RENUNGAN HARIAN
Bacaan: 1 TESALONIKA 1
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 11-13
Nas: Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersebar kabar tentang imanmu kepada Allah .... (1 Tesalonika 1:8)
Viral
Dalam media sosial, istilah viral berarti menyebarnya suatu berita atau informasi secara luas dan cepat, persis seperti cara kerja virus, yang menjadi asal dari kata ini. Informasi itu bisa berupa video, audio, foto, atau tulisan yang menyedot perhatian serta menjadi perbincangan publik. Sayangnya, informasi yang viral justru sering berupa hal-hal negatif, seperti skandal artis, kasus asusila, korupsi, berita kriminal, bahkan informasi menyesatkan alias hoaks. Namun viral tidak selalu berkonotasi negatif, karena berbagai informasi yang inspiratif dan memotivasi juga memberi manfaat besar bagi banyak orang.
Sebelum era media sosial, berbagai informasi juga tersebar luas dengan cara berbeda. Utamanya adalah melalui pemberitaan lisan, dari mulut ke mulut. Salah satunya adalah mengenai jemaat Tesalonika, satu kota di wilayah utara Yunani. Rasul Paulus memberitakan Injil di kota itu sehingga terbentuklah sebuah jemaat. Sekalipun mereka menghadapi penindasan yang berat, namun mereka terus bertumbuh dan bertekun dalam iman serta perbuatan kasih (ay. 3). Iman dan kebaikan mereka menjadi viral sehingga menjadi teladan di Makedonia dan Akhaya, wilayah selatan Yunani yang luas, serta ke daerah-daerah lain.
Andai perilaku atau perbuatan kita menjadi viral, apakah itu akan berdampak positif bagi banyak orang ataukah sebaliknya? Kita hendaknya ingat bahwa kita adalah wakil-wakil Allah untuk menyebarkan kasih-Nya kepada dunia. Biarlah kiranya kita dikenal bukan karena sensasi atau berita buruk, melainkan karena kasih dan teladan baik yang dapat memberkati banyak orang. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: NEHEMIA 2:1-10
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 14-16
Nas: Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?" (Nehemia 2:3)
Dukacita Ilahi
Apa yang tampak pada raut muka kerap menunjukkan apa yang ada di hati. Ketika kita melihat seseorang dengan raut wajah muram dan sedih, kita bisa menyimpulkan bahwa hatinya sedang diliputi kesedihan. Raut wajah seseorang terlihat muram karena berbagai alasan. Salah satunya karena keprihatinan terhadap seseorang atau sebuah keadaan yang sedang menghadapi masalah. Apa yang ada di hati, tampak jelas pada raut muka dan ia tidak mungkin menyembunyikannya.
Selama bertugas sebagai juru minuman kerajaan, Nehemia tidak pernah memasang raut wajah sedih di hadapan Raja Artahsasta. Tetapi hari itu Nehemia tidak mampu menyembunyikan kesedihannya di hadapan raja karena itu terlihat jelas di wajahnya. Perubahan itulah yang memaksa raja untuk bertanya kepadanya. Dan Nehemia pun memberitahukan bahwa ia sedih karena menyaksikan kota nenek moyangnya telah habis menjadi reruntuhan karena dimakan api. Nehemia juga mengutarakan keinginannya untuk diperkenan pulang ke Yehuda dan membangun kotanya kembali.
Kepedihan hati Nehemia terhadap kondisi bangsanya adalah dukacita Ilahi yang begitu dalam. Ia pun jujur mengakuinya dan ingin melakukan sesuatu demi pemulihan bangsanya. Hati seorang yang diliputi dukacita Ilahi tidak akan merasa tenang saat melihat kondisi negaranya dalam impitan masalah. Ia dengan jujur mengutarakan keprihatinannya itu kepada Tuhan dan berdoa memohon perkenanan-Nya. Apakah hati kita juga diliputi dukacita Ilahi terhadap keadaan yang sedang menimpa bangsa kita hari ini? Apakah hati kita tergerak berdoa untuk pemulihan bangsa kita? --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YOHANES 8:1-11
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 17-19
Nas: ... Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi." (Yohanes 8:11)
Kemurahan yang Ditunjukkan
"Pah, maaf mobil barunya baru saja menabrak tembok dinding pembatas, " kata anak saya sepulang mengantar istri saya ke mal. Ia tampak ketakutan menyampaikan berita buruk itu. "Mobil dibawa saja ke bengkel dan klaim asuransi, lain kali lebih berhati-hati ya waktu parkir mobil, " kata saya. "Kan sayang mobil baru sudah penyok?" sambung anak saya. "Mana yang harus Papa sayangi, mobil atau penumpang dalam mobil?" kata saya. Saya langsung melihat raut muka anak saya berubah dari takut menjadi tenang, tidak cemas atau takut lagi.
Yesus tidak sedang mengizinkan perbuatan dosa yang diperbuat wanita pada ayat di atas. Yesus sedang mendemonstrasikan kasih dan penerimaan atas orang berdosa. Tidak ada seorang pun yang memiliki kuasa pembenaran yang lebih besar untuk membunuhnya karena dosanya daripada yang dikerjakan Yesus. Yesus lebih mementingkan pertobatan dan keselamatan daripada hukuman atau kematian orang berdosa. Hukuman tidak membawa perubahan dan keselamatan bagi wanita itu. Pertobatan justru membawa kepada perubahan hidupnya seperti yang diminta Yesus.
Cara terbaik bersaksi di dunia yang mudah menghakimi, egois dan tiada pengampunan adalah menunjukkan kemurahan hati kita kepada orang lain. Mulailah mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan orang lain dan jangan terganggu oleh dosanya. Kita sering membicarakan, terganggu oleh dosa dan kelemahan orang lain daripada menolong kebutuhan mereka, sampai akhirnya kita hanya menunda, membatalkan menolong mereka. --AWS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 KORINTUS 8:1-15
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 20-22
Nas: Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. (2 Korintus 8:12)
Mencicip
"Ini, sedikit untuk dicicip, " begitulah kalimat pengantar yang kami sampaikan, mengiring pemberian yang kami bawa. Mungkin bukan sesuatu yang "wah". Namun, membagikan sedikit dari yang kami miliki sudah menjadi budaya. Ada rasa bahagia ketika dapat berbagi. Bukan supaya dikenal sebagai orang baik, toh semua juga saling berbagi. Mengasihi selayaknya keluarga, adalah dasar kami bergantian berbagi sesuai dengan yang kami miliki. Jangankan sesuatu yang tidak dijual, hasil sawah dan ladang yang menjadi sumber penghasilan pun sengaja disisihkan supaya tetangga ikut mencicipi.
Iman dan kasih kepada Kristus tidak cukup hanya dinyatakan melalui pertobatan yang menyangkut perilaku moral, melainkan juga perlu dinyatakan dalam hubungan sosial dan komunal. Karena itu, kasih yang nyata dalam kepedulian terhadap sesama pun harus diwujudkan sebagai buah iman. Dan mengingat bahwa kesempatan untuk berbagi/menolong sesama juga merupakan anugerah dari Allah, maka kerelaan memberi harus disertai usaha yang tulus.
Allah menerima setiap rencana baik, serta usaha yang sesuai dengan kemampuan. Allah menerima pemberian dari yang kita miliki, dari sesuatu yang dapat kita lakukan. Sebaliknya, Allah tidak akan menolak kita karena sesuatu yang tidak kita miliki, tidak kita kuasai dan yang tidak dapat kita lakukan. Namun demikian jangan berpikir bahwa memiliki niat atau maksud baik itu cukup. Pun mengutip ayat "sepadan dengan kerelaan" sebagai dasar untuk mempersembahkan semampunya, bukan sekenanya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: FILIPI 1:1-11
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 23-25
Nas: Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. (Filipi 1:5)
Konsisten dalam Pekabaran Injil
Saya bersyukur sekaligus mengagumi konsistensi dan kesungguhan Sandy, teman lama yang saya kenal saat terlibat dalam pelayanan sosial. Terhitung sudah lebih dari 15 tahun, ia masih memiliki hati yang berkobar untuk melayani jiwa-jiwa dan mengadopsi anak-anak di panti asuhan, setelah kembali ke daerah asalnya. Konsistensi Sandy layak diacungi jempol karena beberapa kali ada tawaran untuk mengerjakan hal yang lain, tetapi semua itu ditolaknya karena ingin berfokus mengerjakan pelayanan yang diyakini sebagai panggilan Tuhan bagi dirinya.
Ketika menulis surat untuk jemaat Filipi, Paulus mengungkapkan rasa syukurnya atas kehidupan umat Tuhan di sana. Faktor utamanya, karena persekutuan mereka dalam Berita Injil yang masih terjaga dengan baik ... kalian sudah membantu saya menyebarkan Kabar Baik dari Allah (Terj. BIS). Bagi orang percaya, terlibat dalam pekabaran Injil adalah hal yang layak untuk dijalani, terlepas dari cara maupun profesi sehari-hari yang kita lakukan. Mungkin kita tak bisa pergi menginjil secara langsung, tetapi kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi pada masa kini.
Saat ini, tantangan untuk mengabarkan Injil terbilang tidak mudah, tetapi kobaran semangat untuk berbagi Kabar Baik sedapat mungkin perlu kita pertahankan dan jangan biarkan apinya menjadi padam. Bagaimana dengan hidup kita? Masihkah apa yang kita lakukan hari-hari ini mengarah pada pekabaran Injil, atau setidaknya masih kita arahkan untuk menjadi saksi Kristus bagi sekeliling kita? --GHJ/www.renunganharian.net
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 19:1-18
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 26-28
Nas: Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram." (1 Raja-raja 19:15)
Masuk Akal
Seorang pria pulang dari gereja dalam keadaan marah. Tadi ia bercerita kepada Pak Pendeta kalau sedang banyak masalah dalam keluarganya. Bisnisnya macet, istrinya terlihat akrab dengan pria lain, putra-putrinya pun terlibat pergaulan bebas. Disangkanya, ia akan dikasihani dan dihibur. Namun Pak Pendeta justru mendorongnya turut melayani Tuhan di gereja. "Anjuran tidak masuk akal, " katanya geram.
Tampak tidak masuk akal anjuran melayani Tuhan saat banyak masalah menimpa kehidupan. Namun dipikir-pikir lagi, anjuran itu sangat masuk akal. Dengan melayani Tuhan, pikiran tidak terfokus pada persoalan. Faktanya, jika melulu memikirkan persoalan, dapat muncul kecemasan dan kegelisahan. Pula ketakutan yang berlebihan, seperti dialami Nabi Elia. Jauh ia berlari masuk ke padang gurun, lalu berkata ingin segera mati. Elia sampai bertindak demikian karena berfokus pada perkataan Izebel. Dalam pikiran terus terbayang perempuan itu mencabut nyawanya. Ia lupa baru saja menang bertanding melawan 450 nabi Baal (lih. 1Raj. 18:20‒40). Menanggapi ketakutan Elia, Tuhan memberinya tugas pelayanan. Elia diminta mengurapi Hazael menjadi raja Aram, Yehu menjadi raja Israel dan Elisa menjadi nabi menggantikannya (ay. 15‒16). Menarik setelah itu tidak terlihat Elia ketakutan.
Bukan berarti kita mengabaikan persoalan atau tidak berupaya menangani masalah. Hanya jangan biarkan pikiran terfokus ke sana. Saat melayani, fokus pikiran teralihkan dari persoalan pada pekerjaan Tuhan. Mungkin masalah tetap ada, tetapi kita menjadi kuat menghadapinya karena kita disadarkan bahwa Tuhan yang kita layani terlebih besar dari segala persoalan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar