RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: MAZMUR 88
Bacaan Setahun: Yeremia 1-3
Nas: Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku? (Mazmur 88:14)
Menantikan Maksud Tuhan
Meski sudah memproses pengalaman pahit masa lalu, adakalanya luka dari pengalaman itu hadir seperti sambaran petir. Ada masa-masa tidak terduga yang kembali membuat saya kesakitan dan tidak mengerti makna penderitaan tersebut, seakan-akan Tuhan meninggalkan saya. Apakah Anda pernah memiliki pengalaman serupa dengan kondisi tersebut? Lalu dalam hati dapat timbul pertanyaan, apakah Tuhan sengaja membuat saya menderita?
Mazmur 88, nyanyian pengajaran Heman, orang Ezrahi, dapat dikatakan sebagai salah satu Mazmur dengan nuansa kesedihan yang kelam. Penderitaan yang tidak tahu kapan berakhir dan jiwa yang sudah kenyang dengan malapetaka (ay. 4). Putus asa yang kuat ini disamakan dengan dunia orang mati yang terputus dari kuasa Tuhan (ay. 6). Ungkapan kejujuran perasaan karena merasa Tuhan sedang meninggalkan serta menjauhkan sahabat dan teman (ay. 19). Semua tampak gelap karena kesengsaraan yang tidak ada habisnya. Namun, pemazmur tetap tahu bahwa Tuhan tidak berubah dalam kasih dan kesetiaan-Nya yang teguh, terlepas dari rasa sakit yang belum berakhir (ay. 12-13).
Kepahitan terhadap Allah dapat muncul manakala kita tidak mengerti jalan-jalan penderitaan yang kita alami. Rasa terluka timbul karena merasa Tuhan meninggalkan. Di mana Tuhan saat kita menderita dengan hebat? Mazmur ini berakhir tanpa jawaban dari Tuhan. Seruan-seruan kesesakan yang belum dijawab Tuhan. Hai jiwa yang sedang merana, di tengah penderitaan yang tidak kelihatan ujungnya, tenangkan diri dan nantikanlah Tuhan bersuara! Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu (ay. 14). --MRD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KELUARAN 31:12-17
Bacaan Setahun: Yeremia 4-6
Nas: "Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal." (Keluaran 31:16)
Sedang dalam Perbaikan
Anton terburu-buru hendak naik lift. Ternyata lift rusak, di sebelahnya terpasang pengumuman, "Maaf atas ketidaknyamanan Anda, live sedang dalam perbaikan." Alih-alih kesal, Anton tersenyum geli. Meskipun si penulis pengumuman salah ketik, pesannya tetap berlaku. Bukan hanya lift yang bisa rusak dan perlu diperbaiki, hidup kita juga perlu perawatan rutin.
Itulah sebabnya Tuhan menetapkan hari Sabat. Dalam perjanjian Lama, bangsa Israel diperintahkan untuk menguduskan hari Sabat dan mendedikasikan seluruh hari itu kepada Allah. Setiap hari ketujuh mereka tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan apa pun dan barang siapa melanggarnya akan menanggung hukuman mati (ay. 14).
Dalam perjanjian Baru, kita tidak menjalankan Sabat sebagai ritual atau kewajiban agama yang mengandung ancaman hukuman. Kita merayakannya sebagai buah persekutuan yang tidak terputus dengan Yesus Kristus, Sang Pemberi Kelegaan (Mat. 11:28).
Sabat menjadi kesempatan istimewa untuk beristirahat, berekreasi, meremajakan kembali kondisi mental, memperbarui kerohanian, dan melayani sesama. Melalui Sabat, kita merawat, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas hidup. Dan, bukan lagi seminggu sekali, kita dapat melakukannya dari waktu ke waktu!
Kita dapat merayakan Sabat dengan beragam cara: bersaat teduh, menyimak khotbah yang menguatkan, bernyanyi, menonton film inspiratif, mengampuni kesalahan orang lain, menata pola makan, berolahraga secara terukur, dan sebagainya. Rawatlah hidup yang berharga ini! --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KISAH PARA RASUL 24:14-16
Bacaan Setahun: Yeremia 7-10
Nas: "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kis. 24:16)
Hati Nurani
Rere terkejut, lalu menghentikan langkahnya. Di bibir trotoar, tersamarkan rerumputan liar, sebuah dompet tergeletak. KTP, STNK, SIM A, kartu BPJS, kartu ATM, dan 17 lembar ratusan ribu, ada di dalamnya. "Rezeki, nih, " gumam Rere. Tetapi, tiba-tiba, sebuah kesadaran melintas di hatinya, "Tidak, Rere. Kembalikan kepada pemiliknya. Semuanya!"
Kesadaran dalam hati yang memberi tahu kita apa yang harus kita lakukan, seperti yang dialami Rere dalam kisah di atas, mempunyai beberapa nama: nurani, suara hati, kata hati, atau hati nurani. Itu seperti penasihat yang ada di dalam diri kita, yang selalu memberi tahu kita tindakan apa yang harus kita ambil.
Rasul Paulus sangat mengasihi Tuhan, dan meyakini kehendak-Nya sebagai kebenaran. Itu memenuhi jiwanya, menjadi hati nuraninya, yakni kesadaran tentang apa yang baik dan wajib baginya yang selalu mengarahkan dia untuk setia pada Tuhan dalam segala hal. Karena itu, apa pun yang terjadi, Rasul Paulus selalu memilih untuk mendengarkan hati nuraninya. "Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia, " katanya bersaksi (ay. 16).
Kita pun memiliki hati nurani, yang mengingatkan kita tentang tindakan yang harus kita ambil atau prinsip yang harus kita taati. Tentu, kita sendirilah yang harus memutuskan: mendengarkan hati nurani, atau menafikannya. Tetapi, Rasul Paulus memberi teladan agar kita mendengarkan hati nurani, dan berjuang untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 PETRUS 2:11-17
Bacaan Setahun: Yeremia 11-14
Nas: Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16)
Hidup Merdeka
Seorang teman mengaku ingin dapat menduduki jabatan tertinggi di tempat ia bekerja. Gaji besar dan memiliki kebebasan mengatur bawahan adalah alasan utamanya. "Jujur, aku bosan bekerja dalam tekanan dan berpenghasilan pas-pasan!" ujarnya.
Merdeka identik dengan memiliki kebebasan dan kekuasaan. Memiliki kewenangan untuk berlaku sesuka hati, termasuk mengatur orang lain semau diri sendiri. Tak heran jika pada akhirnya banyak orang berlomba mencari kuasa.
Orang kristiani beroleh anugerah kemerdekaan dari Tuhan. Namun, kemerdekaan ini adalah kemerdekaan dari dosa. Merdeka dari kekuasaan iblis, penghukuman hukum Taurat, murka Allah dan kengerian atas maut. Kemerdekaan kristiani bukan selubung untuk menutupi kejahatan. Sebaliknya, anugerah kemerdekaan diharapkan dapat membawa umat menuju cara hidup yang baik. Dengan perbuatan baik itulah umat kristiani bersaksi, sehingga dapat membungkam mereka yang gemar menebar fitnah tentang Allah.
Kemerdekaan yang merupakan hak istimewa dari Tuhan bukan jaminan untuk berlaku sewenang-wenang, bebas tanpa batasan. Sikap yang demikian justru dapat merenggut kemerdekaan kita atas dosa! Mungkin, kemerdekaan atas dosa memang tidak membebaskan kita dari penderitaan. Sebab, mempertahankan kekudusan dan kasih yang menjadi ciri kemerdekaan kristiani besar kemungkinannya berseberangan dengan kenikmatan dunia. Namun, mengingat penderitaan terbesar kita adalah maut akibat dosa, relakah kita menggadaikan kemerdekaan dari Tuhan demi kesenangan yang sementara? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOSUA 14:10-15
Bacaan Setahun: Yeremia 15-18
Nas: "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah (Yosua 14:10)
Lain Jiwanya
Kaleb adalah sosok yang setia mengikut Tuhan sejak masa mudanya. Pengalaman-pengalaman rohani tidak serta-merta membuatnya berbangga diri, sebaliknya ia tetap rendah hati. Ia tidak goyah mengikut Tuhan, sekalipun ia tidak selalu mendapat berkat jasmani. Buktinya, ia tidak mengeluh ketika harus ikut berjalan di padang gurun selama 40 tahun akibat ketidakpercayaan bangsanya. Tidak heran jika Tuhan memujinya sebagai orang yang "lain jiwanya" karena mengikut Tuhan dengan sepenuh hatinya (Bil. 14:24).
Di usia senja fokus hidupnya adalah memuliakan Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan. Selama 45 tahun Kaleb mengalami pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan" (Rm. 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan, Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb sepatutnya menjadi cerminan bagi kita, orang-orang percaya yang hidup di masa kini. Kehidupan orang percaya yang "lain jiwanya" menunjukkan bahwa kita benar-benar didapati Tuhan sebagai seorang yang mengikut Dia dengan sepenuh hati, mengarahkan hidup hanya untuk memuliakan Tuhan, dan memiliki kesetiaan yang tidak berubah sekalipun situasi di sekelilingnya berubah. Orang yang "lain jiwanya" tetap berpegang pada janji Tuhan sekalipun ia harus menderita karena hidup dalam kebenaran. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: EFESUS 5:1-21
Bacaan Setahun: Yeremia 19-22
Nas: Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16)
Waktu Adalah Kristus
Pada saat kuliah, saya sempat diajar oleh seorang dosen yang telah berusia 81 tahun. Pada waktu saya bergabung dengan kelompok paduan suara gereja, salah seorang rekan sepelayanan saya adalah seorang kakek berusia 80 tahun. Saya juga berteman dengan seorang kakek berusia lebih dari 60 tahun yang memutuskan untuk mengambil studi lanjut di perguruan tinggi jurusan teologia. Bukan hanya berhenti di tingkat strata satu, beliau melanjutkan hingga strata dua. Alasan yang sama menjadi dasar bagi ketiganya: mengisi waktu dengan tindakan positif yang berkenan bagi Tuhan.
Paulus menggolongkan orang menjadi dua jenis: bebal dan arif, dengan melihat cara mereka memanfaatkan waktu. Orang bebal lebih senang menggunakan waktunya untuk mencari kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Mereka hidup dalam percabulan, kejahatan, keserakahan, kemabukan. Sementara orang arif menanggapi karya Roh Kudus dalam hatinya sehingga mereka memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan.
Paulus mengingatkan jemaat untuk memanfaatkan waktu dengan baik mengingat zaman ini adalah zaman yang jahat. Lagi pula bukankah waktu yang kita miliki adalah karunia Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan? Dengan demikian jelaslah bahwa waktu bagi kita bukan sekadar kesempatan untuk mencari kesenangan atau uang. Apalagi menjadikannya kesempatan untuk bermalas-malasan. Bagi seorang kristiani, waktu adalah Kristus: tidak ada waktu yang tidak dipergunakan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar