RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 46-51
Nas: Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. (Mazmur 62:1)
Dekat dengan Allah
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, " kata Pemazmur. Dan, kita setuju. Pertanyaannya, kondisi seperti apakah yang bisa disebut dekat dengan Allah? Apakah ketika kita merasa dekat dengan Tuhan? Ups, tunggu dulu. Perasaan seperti itu bisa benar, tetapi bisa juga palsu dan menipu: kita merasa dekat dengan Tuhan, padahal jangan-jangan hidup kita jauh dari Tuhan. Ingat kaum Farisi? Mereka yakin telah hidup dekat dengan Allah. Tetapi, Tuhan Yesus menilai mereka hidup jauh dari Allah.
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, " kata Pemazmur. Ketenangan yang bagaimana? Tenang karena bebas dari kesukaran maupun derita? Tentu bukan. Dekat dengan Allah tidak membebaskan kita dari kesukaran dan derita. Tenang karena semua harapan terpenuhi? Tidak juga. Hidup dekat dengan Tuhan tidak membuat semua harapan pasti terpenuhi.
Orang yang dekat dengan Tuhan adalah orang yang selalu mengandalkan Tuhan dan berjuang menghidupi kehendak-Nya, yakni kebenaran dan kasih. Orang ini tenang, tidak akan goyah. Bukan karena ia steril dari segala kesulitan (kita tahu, hidup dekat dengan Tuhan justru harus memikul salib), melainkan karena dia memilih menghidupi kebenaran dan kasih dengan menyadari bahwa derita yang mungkin ia alami adalah salib yang Dia izinkan untuk dipikul, dan dia rela bahkan berbahagia karenanya.
Kepasrahan kepada Tuhan, dan kerelaan untuk memikul salib dalam perjuangan menghidupi kehendak Tuhan, lahir dari kedekatan dengan Tuhan. Dan, itulah yang membuatnya tenang bahkan berbahagia. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan Setahun: Mazmur 52-59
Nas: Orang-orang yang menerima perkataannya itu dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (Kis. 2:41)
Buah Pertobatan
Terciduk Ombudsman karena sebuah pelanggaran, sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri melakukan perubahan. Salah satunya, pengadaan seragam yang semula dikelola pihak sekolah, kini dikelola paguyuban orang tua. Hasilnya, kejujuran, keterbukaan dan keterlibatan orang tua membawa kemajuan bagi sekolah. Mutu yang meningkat, meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Sebagai murid Yesus, Petrus tidak sempurna. Petrus pernah menguji Yesus dengan meminta dimampukan berjalan di atas air. Petrus berani membantah saat Yesus memberitahukan penderitaan yang akan ditanggung-Nya, sehingga malah menjadi batu sandungan. Petrus tidur saat Yesus memintanya berjaga-jaga, pada waktu Ia berdoa di taman Getsemani. Petrus bahkan pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, menjelang penyaliban-Nya.
Meski demikian, setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga, Petrus justru makin setia melayani Tuhan. Ia pun mendapat kemampuan untuk berbicara dengan sangat baik. Petrus mengajarkan Injil dengan jelas, penuh kuasa dan sepenuh hati. Dengan pertolongan Roh Kudus, khotbah Petrus mampu membuahkan hasil tiga ribu jiwa. Ya, tiga ribu orang minta dibaptis pada hari itu. Sungguh, pencapaian yang luar biasa!
Seperti Petrus, jatuh bangun dalam mengikut Tuhan mungkin kita alami. Namun kegagalan dan kesalahan di masa lalu bukan alasan untuk menyerah. Kita masih dapat mengupayakan buah bagi kemuliaan Tuhan dengan menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran. Asal kita mau bertobat dan menerima didikan dengan kerendahan hati, tentunya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MAZMUR 30
Bacaan Setahun: Mazmur 60-66
Nas: Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!" (Mazmur 30:6)
Bertahanlah
Ada seorang yang sedang menggali terowongan bawah tanah. Sudah cukup lama ia menggali tanah. Meter demi meter. Ada banyak gangguan terjadi. Tikus mulai menggigit kakinya. Udara panas, lembab khas di bawah tanah. Kotoran dari tanah yang digali, batu-batu keras yang menghambat pekerjaannya dan kelelahan tubuhnya mulai memuncak. Akhirnya, orang ini menyerah dan menghentikan pekerjaannya. Padahal, hanya beberapa meter saja terowongan itu tembus. Sayang, ia menyerah dan berhenti.
Mazmur 30 ini adalah nyanyian pada saat penahbisan Bait Suci yang ditulis oleh Daud. Dalam mazmurnya ini, Daud mencoba mengingat hal apa saja yang sudah terjadi di dalam kehidupan yang tidak mudah dijalaninya. Mulai dari ancaman Saul yang iri, belum lagi ancaman musuh-musuhnya di medan pertempuran, pemberontakan anaknya sendiri dan masih banyak lagi. Bahkan tidak mudah bagi Daud mempersiapkan segala sesuatu terkait pendirian Bait Allah. Hanya saja, Daud mengakui bahwa ia tidak tergoyahkan dengan semuanya itu oleh karena ia tahu Tuhan Allah menolongnya. Saat ia berseru dan memohon, Tuhan mendengar. Tuhanlah yang menjadi Penolongnya. Tuhanlah yang membuat segala sesuatu yang awalnya adalah ratapan kesedihan dan kesusahan, menjadi sukacita kebahagiaan.
Ada banyak hal yang membuat hidup kita susah, pekerjaan kita sulit dan pelayanan kita seperti berjalan di tempat. Selama kita jalani bersama Tuhan dan karena Tuhan, selalu ada kekuatan dan pertolongan di dalam-Nya. Kita patut berseru dan memohon kepada-Nya, serta percaya Tuhan akan menolong dan memberi kita kekuatan. Sedikit saja waktu untuk terus bertahan di dalam Tuhan menghadapi semuanya, maka Tuhan akan menolong sehingga segala sesuatunya menjadi baik. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: BILANGAN 13
Bacaan Setahun: Mazmur 67-71
Nas: "Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana." (Bilangan 13:28)
Hanya
"Hanya" ialah kata yang kerap digunakan untuk mengekspresikan rasa menyayangkan. Contoh kita berkata, "Buah apel di kulkas hanya satu, " artinya kita menyayangkan sebutir saja sisa buah apel di kulkas. Atau kita berkata, "Peserta di seminar hanya sepuluh, " kita menyayangkan sedikit saja jumlah peserta yang hadir di seminar itu.
Sesudah 40 hari, pulanglah ke-12 orang yang diutus Musa mengintai tanah Kanaan. Sembari memperlihatkan hasil negeri itu, mereka berkata, "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya" (ay. 27). Selanjutnya muncul kata "hanya". "Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan" (ay. 28-29). Kenyataan bagian akhir inilah yang disayangkan oleh kesepuluh pengintai. Karena itu mereka tidak mau maju menyerang negeri itu. Yosua dan Kaleb, dua pengintai sisanya mempunyai pendapat berbeda. Keduanya mengingatkan mereka punya Tuhan yang mampu mengubah "kenyataan disayangkan" menjadi "kenyataan menyenangkan". Walaupun penduduk di sana kuat-kuat, Tuhan dapat memberikan negeri itu kepada mereka (Bil. 14:6-8).
Saat ini kita mungkin menghadapi kenyataan "disayangkan". "Hanya, aku tidak punya uang." "Hanya, aku tidak berpendidikan." "Hanya, aku mengidap penyakit." Atau hanya lainnya. Tak perlu berkecil hati sebab kita punya Tuhan. Walaupun ada keterbatasan di dalam diri kita, bersama Tuhan, kita dapat lakukan perkara-perkara besar. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 TESALONIKA 5:16-18
Bacaan Setahun: Mazmur 72-77
Nas: Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)
Bersyukur di Sekeliling Kutu
Pada Perang Dunia II, Corrie ten Boom dan keluarganya ditangkap dan dipenjarakan karena mereka menolong banyak orang Yahudi yang hendak dibinasakan oleh tentara Nazi. Corrie dan kakaknya Betsy ditahan di sebuah barak yang dipenuhi kutu. Di sana, mereka mengalami penyiksaan yang kejam. Begitu pun, mereka tetap setia membaca Alkitab dan merenungkannya dengan sembunyi-sembunyi. Suatu kali, ketika mereka membaca 1 Tesalonika 5, Betsy mengajaknya bersyukur atas keadaan mereka, termasuk atas kutu-kutu di sekeliling mereka. Awalnya, Corrie menolak, tetapi sang kakak mendesaknya.
Lama-kelamaan, para tentara Nazi semakin jarang datang mengawasi mereka. Mereka pun lebih leluasa membaca dan mempelajari Alkitab, bahkan mengajarkannya kepada para wanita di barak tersebut. Hasilnya, banyak orang dituntun kepada Tuhan. Belakangan baru mereka tahu, para tentara itu tidak mau lagi datang ke barak karena di sana terdapat banyak kutu. Sesuatu yang tadinya Corrie anggap menjengkelkan ternyata justru menolong mereka.
Sejujurnya, ada saat-saat di mana kita sulit mengucap syukur, misalnya ketika mengalami sakit, ditimpa musibah, atau menghadapi situasi yang sama sekali tidak kita harapkan. Tentu saja kita bukan bersyukur atas segala kesukaran itu, tetapi dalam situasi itu Tuhan ingin kita tetap dapat mengucap syukur. Inilah salah satu nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika, dan juga bagi kita. Sikap bersyukur mengajarkan kita mampu melihat karya Tuhan dalam segala situasi. Kiranya kita senantiasa belajar bersyukur! --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YAKOBUS 2:1-13
Bacaan Setahun: Mazmur 78-80
Nas: Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. (Yakobus 2:1)
Tidak Minder Lagi
Seorang pria paruh baya yang datang dari kampung merasa minder saat hendak mendampingi anaknya yang akan diwisuda di salah satu hotel di kota besar. Ia membayangkan akan bertemu orang-orang hebat, bahkan kabarnya akan ada wali kota yang akan hadir juga. Namun, saat di lokasi rasa rendah dirinya mendadak sirna, justru karena perlakuan baik dari pejabat daerah yang menerimanya dengan ramah. "Sejak itu kepercayaan diri saya muncul saat bertemu dengan siapa saja, semua dimulai dari perlakuan pejabat daerah yang sangat baik dan berkesan, " ujarnya saat bercerita kepada saya.
Orang yang mengaku percaya kepada Kristus seharusnya menjadi pribadi yang mengerti cara memperlakukan sesama. Setidaknya, harus berbeda dengan "cara dunia", yang kerap memandang muka dalam memperlakukan orang lain. Kondisi yang juga nampak pada zaman para rasul, sehingga Yakobus perlu mengingatkan agar umat Allah jangan memperlakukan orang lain berdasarkan status sosial atau ekonomi mereka (ay. 2-3). Rasa hormat maupun perlakuan yang baik, seharusnya diterapkan pada semua orang, tak hanya bagi mereka yang kaya, terpandang, atau berpengaruh!
Membiasakan diri untuk memperlakukan sesama dengan sebaik mungkin, dapat membawa kita pada pengalaman yang mengejutkan. Mungkin pengalaman pria paruh baya pada ilustrasi hari ini dapat pula kita alami. Kalau sampai hal itu terjadi, karena kita menerapkan firman Allah, bukankah hal itu akan sangat membahagiakan karena kita dipakai untuk mengubah hidup orang lain dengan cara yang sederhana? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar