RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Ayub 41-42
Nas: Saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (Yakobus 1:19-20)
Buka Telingamu!
Ada nasihat, "Janganlah mengambil keputusan ketika kamu sedang marah!" Ketika sedang emosional (marah) akan menghalangi seseorang untuk bisa berpikir dengan jernih, akibatnya keputusan yang dihasilkan tidak tepat sasaran, atau bahkan bisa melahirkan persoalan baru.
Yakobus terlebih dahulu mengingatkan bahwa hidup kita adalah pemberian Allah. Kesadaran ini akan melahirkan sebuah sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Yakobus menggunakan pengalaman keseharian yang bisa dengan mudah kita pahami, yaitu tentang "cepat mendengar" yang artinya membuka telinga dan pemahaman selebar-lebarnya; "lambat berkata-kata" artinya membuka cakrawala berpikir sedalam-dalamnya; "lambat untuk marah" artinya mengolah emosi. Orang yang cakap mendengar adalah orang yang mampu berpikir, mengelola dan mencerna informasi dengan bijaksana. Dari sana akan terlahir respons yang bijaksana pula. Namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Kita cenderung tergesa-gesa untuk bertindak, enggan mendengarkan terlebih dahulu dan menggunakan akal budi. Akibatnya, kita menjadi emosional, marah-marah dan mencari kambing hitam atas persoalan yang sedang kita hadapi. Padahal sudah jelas, Yakobus berkata orang yang sedang dirundung amarah adalah orang yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Lalu, apakah kita tidak boleh marah? Marah adalah bagian dari hidup manusia, Yakobus menggunakan frasa "lambat untuk marah", artinya sisi kemanusiaan seseorang diberi tempat. Namun janganlah "marah" menjadi prioritas pilihan kita. Prioritas pilihan kita tetap pada yang utama, yaitu "hendaklah cepat untuk mendengar". Oleh karenanya mendengar adalah sebuah sikap batin manusia yang perlu dilatih dalam terang sabda Tuhan. --LBG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KISAH PARA RASUL 28:11-16
Bacaan Setahun: Mazmur 1-9
Nas: Saudara-saudara seiman yang di sana telah mendengar kabar tentang kami dan mereka datang menjumpai kami sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya. (Kis. 28:15)
Pembangkit Semangat
Seorang teman menceritakan pengalamannya saat mendaki sebuah gunung bersama rombongannya. Karena lelah, beberapa temannya memilih untuk berhenti. Namun, ia memutuskan terus mendaki untuk mencari seseorang yang telah berjalan mendahului. Akhirnya, ia menemukan orang itu sedang beristirahat, memandangi danau yang indah. Ketika orang itu sudah bersiap-siap untuk kembali turun ke bawah, tiba-tiba ia berubah pikiran saat melihat kehadiran teman saya. Orang itu bangun dan berseru, "Karena kamu sudah tiba, ayo kita naik lebih tinggi lagi!" Kedatangan teman saya rupanya membangkitkan semangat orang itu untuk mendaki lebih tinggi lagi.
Rasul Paulus merasa begitu lelah saat tiba di Roma setelah sekian lama berada di tengah lautan. Paulus lelah setelah menghadapi berbagai tantangan sepanjang perjalanannya. Akan tetapi, semua kelelahan itu pun lenyap tatkala di sana Paulus bertemu dengan beberapa orang percaya. Waktu Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya (ay. 15). Rasul Paulus menyaksikan hal-hal yang baik dari hidup jemaat dan itu membangkitkan semangatnya untuk "mendaki lebih tinggi" memberitakan Injil kepada segala bangsa.
Banyak orang merasa lelah untuk sebuah alasan. Demikian juga kita. Kobaran api semangat dalam diri kita untuk tidak hilang harapan mampu menyalakan kembali api semangat orang-orang yang lelah. Kehadiran kita yang penuh semangat sejatinya adalah jawaban Allah untuk memberikan kekuatan baru bagi mereka yang lelah. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 27:1-10
Bacaan Setahun: Mazmur 10-17
Nas: Ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. (Matius 27:5)
Tidak Memberi Kesempatan
Berbagai kasus pembunuhan yang sangat keji terjadi akibat emosi sesaat yang tak tertahankan. Para pelaku umumnya mengakui kalau mereka kehilangan kontrol diri saat melakukan perbuatan yang keji tersebut. Maksud hati hendak melampiaskan amarah, tetapi akhirnya malah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, penyesalan yang mereka buat sudah terlambat dan mereka harus menanggung akibatnya.
Yudas yang menyerahkan Yesus juga merasa tiga puluh perak yang diterimanya tidak berarti. Penyesalan mendalam yang dirasakannya akhirnya membuat ia putus asa hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika kita tidak selalu berjaga-jaga dalam Tuhan, sedikit saja celah yang kita buat, si jahat dapat memanfaatkannya untuk menjatuhkan kita. Tidak peduli meskipun selama ini kita adalah pengikut Yesus, seperti Yudas yang malah dikuasai roh jahat sesaat, menjauh sejenak dari Tuhan berarti memberi kesempatan kepada Iblis untuk merantai kita. Ikatan dosa itu kemudian mengakibatkan kita terus-menerus dihantui oleh perasaan bersalah hingga hari-hari kita terasa hampa.
Tinggallah selalu dalam hadirat Tuhan yang akan mencukupi kita dalam segala hal sehingga kita tidak tertarik untuk sedikit pun melangkah keluar dari terang-Nya. Kepuasan sesaat yang menyenangkan hati kita harus dibayar mahal dengan kesuraman yang melanda hingga harapan kita menjadi hilang. Hanya dengan melekat pada Tuhan saja kita dapat menangkal segala tipu daya si jahat yang menjerat. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KISAH PARA RASUL 19:21-40
Bacaan Setahun: Mazmur 18-22
Nas: "Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa." (Kis. 19:26)
Gara-Gara Paulus
Demetrius adalah tukang perak yang punya usaha membuat kuil-kuilan dewi Artemis di Efesus. Dia dan para tukangnya menjadi makmur berkat usahanya (ay. 25). Ketika Kekristenan menyebar sampai ke Efesus, orang-orang mulai menyembah Allah. Mereka tidak lagi percaya berhala, salah satunya dewi Artemis. Akibatnya, Demetrius dan para tukangnya mulai kehilangan penghasilan. Demetrius sangat marah dan sengaja menimbulkan huru-hara. Dia menuding Paulus sebagai penyebab "kesialan" yang mereka alami.
Saat kita hidup benar sebagai orang Kristiani, lalu orang-orang sekitar terdampak, bertobat, mau terima Yesus lalu dibaptis, dan menjadi percaya, itu kabar baik! Kabar buruknya, ada orang-orang tertentu yang kehilangan penghasilannya, karena orang-orang yang sudah bertobat ini tidak lagi mengonsumsi barang haram yang mereka jual. Karena itu tak usah kaget, kalau tiba-tiba ada orang membenci lalu cari gara-gara kepada kita. Gara-gara Paulus memberitakan Injil di seluruh Asia, Demetrius menimbulkan huru-hara. Beruntung Paulus tidak celaka, karena tak diijinkan saat hendak pergi ke tengah-tengah rakyat (ay. 30).
Daripada menghadapi tanggung jawab atas dosanya, banyak orang menyalahkan orang benar yang hidupnya memengaruhi orang lain untuk bertobat. Jika kita dituduh membuat usaha tidak halal seseorang menjadi sepi, karena kita memberitakan Injil, tidak perlu takut. Sama seperti Paulus, tetaplah kerjakan bagian kita sebagai orang Kristiani. Jangan takut menghadapi orang yang usahanya jahat. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 25:31-46
Bacaan Setahun: Mazmur 23-30
Nas: "Raja itu akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)
Melakukan untuk Yesus
Seorang pemuda merasa frustrasi. Ibunya jatuh sakit dan ia harus merawatnya. Ia tidak dapat lagi aktif melayani di gereja dan tidak dapat turut menyumbang untuk pembangunan gereja. Gajinya habis terpakai untuk biaya pengobatan. "Sekarang aku tidak melakukan apa-apa untuk Yesus, " ucapnya sedih.
Di saat hari penghakiman, orang-orang dari segala bangsa dikumpulkan. Saat itulah Yesus, Anak Manusia, memisahkan domba dari kambing. Domba ditempatkan di sebelah kanan-Nya sedangkan kambing di sebelah kiri-Nya. Domba adalah lambang dari orang-orang yang berkenan kepada Yesus. Hati orang-orang itu penuh dengan sukacita, namun juga tergelitik untuk bertanya bagaimana mereka dapat berkenan kepada Yesus. Yesus menjawab itu karena mereka sudah melakukan banyak hal untuk-Nya. Mereka memberi makanan ketika Yesus lapar, minum ketika Yesus haus, tumpangan ketika Yesus seorang asing, pakaian ketika Yesus telanjang, lawatan ketika Yesus sakit dan kunjungan ketika Yesus dalam penjara (ay. 35-36). Dan semua itu mereka lakukan untuk Yesus ketika mereka melakukannya bagi sesama (ay. 40).
Acapkali kita berpikir "melakukan sesuatu untuk Yesus" berarti mengerjakan hal-hal rohani yang besar atau spektakuler. Padahal standar Yesus tidak muluk-muluk, hanya sepiring makanan, segelas air minum, sepotong pakaian, sebuah lawatan dan sebuah kunjungan. Ternyata yang Yesus inginkan adalah tindakan kasih. Luar biasa, suatu hal sederhana yang kita lakukan bagi sesama telah Yesus tetapkan sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk-Nya. Mulai hari ini, mari kita melakukan tindakan kasih seperti Yesus inginkan. Jadi, walaupun belum dapat melakukan hal-hal rohani yang besar ataupun spektakuler, kita sudah melakukan "sesuatu" untuk Yesus. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KELUARAN 9:13-35
Bacaan Setahun: Mazmur 36-39
Nas: "Akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." (Keluaran 9:16)
Dibiarkan Hidup
Ketika Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan berbagai perbuatan dahsyat di Mesir, mereka yang menyaksikannya terbagi menjadi dua kategori. Sebagian menjadi takjub lalu percaya kepada Tuhan, namun sebagian lagi berkeras hati dan berusaha membuat mukjizat tandingan. Mereka menyaksikan peristiwa yang sama, namun menanggapinya secara berbeda. Mereka yang percaya itu nantinya terhindar dari berbagai tulah, lalu menggabungkan diri kepada bangsa Israel dan turut dalam peristiwa eksodus (Kel. 12:38). Sedangkan Firaun bersama dengan semua yang mengeraskan hatinya justru ditimpa berbagai kengerian. Mereka dibiarkan hidup agar dapat menyaksikan kehebatan Allah, namun mereka tidak menghargai kesempatan itu. Akibatnya, mereka menderita, bahkan binasa. Namun bangsa-bangsa lain justru menjadi gentar dan hormat kepada Allah.
Bagaimana jika kita mengajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri? Mengapa Allah masih membiarkan kita hidup hingga hari ini, sementara begitu banyak orang telah meninggal mendahului kita? Apakah kita menyadari bahwa Dia sedang mengerjakan banyak perbuatan ajaib di sekitar kita? Apakah melaluinya kita semakin mengenal Allah serta menaati-Nya? Ataukah kita bersikap biasa saja, seolah hal itu tidak berguna, bahkan mengabaikannya karena kita berpikir bahwa Allah tidak ada urusan dengan kita?
Tentunya ada alasan di balik setiap tindakan yang Allah perbuat dalam hidup kita. Jika kita memahaminya, kita akan dapat melihat kebesaran dan kehebatan Allah dalam setiap peristiwa. Kita pun akan semakin mengenal Dia. Bahkan kita dapat memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya kepada banyak orang. --HT/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar