RENUNGAN HARIAN
Bacaan: AMSAL 4:1-10
Bacaan Setahun: Ayub 13-16
Nas: Aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup." (Amsal 4:4)
Ajaran Ayah
Satu adegan film Con Air (1997) sangat membekas dalam ingatan saya. Terjadi percakapan antara Cameron Poe, mantan anggota pasukan elit Angkatan Darat AS yang dipenjara karena tanpa sengaja membunuh salah seorang pemabuk yang mengganggu istrinya, dengan Cyrus, sang antagonis utama. Setelah menjalani hukumannya, Poe bebas bersyarat. Ia pun pulang kepada keluarganya dengan menumpangi pesawat yang ternyata membawa sejumlah penjahat yang hendak dipindahkan ke tempat yang lain. Rupanya, para tahanan itu telah berencana membajak pesawat itu untuk melarikan diri ke negara lain. Poe pun berupaya menggagalkan rencana mereka, dengan berpura-pura menjadi bagian dari tahanan yang hendak melarikan diri.
Saat Poe menawarkan diri untuk membantu, Cyrus memujinya sebagai seorang yang sangat berguna. Lalu Poe menjawab, "Banyak tangan akan membuat pekerjaan ringan. Itu yang diajarkan ayahku." Kemudian, dengan mimik serius, Cyrus bertanya, "Kau tahu apa yang diajarkan ayahku kepadaku?" Ketika Poe dengan penuh perhatian menanti jawabnya, Cyrus menjawab, "Tidak ada!" Ia seolah hendak berkata, ketiadaan pengajaran dari ayahnyalah yang membuatnya menjadi penjahat besar.
Ajaran dan teladan apa yang kita peroleh dari ayah kita? Jika kita adalah ayah, apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita? Salomo mengajak agar anak-anak mendengarkan didikan ayah mereka, sehingga mereka dapat menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan. Prinsip itulah yang ia terima dari ayahnya, Daud. Allah pun ingin agar kita sebagai ayah mengajarkan serta meneladankan kesalehan yang benar kepada anak-anak kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YEREMIA 18:1-17
Bacaan Setahun: Ayub 17-20
Nas: Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (Yeremia 18:4)
Saat Merasa Hancur
Daud diurapi menjadi raja namun harus hidup dalam pengejaran Saul. Hosea dipakai Allah sebagai nabi, tetapi harus memperistri seorang wanita sundal. Ayub orang yang saleh, namun ia diuji dengan penderitaan berat. Yusuf mendapat petunjuk bahwa ia akan menjadi yang terbesar dari semua saudaranya. Namun ia dijual sebagai budak, bahkan harus merasakan hukuman penjara.
Daud, Hosea, Ayub dan Yusuf adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Namun tidak berarti bahwa mereka bebas dari pergumulan. Masing-masing dari mereka bahkan diperhadapkan dengan persoalan yang rumit, melelahkan dan menguras emosi. Ibarat tanah liat, mereka dibanting-banting dan dihancurkan, sebelum dibentuk menjadi bejana yang indah.
Tuhan ibarat tukang periuk, yang berhak menghancurkan bejana yang rusak. Sedangkan kita, manusia berdosa, ibarat bejana yang rusak itu. Tuhan Allah memiliki kedaulatan secara utuh atas diri kita. Dia dapat membentuk kita menjadi seperti yang diinginkan-Nya. Peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, menyesakkan dan menguras emosi itu mungkin membuat kita merasa hancur. Meski demikian, semua itu sesungguhnya hanyalah sarana yang dipakai Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan rancangan-Nya.
Bukankah kesabaran teruji jika kita berhasil menjalani proses yang tak mudah? Dan kesetiaan teruji saat situasi tidak baik-baik saja? Pun pengenalan kita akan Tuhan, akan semakin dalam ketika kita mengalami-Nya secara pribadi. Karena itu, kita membutuhkan pergumulan sebagai sarana berproses. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MARKUS 7:24-30
Bacaan Setahun: Ayub 21-24
Nas: Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak ingin seorang pun mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. (Markus 7:24)
Tak Bisa Bersembunyi
Minyak wangi dari bunga mawar merupakan salah satu produk negara Bulgaria yang paling berharga dan dibebani pajak ekspor yang tinggi. Suatu kali seorang turis berusaha menyembunyikan dua botol kecil minyak itu di dalam kopernya. Ia berpikir bisa mengelabui petugas bea cukai. Tanpa disadarinya, ada beberapa tetes parfum yang tumpah di kopernya. Aroma parfum itu pun menyebar sehingga terbukalah "harta karun" yang tersembunyi tersebut. Sepandai apa pun ia menyembunyikannya, begitu aroma wangi tercium, maka sia-sialah usahanya.
Saat tiba di Tirus, Yesus memang sengaja "menyembunyikan diri" di sebuah rumah dan tidak mau ada orang mengetahuinya. Tetapi seperti minyak wangi dari bunga mawar itu, bagaimanapun Yesus berusaha "menyembunyikan" diri-Nya, tetap saja ada orang yang mengetahui keberadaan-Nya. Dan orang itu adalah seorang ibu dari Yunani yang anak perempuannya sedang kerasukan setan. Ibu itu tersungkur untuk memohon belas kasihan Yesus. Dan di rumah itulah Yesus mendengar kata-kata iman dari ibu yang memohon pertolongan-Nya. Anaknya pun sembuh.
Dalam pergumulan hidup yang kita alami, tak jarang kita merasa Tuhan "bersembunyi" dari hidup kita. Namun hari ini kita belajar bahwa Tuhan tidak tahan untuk menyatakan diri-Nya ketika Ia menyaksikan ada orang yang berusaha mencari dan tersungkur kepada-Nya dengan iman. Sungguh, bau keharuman dan kehadiran Tuhan itu akan selalu tercium kepada setiap orang yang bersungguh hati mencari Pribadi-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MAZMUR 128
Bacaan Setahun: Ayub 25-29
Nas: Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! (Mazmur 128:2)
Susu untuk Anakku
Rajin berjualan apa saja lewat media daring, itulah yang dilakukan salah satu kawan. Sebutlah namanya Doni. "Apa saja yang bisa dijual, pasti aku jual, " katanya. Beras, oli, tanaman hias, kaos, sampai helm dia jual. Sejak punya bayi, biaya hidupnya bertambah. Doni rela berjualan apa saja, tujuannya agar bisa membeli susu untuk anaknya. Saya berempati kepada Doni, karena saat itu istri saya sedang hamil, saya sadar butuh biaya tambahan saat anak saya lahir. Menghargai jerih payahnya, saya kadang membeli apa yang dia jual.
Berkat atas rumah tangga, itulah janji Tuhan untuk kita yang sudah berkeluarga. Kita menjadi keluarga yang bahagia kalau takut akan Tuhan, hidup menurut jalan yang Tuhan tunjukkan (ay. 1). Kita berbahagia saat memakan hasil jerih payah tangan kita. Anggota keluarga kita akan diberkati (ay. 3-4). Kalau kita mau berjerih payah bekerja demi mencukupi kebutuhan anak dan istri, percayalah berkat rumah tangga Tuhan sediakan. Mungkin tidak berlebih, tapi cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan yang ada. Tuhan tahu dan mengerti tanggung jawab kita sebagai suami dan ayah, sehingga dia pasti memberikan hasil untuk setiap jerih payah yang sudah kita lakukan.
Setiap kita memiliki pergumulan yang berbeda dalam rumah tangga, dan setiap kita bisa tetap berbahagia saat takut akan Tuhan, hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Tidak perlu malu atau merasa hidupku lebih berat dari orang lain, saat kita harus berjerih lelah lebih banyak dibandingkan orang lain. Berbahagialah atas rumah tangga kita. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: YOHANES 10:1-21
Bacaan Setahun: Ayub 30-33
Nas: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (Yohanes 10:11)
Tiga Peranan Sang Gembala
Yesus mengibaratkan diri kita seperti domba, dan Dia, Sang Gembala. Tidak sekadar gembala biasa, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai gembala yang baik. Tentu ada alasan bila seseorang menyematkan predikat, entah predikat positif atau predikat negatif, kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri. Demikian pula Yesus. Ada alasan mengapa Dia mengatakan, "Akulah gembala yang baik" (ay. 11a).
Perikop firman Tuhan hari ini memuat tiga peranan Yesus yang juga merupakan alasan Dia menyatakan diri sebagai gembala yang baik. Pertama, Yesus mengenal domba-domba-Nya (ay. 14). Dia memanggil masing-masing menurut namanya (ay. 3). Artinya Yesus mengenal kita. Yesus tahu kekurangan dan kelebihan kita. Yesus sadar akan kekuatan dan kerapuhan kita. Yesus paham apa yang membuat hati kita bahagia dan apa yang membuat hati kita sedih. Yesus mengerti semua tentang kita bahkan lebih dari kita mengerti diri sendiri. Kedua, Yesus menjaga domba-domba-Nya. Dia menuntun mereka keluar dan berjalan di depan mereka (ay. 4). Artinya Yesus menyertai hidup kita. Yesus menunjukkan jalan untuk dilalui. Dia membenahi langkah kaki kita apabila kita tersesat. Ketiga, Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (ay. 11b). Yesus mati di kayu salib demi menebus kita dari dosa.
Sudahkah kita menyadari betapa beruntungnya diri kita memiliki Yesus sebagai gembala? Tiga peranan menakjubkan sudah Yesus lakukan, apa lagi yang masih kita takutkan, khawatirkan atau keluhkan? Biarlah hari ini, seperti Daud, kita mengucap syukur karena percaya, bersama Yesus, Gembala yang baik, kita akan melihat kebajikan dan kemurahan belaka mengikuti seumur hidup kita (Mzm. 23:6). --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 6:1-4
Bacaan Setahun: Ayub 34-37
Nas: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga." (Matius 6:1)
Jangan Pamer
Ketika melihat banyak pemuka agama yang dengan sengaja melakukan kewajiban agama hanya demi dipuji orang, Tuhan Yesus memberi peringatan keras agar hal ini tidak diteladani. Tuhan menegaskan tindakan baik dan rohani yang disertai dengan sikap hati yang tidak benar tidak akan diberkati oleh-Nya.
Sayangnya, hal ini masih terjadi hingga sekarang. Ada orang menyumbang kursi lalu menuntut namanya ditempel di balik kursi. Ada orang menyumbang makanan dan titip pesan kepada pembawa acara agar disampaikan kalau dialah penyumbangnya. Ada yang sengaja berdoa dengan suara keras agar orang lain mendengar. Ada yang memberi persembahan dan berharap namanya terpampang jelas di layar.
Kita memang gampang tergoda untuk membuat tindakan baik kita diketahui oleh orang sekitar. Kita cenderung senang dengan pujian, senang memuaskan ego, senang diakui. Namun ingatlah, diketahui dan dipuji orang adalah bonus. Salah kalau hal itu menjadi motivasi utama dari tindakan kita. Memang benar, kita tidak selalu bisa menyembunyikan tindakan kebaikan kita, tetapi yang Tuhan inginkan adalah kita sadar betul siapa penonton utamanya: orang sekitar atau Tuhan.
Mari, kalau taat kepada Tuhan, jangan suka pamer-pamer. Kalau Tuhan sudah melihat kasih yang kita tunjukkan, bukankah itu lebih dari cukup sekalipun orang lain luput memperhatikannya? --HTN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar