan rasa tidak aman sehingga kita cenderung menjalani hari dengan perasaan takut. Namun, kalau kita menempatkan harapan kita kepada Yesus yang ibarat pilot andal yang paham betul bagaimana mengatasi turbulensi, niscaya ketakutan kita akan lenyap. Dengan hadirat-Nya yang nyata melalui bimbingan Roh-Nya, kita akan mantap melangkah bersama-Nya, mendapatkan ketenteraman sehingga kita dapat fokus melayani-Nya, menjalani peran kita untuk menjadi saksi Kristus di dunia yang gelap.
Hidup memang berat, tetapi bukan saatnya bagi kita untuk meratapi hari-hari yang ada dengan perasaan tidak berdaya. Bersama Yesus niscaya kita dapat mengalami kasih, sukacita, dan damai-Nya di dunia ini. Dia telah mengalahkan dunia sehingga Dia pun dapat mengerti perasaan kita dan hendak membantu kita dalam menghadapi rintangan yang sering kali mematahkan semangat. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar