RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 11-13
Nas: Tetapi Ia berkata, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Lukas 11:28)
Ibu yang Sesungguhnya Berbahagia
Dalam suatu reuni, ibu-ibu bercerita tentang keluarga dan anak-anaknya. Salah seorang ibu bercerita tentang anaknya yang sukses menjadi pengusaha besar dan memiliki banyak perusahaan. Ibu-ibu lain kagum dan berkata, "Wow ... bahagianya kamu memiliki anak yang sukses, setidaknya ia mampu menanggung semua kebutuhan hidupmu, ditambah lagi mampu mengajak berlibur ke luar negeri, mengajak makan enak di resto mahal." Begitulah tanggapan masyarakat pada umumnya. Kita akan berbahagia bila memiliki anak, orang tua atau keluarga yang sukses.
Ketika Yesus berbicara kepada orang banyak setelah Ia mengusir suatu setan yang membisukan dari seseorang (ay. 14), berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Yesus berkata, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (ay. 27-28). Dalam Mat. 12:50 Yesus juga menyatakan, "Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku."
Yakobus menyatakan hal senada, tetapi siapa yang meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar lalu melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yak. 1:25). Karena hanya orang yang melakukan kehendak Bapa di surgalah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Mat. 7:21) dan itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. --IN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS 13:1-23
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 14-16
Nas: "Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:8)
Tanah yang Baik
Benih ditaburkan pada empat jenis tanah: tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah penuh semak duri dan tanah yang baik. Tanah di pinggir jalan amat keras sehingga benih tidak dapat bertumbuh, malah habis dimakan burung. Benih pada tanah berbatu-batu dan tanah penuh semak duri berperilaku serupa. Tumbuh sebentar, kemudian mati. Hanya benih di tanah yang baik yang bertumbuh, dan berbuah. Ada yang 100 kali lipat, 60 kali lipat dan 30 kali lipat.
Dikatakan "tanah yang baik" bukan karena tanah itu berkualitas sempurna. Hanya pada tanah itu tidak terdapat hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan tanaman. Tanah itu tidak keras, tidak penuh batu dan semak duri. Hati seumpama tanah, sedangkan benih ialah firman Tuhan. Agar firman Tuhan bertumbuh, dan berbuah, tidak harus kita memiliki kualitas hati sempurna (murni tanpa ada satu pun sifat dosa). Mustahil kita manusia berdosa memiliki kualitas hati sedemikian. Hanya kita perlu membersihkan hati dari hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan firman Tuhan.
Apa saja hal-hal itu? Pertama adalah kekerasan hati. Tidak boleh hati kita menjadi keras (tidak bersedia ditegur, diajar atau dinasihati). Sekiranya pada hari ini kita mendengar suara Tuhan, jangan keraskan hati (lih. Ibr. 3:15). Terima didikan firman Tuhan, lalu praktikkan dalam kehidupan sehari-hari! Selanjutnya adalah batu dan semak. Perlu kita membersihkan hati dari penghambat iman, seperti ketakutan, kecemasan, keraguan dan kebimbangan. Maka tentu firman Tuhan akan bertumbuh, dan berbuah. Semakin hari kita mendapati diri semakin serupa dengan Yesus. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MAZMUR 37:29-31
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 17-20
Nas: Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah. (Mazmur 37:31)
Menjadi Bukan Ilalang
Tiap saat, kita butuh informasi. Untuk tiap langkah penting (memilih karier, mau berbisnis, dll.) maupun langkah sederhana (membeli buku, makan di warung, dll.), kita butuh informasi. Bahkan untuk mendapatkan informasi pun, kita butuh informasi: mencari ke mana, apakah bisa dipercaya, dan seterusnya.
Masalahnya, tidak semua informasi yang tersedia adalah benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Asal memercayai dan mengambil informasi yang kita jumpai akan membuat kita bagai sabut mainan gelombang: terombang-ambing kian kemari; bak ilalang ditiup angin: condong ke mana pun angin bertiup.
Mazmur 37:29-31 berbicara tentang orang yang teguh berjalan di jalan Tuhan apa pun yang terjadi. Kuncinya? "Taurat Allahnya ada di dalam hatinya" (ay. 31a). Tentu, Tuhan bisa menancapkan sabda-Nya di hati kita. Tetapi, Tuhan menghendaki agar kita sendirilah yang menanamkan sabda-Nya di hati kita: dengan sadar dan sengaja, kita mengambil dan merangkul sabda-Nya, lalu menghidupinya.
Ketika sabda Tuhan dihidupi, sabda itu menjadi prinsip yang menjaga arah hidup kita, rel yang menjauhkan kita dari tersesat, jalan yang memastikan kita tiba di tujuan yang seharusnya, tonggak kokoh tempat berpegang agar kita tidak terseret arus zaman, filter untuk menyaring informasi yang membanjiri hidup, kendali internal yang mengarahkan kita memilih keputusan yang benar, hingga langkah kita tidak goyah (ay. 31b), kita tidak lagi menjadi sabut mainan gelombang, tidak lagi menjadi ilalang mainan badai kehidupan. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KISAH PARA RASUL 1:6-11
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 21-23
Nas: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang diangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga." (Kis. 1:11)
Mengaku Yesus
Beberapa tahun lalu, saya mengenal seorang pemuka agama lain yang mengaku bahwa dirinya adalah penjelmaan dari semua tokoh yang sedang dinantikan oleh setiap agama. Ia mengatakan bahwa dirinyalah utusan ilahi yang akan menyatukan semua manusia. Termasuk ia mengaku bahwa dirinya adalah Yesus Kristus yang telah datang kedua kalinya. Kita mungkin merasa bahwa klaimnya terasa konyol, lucu, atau mengada-ada. Namun faktanya, ia memiliki sejumlah pengikut militan yang semakin hari semakin bertambah. Bahkan ada juga pengikutnya yang berasal dari kalangan Kristen.
Sebenarnya Tuhan Yesus telah mengingatkan para pengikut-Nya akan hal ini. Bahwa banyak orang akan datang dengan memakai nama-Nya, mengaku diri sebagai Mesias. Bahkan mereka akan menyesatkan banyak orang (Mat. 24:4-5). Dia meminta agar kita waspada sehingga tidak disesatkan.
Alkitab dengan jelas mengatakan bagaimana Kristus akan datang kali kedua. Yakni, dengan cara yang sama seperti kenaikan-Nya. Secara fisik, bukan hanya kiasan. Datang sebagai Pribadi, bukan hanya kuasa rohani. Bukan lagi secara diam-diam, yang hanya diketahui kalangan terbatas, seperti pada kelahiran-Nya dulu. Bahkan Wahyu 1:7 menjelaskan bahwa Dia akan datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia. Saat itu, Dia akan datang dengan segala kemuliaan-Nya. Kedatangan-Nya ialah untuk membawa semua orang yang percaya kepada-Nya (bdk. 1Tes. 4:15-17), sekaligus menghukum mereka yang menolak anugerah-Nya. Sembari kita menantikan kedatangan-Nya, kita diminta untuk berjaga-jaga, serta setia melakukan firman-Nya di bumi ini. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOHANES 14:25-28
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 24-26
Nas: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27)
Damai Sejahtera yang Dirasakan
Suatu ketika rumah kami didatangi oleh Tia, seorang kerabat dengan anak yang masih batita. Karena alasan tertentu, ia kemudian meminta izin untuk bermalam. Atas kesepakatan dengan istri, kami mengizinkan Tia dan anaknya tinggal, meskipun rumah kakak Tia sebenarnya tak jauh dari rumah kami. Menariknya, biasanya anak Tia tidak betah dan kerap menangis jika diajak menginap di rumah kerabat yang belum terlalu dikenalnya. Namun, selama bermalam di rumah kami, tak sekalipun anak itu menangis. Ia bahkan terlelap sejak pukul 8 malam dan baru bangun keesokan paginya.
Setelah Tia berpamitan, saya dan istri teringat bahwa tepat pada malam sebelum kedatangan Tia, kami berdoa memohon agar damai sejahtera Allah memenuhi hati, pikiran, dan suasana dalam rumah kami. Tak disangka bahwa doa tersebut Allah jawab melalui peristiwa sederhana tadi. Saya pun semakin meyakini kebenaran firman bahwa damai sejahtera yang Allah berikan, tidak seperti yang dunia berikan. Damai sejahtera dari-Nya mampu memberi ketenangan luar biasa, bahkan membuat kita tak gentar dalam menghadapi masalah kehidupan.
Saat ini, adakah perkara atau pergumulan hidup membuat kita tidak tenang, gusar, khawatir, bahkan ketakutan? Mintalah damai sejahtera-Nya dicurahkan dalam hati dan pikiran kita, seperti yang pernah Yesus berikan kepada para murid-Nya. Percayalah bahwa ketika damai sejahtera Allah turun atas hidup kita, yang tidak akan bisa diberikan oleh dunia ini, ada kedamaian dan ketenangan luar biasa yang dapat kita rasakan secara nyata. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 4:18-22
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 27-29
Nas: Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19)
Mensyukuri Kemampuan
Menarik, sejak awal Petrus dan Andreas dipanggil menjadi murid, Tuhan menghargai kemampuan yang mereka miliki selama ini yaitu soal menjala ikan. Hanya, sekarang Tuhan mengganti objek jalanya dari ikan menjadi manusia. Tuhan pun tidak berusaha mengubah mereka untuk menjadi orang lain, tetapi justru menguatkan dan memakai kemampuan mereka itu untuk perkara yang lebih besar.
Apa kemampuan yang Tuhan telah taruh dalam diri kita? Ada yang pintar membuat kue. Jago menggunting rambut. Pintar menjual mobil. Cerdas mengajar. Ahli menawarkan produk. Hebat memasak. Mahir pembukuan. Percayalah, Tuhan telah memberi bakat atau kemampuan unik dalam diri setiap kita. Salah kalau ada orang yang mengasihani diri beranggapan ia tidak punya kemampuan apa-apa. Sebiasa apa pun dirinya, minimal pasti ada satu kemampuan yang Tuhan telah taruh.
Jangan pernah kita kecil hati atau tidak mensyukuri kemampuan yang kita miliki karena sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Ingat, setiap orang sudah diberi jatah porsi masing-masing dalam rencana Tuhan yang indah. Daripada sibuk iri melihat kemampuan orang lain, lebih baik kita sibuk mengembangkan diri dan mempersembahkannya kepada Tuhan.
Karena seperti kisah Andreas dan Petrus tersebut, ketika kita mau menjawab panggilan Tuhan dan menyerahkan setiap kemampuan kita kepada-Nya, Dia akan bertindak menjadikannya untuk perkara-perkara besar yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. --HTN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar