RENUNGAN HARIAN
Bacaan: MATIUS 5:1-12
Bacaan Setahun: Yesaya 32-37
Nas: "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5)
Kuat Namun Terkendali
Banyak tempat wisata menawarkan jasa naik kuda. Kuda-kuda yang mengangkut penumpang itu, jalannya pelan dan perlahan. Kuda-kuda tersebut sudah dilatih agar aman dinaiki oleh orang tua maupun anak-anak. Namun, kuda merupakan binatang yang biasanya berlari dengan kencang, apalagi jika kuda tersebut merupakan kuda liar. Kelemahlembutan dapat digambarkan sebagai kuda liar yang telah dijinakkan. Kuda tersebut dapat berlari kencang sekali, namun ketika orang yang menungganginya menyuruh berhenti, seketika itu pula kuda tersebut akan tunduk untuk berhenti. Seorang yang lemah lembut adalah pribadi yang memiliki kekuatan besar di bawah kendali Tuhan.
Tentu hal yang mencengangkan sewaktu Tuhan Yesus menyampaikan khotbah di bukit dan mengatakan bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi. Orang-orang yang mendengarkan khotbah itu mungkin sampai mengernyitkan dahi dan bertanya-tanya, "Bagaimana bisa?" Banyak orang yang keliru mengartikan kelemahlembutan. Kelemahlembutan sering diartikan sebagai karakter orang yang lemah, atau sikap seorang yang pemalu atau orang yang gampang bergaul dengan kata-kata yang hangat.
Kelemahlembutan yang sejati mengambil wujud berupa sikap taat kepada kehendak Tuhan. Kelemahlembutan mengacu kepada penundukkan diri dan kerendahan hati. Kelemahlembutan merupakan karya Roh Kudus dalam diri kita (Gal. 5:22-23). Seseorang menjadi terkendali karena Roh Kudus mengatur hidupnya, emosinya dan perilakunya. Sikap lemah lembut juga menunjukkan kekuatan karena tidak kompromi dengan kejahatan dan dosa. Bagaimana kita mengukur diri kita sendiri saat ini? Maukah kita menjadi pribadi yang lemah lembut? --MRD/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: KEJADIAN 31:1-9
Bacaan Setahun: Yesaya 38-42
Nas: Lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku." (Kejadian 31:5)
Berubah
Bagi Yakub, Laban adalah seorang pelindung, penjaga serta penyelamatnya pada awal pelariannya. Laban memberinya tumpangan, pekerjaan serta jaminan masa depan. Namun beberapa waktu kemudian, situasi berubah. Laban mulai menganggapnya sebagai aset untuk dieksploitasi. Lama-kelamaan, ia dianggap sebagai ancaman yang dapat merebut semua kekayaan Laban. Yakub pun menghadapi berbagai tipuan serta kecurangan dari sang mertua. Puncaknya, 20 tahun kemudian, Yakub memutuskan untuk melarikan diri dari Laban, dengan membawa keluarga serta harta miliknya.
Manusia bisa berubah, bahkan dalam sekejap. Yang tadinya menyambut kita dengan sukacita, bisa menjadi orang yang paling membenci kehadiran kita. Yang tadinya paling mendukung, bisa menjadi penentang utama kita. Yang tadinya bersikap ramah dan murah hati, bisa menjadi ketus dan suka mengungkit pemberiannya. Ini terjadi tidak selalu karena kita melakukan kesalahan. Sebaliknya, bisa saja karena kita memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sehingga kehadiran kita membuatnya merasa tersisih.
Ini berarti bahwa kita tidak seharusnya bersandar pada manusia, karena sikap setiap orang dapat berubah sewaktu-waktu. Syukurlah Yakub menyadari hal itu, sehingga ia tidak menggantungkan hidupnya kepada sang mertua. Sebaliknya, ia berserah kepada penyertaan Allah. Dialah yang membuat segala usaha Yakub berhasil, bahkan melampaui kekayaan sang mertua. Dialah Allah yang berjanji untuk selalu menyertai, melindungi, memelihara serta memberkati kita. Dia tidak pernah berubah. Kita dapat memegang janji-Nya serta sepenuhnya menyandarkan hidup kita kepada-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: YOHANES 15:1-8
Bacaan Setahun: Yesaya 43-46
Nas: "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2)
Berbuah Lebih Banyak
Tepat pada musim durian, Pak Darmin mengundang sahabat dekatnya untuk melihat menikmati buah durian dari kebun miliknya. Hasil kerja kerasnya dengan menanam belasan pohon durian pun terbayar lunas ketika kualitas daging durian hasil panenan itu mendapat pujian. Namun, saat dicermati, sekalipun ada banyak pohon durian yang berbuah, ternyata tak semuanya berbuah dalam jumlah yang sama. "Ada yang sedikit, tetapi ada yang sangat banyak. Sebagian pohon malah hanya berbuah sekali, lalu menjadi seperti pohon mati, hanya berbunga tetapi tidak pernah berbuah lagi, " ujar Pak Darmin.
Nas renungan hari ini berbicara tentang perlakuan Bapa Surgawi terhadap kehidupan para pengikut Yesus. Sebagai "pengusaha anggur", ada harapan agar setiap pengikut Kristus dapat menghasilkan hidup yang berbuah banyak. Itulah sebabnya, mereka yang telah menghasilkan buah-berupa bukti pertobatan hidup dan segala perbuatan yang memuliakan Allah, perlu dibersihkan supaya lebih banyak berbuah. Allah tidak menghendaki ada orang percaya yang hanya berbuah sekali, tetapi lantas "mati" karena hidupnya tidak lagi melekat dan tinggal dalam Kristus dan kebenaran firman-Nya.
Perkataan "supaya ia lebih banyak berbuah" sejatinya menjadi harapan Bapa Surgawi bagi setiap orang percaya, supaya Bapa dimuliakan dan dunia semakin mengenal kita sebagai murid-murid Kristus (ay. 8). Nah, rindukah kita berbuah tanpa henti sepanjang hayat? Pastikan hidup kita tetap melekat dengan Kristus dan tinggal dalam kebenaran firman-Nya! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 TIMOTIUS 4
Bacaan Setahun: Yesaya 47-51
Nas: "Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu." (Yosua 23:11)
Latihlah Ketekunan
Segala sesuatu yang hebat dan permanen dilakukan seseorang, berawal dari dia melatih ketekunannya. Sebagai seorang staf pemasaran, saya melatih diri setiap hari berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, berkali-kali ditolak, walau ada juga yang menerima dan memesan. Saya tetap bertekun meski kadang tidak mendapat pesanan. Sampai sekarang meskipun tidak harus keliling, saya selalu mencari pesanan. Saya percaya diri berjualan, sering mendapatkan pesanan, dan mampu melayani pelanggan maupun calon pelanggan dengan lebih baik. Saya berhasil menjadi seorang staf pemasaran karena melatih ketekunan berjualan.
Dalam hal pekerjaan, keluarga, atau hobi kita mau melatih ketekunan agar mendapatkan hasil terbaik. Dalam hal rohani hendaknya kita melakukan hal yang sama. Bertekun mengasihi Tuhan adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Saat Paulus mengingatkan Timotius tentang tugasnya menghadapi pengajar sesat, berkali-kali Paulus menekankan pentingnya berlatih dan bertekun (ay. 7, 8, 13, 16). Itulah sebabnya kita harus berjerih lelah dan berjuang dalam melakukan segala ajaran Yesus Kristus setiap hari. Yang tidak kalah penting, kita harus mengawasi diri sendiri dan apa yang kita ajarkan, agar kita dan semua orang yang mendengar kita selamat (ay. 16).
Melatih ketekunan membuat kita bisa dan akhirnya hebat dalam kemampuan tertentu. Sakit, bosan, seakan tak ada hasil, diejek dan ditolak, itu hal yang biasa kita alami saat orang meragukan upaya kita untuk bertumbuh di dalam mengikut dan melayani Tuhan. Tetaplah melatih ketekunan, karena pasti ada kemajuan dan hasilnya. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: PENGKHOTBAH 9:1-12
Bacaan Setahun: Yesaya 52-57
Nas: Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. (Pengkhotbah 9:10)
Unfinished Business
Jane Porter, seorang konsultan bisnis, menulis sebuah artikel di situs fastcompany.com mengenai mengapa seseorang sering kali tidak berhasil menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Menurut Jane, mental menunda-nunda menyelesaikan pekerjan disebabkan karena orang cenderung tidak suka hasil pekerjaannya dievaluasi.
Raja Salomo dalam kitab Pengkhotbah 9 mengatakan bahwa nasib semua orang sama. Orang bebal atau orang bijaksana, orang baik atau orang jahat, semuanya sama-sama tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di masa depan. Karena itulah penting sekali untuk melakukan segala sesuatu dengan serius dan sekuat tenaga. Jika kita mendapat pekerjaan, anggaplah bahwa itu adalah pekerjaan terakhir yang akan kita lakukan di dunia ini. Jika kita sedang menimbang-nimbang sesuatu, ambillah keputusan seakan-akan itu adalah keputusan terakhir yang akan kita buat dalam hidup kita, jika kita memperoleh pengetahuan dan hikmat, terimalah semuanya seolah-olah itu adalah hal terakhir yang akan kita terima dalam hidup ini. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita sesudahnya. Menunda-nunda hanya akan semakin memperburuk keadaan.
Jika saat ini ada pekerjaan yang kita tunda penyelesaiannya karena kita takut hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kita sebaiknya kembali mengingat nasihat Raja Salomo dalam nas di atas. Ingatlah bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Jika kita tidak memanfaatkan waktu, ada kemungkinan kita tidak akan berkesempatan menyelesaikan pekerjaan itu selamanya. Jika kita melakukan pekerjaan seolah-olah hari ini adalah hari terakhir hidup kita, seharusnya kita akan memberikan usaha terbaik yang bisa kita lakukan. --REY/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 2 SAMUEL 13:23-39
Bacaan Setahun: Yesaya 58-63
Nas: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)
Endapan di Dasar Hati
Dua botol berisi air diletakkan di atas meja. Tampak jernih air dalam kedua botol tersebut. Kemudian datang seorang anak kecil memainkannya. Kedua botol dipegangnya, lalu dikocok-kocok. Air dari botol yang satu tetap jernih, tetapi air dari botol lainnya menjadi keruh. Ternyata air dari salah satu botol tadi itu kotor. Hanya saja kotoran mengendap di dasar botol. Saat botol dikocok, baru kotoran itu naik.
Diri kita juga seperti air dalam botol. Tampak "jernih", baik-baik saja sikap dan perbuatan kita. Waspadalah bisa ada "endapan" di dasarnya. Dasar ialah gambaran dari hati. Dalam hati bisa tersimpan karakter buruk seperti iri, kesombongan, amarah atau kepahitan. Alkitab mencontohkan pengalaman Absalom. Di dasar hati Absalom mengendap amarah sebab Tamar, adiknya, diperkosa oleh Amnon, saudara tirinya. Saat dilihat, Absalom tampak "jernih". Tidaklah ia mencaci Amnon atau mengadukan Amnon pada raja supaya dihukum seberat-beratnya. Goncangan tidak terhindarkan. Hari demi hari diri Absalom "terkocok". Amarah yang mengendap di dasar hati perlahan naik. Sesudah dua tahun, keruh pada diri Absalom terlihat. Pada perjamuan pengguntingan domba yang diadakannya bagi para anak raja, Absalom memberi orang-orangnya perintah untuk memarang Amnon sehingga mati (ay. 28).
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Jangan biarkan ada endapan di dasar hati! Berbekal kekuatan dari Tuhan, mari buangkan segala "kotoran", setiap karakter buruk yang masih melekat di dalam hati. Jadi apabila "dikocok", kita dapat tetap jernih. Diri kita tetap murni di hadapan Tuhan walau nanti diterpa kesusahan atau dihantam kekecewaan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar