RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 1-3
Nas: Yesus menjawab, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)
Lahir Kembali
Menanggapi kesaksian seorang teman tentang pertobatan dan lahir baru, Jon berkata, "Orang tuaku Kristen. Aku sudah Kristen sejak lahir. Jadi, pertobatan dan dilahirkan baru seperti apa lagi yang aku perlukan?"
Kepada Nikodemus, Yesus mengatakan jika seorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh Allah, orang itu tidak dapat menjadi anggota umat Allah. Yesus juga menegaskan bahwa Nikodemus harus dilahirkan kembali (ay. 7). Padahal, Nikodemus adalah seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi, pengajar Israel. Bukankah Nikodemus mumpuni dalam ilmu agama, terlebih taurat? Ya. Namun, menjadi umat Allah memerlukan kelahiran spiritual, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Orang yang lahir baru berarti berjumpa dan mengalami Tuhan secara pribadi, di dalam persekutuan Roh. Karena menjadi Kristen tidak mungkin diupayakan oleh manusia berdosa tanpa bantuan anugerah Allah. Bahkan oleh seorang ahli agama sekalipun. Lahir baru dalam Roh Kudus menjadikan orang memiliki persekutuan yang intim bersama Kristus. Bertobat, mengalami perubahan total dari natur dosa menuju natur ilahi. Mengalami kedewasaan rohani, menerapkan buah-buah roh dalam kehidupannya.
Dilahirkan di tengah keluarga Kristen, dan menguasai ilmu agama Kristen tidak otomatis menjadikan kita Kristen sejati. Sebagaimana Nikodemus, kita pun harus mengalami kelahiran kembali. Dilahirkan secara spiritual di dalam Roh, supaya mengalami pembaruan diri: bertobat dan mengalami kedewasaan rohani yang menghasilkan buah-buah roh. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 2 KORINTUS 5:1-10
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 4-5
Nas: Karena kami tahu bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2 Korintus 5:1)
Kemah Sejati
Kemah diartikan sebagai tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah, dan terbuat dari kain terpal atau bahan lainnya. Itu hanya tempat tinggal sementara. Mudah dibongkar dan dipindahkan. Memiliki sangat banyak keterbatasan dan ketidaknyamanan dibandingkan sebuah rumah permanen. Kemah ini biasanya digunakan oleh para pengembara, atau korban bencana, juga oleh orang-orang dengan tujuan rekreasi. Namun, mereka tidak pernah berniat untuk selamanya menetap dalam sebuah kemah. Mereka mendambakan tempat tinggal yang lebih baik.
Gambaran inilah yang digunakan Rasul Paulus untuk menggambarkan kehidupan manusia. Tubuh kita ini hanya ibarat kemah. Terbatas. Rentan. Sementara. Dapat mengalami kematian kapan saja. Karenanya kita tidak seharusnya hanya berfokus kepada hal-hal lahiriah, baik pemenuhan kebutuhannya maupun memuaskan keinginannya. Kita juga hendaknya berpikir tentang kemah abadi alias tempat kediaman permanen setelah hidup di dunia ini berakhir. Tempat kediaman itu disediakan oleh Allah sendiri bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Rumah yang kekal. Lengkap. Sempurna. Karena Allah sendiri hadir di sana untuk tinggal bersama kita.
Sekarang kita memang belum bisa membayangkan hal ini sepenuhnya. Kita belum melihatnya, namun kita memercayainya (ay. 7). Keyakinan inilah yang membuat kita dapat menjalani hidup yang berpengharapan. Juga memampukan kita bersikap tabah dan tegar saat berhadapan dengan duka dan berbagai kesukaran. Serta menjadi pendorong agar kita tetap bertekun menjalani hidup sesuai perintah Allah di dunia ini. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YEHEZKIEL 24:1-14
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 6-8
Nas: "Aku bersusah payah dengan sia-sia, sebab karatnya yang tebal tidak mau hilang dari padanya, biar dalam api." (Yehezkiel 24:12)
Kuali yang Berkarat
Dalam jangka waktu tertentu, peralatan masak yang terbuat dari logam khususnya yang mengandung besi akan berisiko terpapar karat. Jika sudah berkarat, peralatan masak tersebut akan menjadi rapuh, mudah larut, dan bersifat racun. Karat yang tidak segera dihilangkan akan menjadi semakin tebal, semakin merusak, semakin menyebar dan membahayakan. Menghilangkan karat yang sudah menebal tentu bukan pekerjaan yang mudah dan menguras kesabaran kita.
Israel digambarkan Tuhan seperti kuali yang berkarat. Ia menyampaikan perumpamaan tentang kuali berkarat yang dituangi air mendidih untuk memasak daging dan tulang di atas bara api. Begitu besar bara api itu sehingga dagingnya menjadi benar-benar masak dan tulangnya hangus. Kuali menggambarkan Yerusalem, sedangkan karat menggambarkan dosa yang tidak terhapuskan. Sekalipun nyala api itu membuat tembaga itu membara, tetapi karatnya tidak hilang juga. Sepertinya Tuhan sudah habis kesabaran karena berbagai upaya menjadi kesia-siaan. Karat itu tidak hilang dalam api (ay. 12). Karat "dosa" umat itu begitu tebal dan berkali-kali Tuhan berupaya menahirkan tetapi mereka tetap menolak.
Begitu besar Tuhan menunjukkan kasih dan kesabaran-Nya kepada kita. Berulang kali Ia mengingatkan, menegur, bahkan membakar karat dosa kita, tetapi selama itu pula kita keras hati. Kita menolak kesabaran-Nya, kita berkeras hati saat ditahirkan bahkan oleh api penyucian sekalipun. Jika panasnya api yang dinyalakan Tuhan tidak juga mampu menahirkan kita dari dosa, maka Dia akan berhenti menahirkan kita (ay. 13). --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KISAH PARA RASUL 5:1-11
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 9-10
Nas: Tetapi Petrus berkata, "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?" (Kis. 5:3)
Seriusnya Dosa
Saya ingat sewaktu kecil, seorang pemuda aktivis gereja memperlihatkan bekas jahitan besar di daerah dada bagian tengah hingga perut kepada saya. Dia mengalami kecelakaan motor beberapa minggu sebelumnya. Ketika itu dia tidak beribadah di hari Minggu seperti biasanya, namun bepergian bersama temannya. Peristiwa kecelakaan itu membuat banyak jemaat takut menggunakan hari Minggu sebagai hari rekreasi tanpa mendahulukan ibadah.
Pertanyaannya, mengapa saat ini banyak yang tidak beribadah di hari Minggu, namun aman-aman saja. Apakah kecelakaan yang dialami pemuda beberapa tahun lalu itu hanya kebetulan dan tidak ada hubungannya dengan kehadiran di ibadah Minggu? Atau Tuhan pilih kasih? Kita dapat bertanya yang sama ketika membaca bahwa Ananias dan Safira seketika mati waktu mereka hendak menyampaikan persembahan dengan berdusta. Lalu mengapakah banyak orang di masa kini membohongi jemaat dan pemimpin jemaat namun tetap aman? Demikian pula, banyak pemimpin jemaat aman-aman saja setelah membohongi jemaatnya? Lagi pula ada banyak dosa yang lebih besar, tapi sepertinya mereka tetap bisa hidup tenang?
Kematian Ananias dan Safira memperlihatkan bahwa Tuhan sesungguhnya sangat membenci dosa, sekecil apa pun dosa itu menurut kita. Sebaliknya, sekali-kali kita tidak boleh memandang rendah penebusan dosa oleh Kristus dengan pengorbanan-Nya yang sangat besar. Keselamatan kekal itu sangatlah mahal harganya (1Ptr. 1:18-19) sehingga haruslah kita hargai tinggi dengan menjaga kesucian hidup. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ESTER 4:15-5:8
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 11-13
Nas: "..., dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, ... kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." (Ester 4:16)
Keberanian Berkorban
Bagaimana sikap kita bila ada seseorang yang telah bersekolah tinggi dan menempuh studi di luar negeri, tetapi rela meninggalkan kenyamanan dan karirnya di perusahaan besar dengan gaji tinggi demi mengasihi dan mengajar sesamanya di daerah pedalaman yang terbatas dan berbahaya?
Ester telah menjadi ratu dan hidup dalam kenyamanan di istana. Ia dilayani begitu rupa oleh pelayan yang begitu banyak. Adalah pergumulan berat ketika ia dihadapkan pada pilihan sulit, tetap hidup dalam kenyamanan tetapi bangsanya binasa atau menyelamatkan bangsanya tetapi ia berisiko menghadapi kematian.
Ketika diingatkan Mordekhai (Est. 4:14), Ester sadar dan meminta dukungan saudara sebangsanya untuk berpuasa dan berdoa kepada Tuhan. Pernyataannya "kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati" adalah luar biasa dan menunjukkan keberanian Ester untuk kehilangan kenyamanan bahkan mengorbankan diri. Ia tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Pada akhirnya Tuhan turut bekerja sehingga raja berkenan ketika Ester menghadap dan memberi Ester kesempatan untuk menyampaikan keinginannya dan membela bangsanya.
Meninggalkan kenyamanan, bahkan hanya sekedar berada pada risiko kehilangan kenyamanan, adalah hal yang menakutkan bagi banyak orang. Untuk sekadar menolong sesama yang kesulitan atau diperlakukan tidak adil pun, tidak banyak orang yang berani karena berisiko kehilangan waktu, tenaga, uang, atau kesenangan sendiri. Marilah kita belajar berani berkorban bagi sesama mulai dari hal-hal kecil. Tuhan akan memberikan kekuatan dan kesanggupan bagi kita. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 SAMUEL 26
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 14-15
Nas: Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif. (1 Samuel 26:2)
Belum Tuntas Tertangani
Suatu pagi ada tikus masuk ke rumah. Segera seluruh ruangan disapu agar tikus terusir keluar. Ketika tikus tidak terlihat lagi, kami simpulkan tikus sudah pergi. Tengah malam kakak berteriak kesakitan. Kakinya digigit sesuatu. "Pasti tikus, " katanya. Benar kami lihat tikus lari di depan kami. Rupanya tadi pagi masalah belum tuntas tertangani. Tikus hanya bersembunyi.
Hari itu datang orang Zif kepada Saul di Gibea mengatakan kalau Daud bersembunyi di bukit Hakhila di padang belantara. Maka segera Saul berkemas untuk mengejar Daud. Tuhan menolong Daud. Tuhan membuat Saul dan seluruh tentaranya tertidur nyenyak. Sampai Daud dapat mengambil tombak dan kendi di sebelah kepalanya (ay. 12). Saul berniat melenyapkan hidup Daud, tetapi justru dipermalukan. Justru ia dibiarkan hidup oleh Daud. Ah tunggu, kejadian ini tidak sekali terjadi! Sebelumnya juga Saul dipermalukan saat berniat melenyapkan hidup Daud, tetapi justru ia dibiarkan hidup oleh Daud (lih. 1Sam. 24). Maka menangislah Saul menyesali kesalahannya. Meski demikian, kenyataannya dengki belum sepenuhnya Saul singkirkan dari hatinya. Masalah belum tuntas tertangani. Karena itu, begitu seseorang memberitahukan keberadaan Daud, kembali Saul bergegas mengejarnya.
Sebuah masalah perlu tuntas ditangani. Jika tidak, masalah dapat muncul kembali dan menyusahkan hati. Demikian pula dosa, tidak boleh setengah-setengah ditangani. Jika sudah berkomitmen untuk tidak lagi melakukan sebuah dosa, jangan coba berkompromi. Karena sebuah kompromi dapat Iblis gunakan untuk membuat kita kembali jatuh ke kubangan dosa, dan semakin terperosok ke dalamnya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar