RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 18-20
Nas: Datanglah firman TUHAN kepada imam Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar, dan di sana kekuasaan TUHAN meliputi dia. (Yehezkiel 1:3)
Allah di Babel
Bagi bangsa Israel, Yerusalem adalah kota istimewa. Selain pusat pemerintahan, di sanalah juga pusat peribadatan, sebab di sana terdapat Bait Suci, tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Maka ketika Israel diangkut menjadi tawanan ke Babel, mereka bisa saja berpikir bahwa Allah telah meninggalkan mereka. Mereka merasa tak berharga, terbuang, dilupakan, serta tidak memiliki pengharapan.
Namun, sekalipun pembuangan ke Babel adalah hukuman Allah atas ketidaksetiaan mereka, Allah tetap menyertai mereka. Dia menyatakan diri-Nya kepada Yehezkiel, seorang imam yang turut dalam pembuangan itu. Ia mendapat berbagai penglihatan tentang Allah, juga mengalami kuasa Allah. Kepadanya dinyatakan dosa-dosa umat-Nya, serta janji keselamatan dan pemulihan kepada mereka. Yehezkiel sendiri ditetapkan sebagai penjaga bagi umat Israel di pembuangan, untuk mengingatkan mereka agar kembali kepada Allah, untuk menegur dosa dan kesalahan mereka, serta menuntun mereka berjalan di jalan yang benar.
Seperti umat Israel, kita mungkin berada dalam situasi sulit dan menderita karena ketidaksetiaan kita kepada Allah. Kita terpuruk, jatuh dan hancur, terkucil, merasa diri cemar, kotor, tidak layak dan tidak berharga. Kita merasa tak mungkin lagi beroleh pengampunan. Namun perlu kita ingat, anugerah Allah jauh lebih besar daripada dosa kita. Di mana pun kita berada, Allah ada di sana. Kasih-Nya yang besar tetap merengkuh kita. Dia tidak menginginkan kebinasaan kita, melainkan pertobatan yang sungguh. Mari berpaling kepada-Nya dan menyambut uluran tangan-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ESTER 4:1-14
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 21-23
Nas: "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4:14 b)
Ada Maksud Tuhan
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak mahasiswa, ketika lulus kuliah, mencari pekerjaan yang akan memberikan gaji tinggi dan banyak fasilitas. Itulah yang biasanya menjadi kriteria utama mereka dalam memilih pekerjaan, bahkan bagi mahasiswa Kristen sekalipun. Mereka biasanya tidak memikirkan apa maksud Tuhan bagi mereka, berkaitan dengan pekerjaan yang akan dipilih.
Bagi Ester, seorang yatim piatu Yahudi yang dipelihara oleh Mordekhai, dipilih menjadi ratu oleh Raja Ahasyweros pasti suatu kegembiraan sekaligus kejutan besar. Dari seorang yang biasa saja kemudian menjadi seorang yang dilayani, diperlakukan istimewa, dan mendapatkan kenyamanan luar biasa. Tetapi ketika Haman seorang yang berkedudukan di atas semua pembesar kerajaan berencana memusnahkan bangsa Yahudi, maka Mordekhai mengingatkan Ester untuk membela bangsanya di hadapan raja melalui posisinya. Adalah hal yang sulit bagi Ester karena kalau ia menghadap raja tanpa dipanggil, dan raja tidak berkenan, ia akan dihukum mati. Tetapi Mordekhai mengingatkan, justru mungkin maksud Tuhan menempatkan Ester menjadi ratu adalah menjadi alat-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Ternyata memang Ester dipakai-Nya untuk menyelamatkan bangsa Yahudi.
Pernahkah kita bertanya, apa maksud Tuhan dengan hal yang sedang Dia percayakan kepada kita, melalui studi, pekerjaan, keluarga, jabatan, dan lainnya? Apakah hanya untuk kepentingan dan kesenangan kita saja? Marilah kita berdoa agar dapat mengerti maksud-Nya dan menggunakan studi, pekerjaan, keluarga, atau jabatan bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KISAH PARA RASUL 5:17-42
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 24-25
Nas: Setiap hari mereka mengajar di Bait Allah dan di rumah-rumah dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias. (Kis. 5:42)
Sedang Membangun Perusahaan
Saat saya makan siang di warung makan langganan, saya kerap berbincang dengan sesama pemasar yang juga makan siang di warung itu. Pernah saya bertemu satu pemasar yang selalu mengeluh kondisi sepi, dapat order sedikit, dan merasa pekerjaan sulit. Di waktu berbeda, saya bertemu pemasar yang selalu bersemangat, wajahnya gembira, dan merasa pekerjaannya sangat menyenangkan. "Aku sedang membangun perusahaan, Pak, " jawabnya sewaktu saya bertanya apa rahasia dia semangat dan mencintai pekerjaannya.
Ketika sikap kita benar dan positif, maka kita berpikir, merespons, dan bertindak positif dalam kondisi apa pun. Sebaliknya, kalau sikap kita salah dan negatif, kita berpikir, merespons, dan bertindak negatif. Taat kepada perintah Tuhan, itulah sikap para rasul. Waktu malaikat Tuhan menyuruh mereka memberitakan firman hidup (ay. 20), mereka lakukan itu (ay. 21). Dimasukkan ke penjara (ay. 18), hampir dibunuh (ay. 33), dicambuk dan dilarang (ay. 40), itulah berbagai hal buruk yang harus mereka terima. Meski tidak enak, mereka tetap gembira karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus (ay. 41). Mereka memilih taat kepada Allah daripada taat kepada manusia, dengan tetap memberitakan Injil tentang Yesus setiap hari.
Sikap kita dalam merespons segala sesuatu, sangat menentukan masa kini maupun masa depan kita. Kalau kita memilih taat kepada Tuhan, pasti kita gembira melakukannya dan tetap setia dalam kondisi apa pun. Sikap seperti apa yang mau kita punyai demi membangun rohani dan jasmani kita? --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 SAMUEL 12:16-25
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 1-2
Nas: "Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus." (1 Samuel 12:23)
Tak Akan Berhenti
Samuel dikenal sangat bijaksana saat menjadi pengadil bagi orang-orang Israel. Ia melayani dengan sungguh-sungguh sebagai seorang nabi dan imam pilihan Tuhan. Samuel menjalankan panggilan hidupnya dengan seluruh kemampuan dan pengabdian yang begitu baik, baik di hadapan Tuhan maupun umat-Nya.
Kesetiaan Samuel diuji ketika bangsanya menghendaki seorang raja manusia seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Samuel kecewa mendengar keinginan bangsanya itu. Di sisi lain, Samuel menangis karena Tuhan berkata bahwa bukan dirinya yang mereka tolak, tetapi Tuhanlah yang mereka tolak. Alih-alih meninggalkan bangsanya itu, Samuel dengan sabar berkata, "Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu" (ay. 23).
Bukankah kita pun kerap mengalami penolakan-penolakan yang sama seperti yang dialami Samuel? Kesungguhan kita melayani ternyata tidak selamanya memuaskan orang-orang yang kita layani, lalu mereka menolak kita. Apa reaksi kita? Belajar dari Samuel, kiranya kita didapati Tuhan tetap setia kepada panggilan hidup kita. Meski beberapa orang meragukan kesetiaan kita, kiranya kita tidak menjadi kecewa dan tetap setia melayani Tuhan. Diragukan dan ditolak memang mengecewakan, tetapi hal itu tidak mengubah hati kita untuk tetap setia memenuhi panggilan hidup kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YEREMIA 42-43:7
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 3-5
Nas: Maka berkatalah Azarya bin Hosaya dan Yohanan bin Kareah serta semua orang congkak itu kepada Yeremia: "Engkau berkata bohong! TUHAN, Allah kita, tidak mengutus engkau untuk berkata: Janganlah pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana." (Yeremia 43:2)
Hati yang Taat
Yohanan bin Kareah beserta seluruh perwira tentara dan rakyat tidak mau mendengarkan firman Tuhan melalui perantaraan Nabi Yeremia. Mereka memilih untuk pergi ke Mesir, padahal Tuhan menjanjikan berkat kalau mereka bersedia tunduk kepada raja Babel dengan tetap tinggal di tanah Yehuda. Mereka yang awalnya mengatakan kepada Yeremia bahwa apa pun bunyi firman-Nya akan mereka terima malah mengambil jalannya sendiri dan mencampakkan firman-Nya.
Itulah yang sering kali terjadi pada kita. Sering kita ingin sekali mengetahui petunjuk Tuhan dalam mengarungi kehidupan, namun setelah firman-Nya tidak sesuai dengan keinginan hati kita, kita menjadi kecewa dan mengabaikannya begitu saja hingga hidup kita menjadi suram. Firman-Nya tidak pernah membawa keburukan bagi kita, hati kitalah yang kurang percaya. Padahal jalan yang menurut pemikiran sendiri yang kita tempuhlah yang justru memimpin kita kepada kekelaman. Seaneh apa pun pernyataan Tuhan bagi kita, mengikuti kegenapan firman-Nya niscaya akan membawa kebaikan bagi hidup kita.
Mari kita bukan saja mempunyai telinga yang rindu untuk mendengar firman Tuhan, melainkan kita juga bersedia membuka hati kita untuk melakukan semua perkataan-Nya sehingga sepanjang waktu hidup kita akan diliputi oleh sukacita dan damai sejahtera. Pemikiran kita yang terbatas sering kali tidak sanggup untuk mengerti jalan-Nya, tetapi kalau kita taat kepada firman-Nya, hidup kita akan senantiasa diberkati. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 7:18-35
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 6-7
Nas: Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" (Lukas 7:19)
Ragu oleh Penderitaan
Ada banyak faktor membuat orang percaya kemudian meragukan Tuhan. Salah satunya ialah hempasan penderitaan. Saat datang bertubi persoalan, ragulah ia akan kesetiaan Tuhan. Dalam hati bertanya, "Benarkah Tuhan senantiasa menyertaiku?" Saat penyakit menjadi semakin kronis, ragulah ia akan kuasa dan kasih Tuhan. Dalam hati bertanya, "Benarkah Tuhan mampu (atau mau) menyembuhkanku?"
Keraguan serupa dialami oleh Yohanes Pembaptis. Semula ia yakin Yesus adalah Mesias. Yohanes menunjuk kepada Yesus, lalu berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29). Sebab padanya telah diberikan tanda dari sorga, yakni Roh yang turun atas seseorang dan tinggal di atas-Nya (Yoh. 1:33). Namun kemudian penderitaan menghempas kehidupannya. Yohanes dipenjara oleh karena menegur Raja Herodes yang mengambil Herodias, istri Filipus saudaranya menjadi istrinya (Mat. 14:3-4). Hari demi hari hidup terkurung dalam penjara membuat iman Yohanes mulai goyah. Yohanes menjadi ragu benarkah Yesus adalah Mesias. Maka ia mengutus dua muridnya menanyakan kepada Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" (ay. 19).
Untuk mengenyahkan keraguan dalam diri Yohanes, Yesus meminta kedua murid itu menceritakan kepadanya segala perbuatan Yesus yang mereka lihat dan dengar (ay. 22). Solusi serupa dapat kita terapkan. Bila saat ini penderitaan membuat kita meragukan Tuhan, tengoklah kembali segala perbuatan Tuhan yang ajaib dalam kehidupan kita. Semoga iman kita yang mulai goyah dapat kembali dikuatkan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar