RENUNGAN HARIAN
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 17
Bacaan Setahun: Keluaran 17-19
Nas: "Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon." (Lukas 4:26)
Janda di Sarfat
Elia adalah nabi yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kuasa-Nya kepada Raja Ahab. Saat Tuhan tidak menurunkan hujan dan terjadi kelaparan di seluruh negeri, Tuhan tetap memelihara hidup Elia. Tuhan memerintahkan burung-burung gagak memberi makan (ay. 6). Setelah sungai Kerit kering airnya, Tuhan memerintahkan Elia pergi ke wilayah Sidon dan diam di Sarfat. Karena Tuhan sudah memerintahkan seorang janda di Sarfat untuk memberinya makan. Meski Sidon adalah pusat penyembahan Baal, ternyata janda ini takut akan Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan dia berbuat seperti apa yang dikatakan Elia (ay. 15).
Kisah burung gagak dan janda di Sarfat menunjukkan bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menolong kita. Tidak ada jaminan bahwa saudara atau saudari seiman pasti bersedia dipakai Tuhan untuk menolong kita, padahal kita tahu mereka rajin ke gereja, bahkan mungkin juga mereka aktif pelayanan ini dan itu. Jangan pernah membatasi kuasa Tuhan, dengan memandang rendah orang-orang tertentu, karena mereka bisa saja dipakai Tuhan menjadi alat-Nya.
Kalau orang yang belum percaya Kristus bisa menolong siapa saja, termasuk kita, alangkah baiknya kita pun mau dipakai Tuhan untuk menolong siapa saja. Jangan pasif atau hitung-hitungan saat Tuhan mengirimkan orang-orang tertentu untuk ditolong, sekalipun dia belum percaya Kristus. Mari dengan penuh ketulusan kita miliki hati yang penuh kasih seperti Kristus, yang selalu mau dan siap menolong siapa saja. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 19:8-19
Bacaan Setahun: Keluaran 20-22
Nas: Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; kemudian pergilah ia ke rumah TUHAN dan membentangkan surat itu di hadapan TUHAN. (2 Raja-raja 19:14)
Buku Catatan Doa
Dalam sebuah kelompok pemuridan, saya diajar memiliki buku catatan doa. Buku catatan ini saya bagi dalam dua kolom. Sebelah kiri kolom berisi daftar segala doa saya, dan sebelah kanan kolom saya isi dengan tanda centang dan tanggal di mana doa saya sudah dijawab oleh Tuhan. Bertahun-tahun mempraktikkannya, saya banyak melihat karya Tuhan dinyatakan. Melalui buku catatan doa, saya belajar untuk mengandalkan Tuhan dan berpetualang bersama-Nya dalam segala musim kehidupan.
Menuangkan isi hati melalui doa pun dilakukan oleh Hizkia. Ancaman raja Asyur untuk menghancurkan Yerusalem secara manusia memang dapat menggentarkan hatinya dan rakyatnya saat itu. Menyikapi hal tersebut, Hizkia sebagai seorang raja tidak langsung emosional dan menyerang balik melainkan ia membawa surat ancaman yang disampaikan padanya dan membentangkannya di hadapan Tuhan (ay. 14). Dalam doa, Hizkia berseru meminta pertolongan agar Allah berpihak pada Yerusalem dan menyelamatkan mereka. Maksud Hizkia, jika Tuhan bertindak, segala kerajaan di bumi tahu, bahwa Allah yang Yerusalem sembah adalah Allah yang hidup (ay. 19) sehingga kerajaan lain yang mengaibkan Allah menjadi sadar dan bertobat.
Saudara, dalam hidup ini ada banyak situasi yang tidak menentu. Kita belajar seperti Hizkia, ia tidak dipengaruhi oleh emosi, tetapi ia mau mengambil tindakan untuk mendoakannya pada Tuhan karena ia tahu bahwa sumber segala sesuatu datangnya dari Allah saja. Kita dapat membentangkan masalah kita melalui doa dan memercayai tuntunan Allah hari demi hari dalam menolong dan menenangkan hati kita. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: AMSAL 16:3
Bacaan Setahun: Keluaran 23-25
Nas: Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16:3)
Serahkan pada Tuhan
Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan dalam hidup, kita diajak untuk menyerahkan ke dalam tangan kuasa Tuhan. Sikap pasrah ini mengajak kita untuk menyadari bahwa kita adalah manusia yang tidak sempurna, sehingga membutuhkan pertolongan Tuhan. Akan tetapi banyak orang yang justru keliru dalam memahami sikap ini. Mereka justru percaya bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan hidup kita tanpa kita harus melakukan apa pun, asalkan kita percaya kepada Tuhan.
Dalam hal itulah, penulis Amsal mengingatkan kita bagaimana sebenarnya manusia harus berserah kepada Tuhan. Penulis Amsal mengamini bahwa manusia harus menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Tetapi, untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan, penulis Amsal juga menekankan adanya perbuatan yang harus dilakukan dalam hidup. Artinya, manusia dituntut untuk selalu berusaha dalam hidup, supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan itulah manusia harus menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, dengan kerelaan hati untuk menerima apa pun hasil yang diberikan Tuhan dari pekerjaan kita. Penulis Amsal bersaksi, bahwa dengan sikap pasrah yang demikianlah maka Tuhan akan memberi yang terbaik bagi kita.
Sikap pasrah tidak berarti bahwa kita hanya duduk manis dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Tetapi, sikap pasrah justru menuntut kita untuk selalu berusaha dalam hidup, dengan kerelaan hati untuk menerima pemberian Tuhan sebagai buah dari penyerahan setiap usaha kita. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 PETRUS 3:8-12
Bacaan Setahun: Keluaran 26-28
Nas: Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. (Amsal 10:19)
Memilih Menutup Mulut
Kalau kita menghadiri pertemuan seperti pertemuan RT, arisan, atau rapat di gereja, kita pasti pernah bertemu orang yang banyak bicara tapi tidak ada isinya. Kita akan mendengar orang itu berbicara hal yang tidak perlu, berlebihan, atau memamerkan segala kebaikannya. Walau tak suka, inilah kenyataannya. Meski hati ini tergoda untuk menegur orang itu, atau mengatakan orang itu bodoh, lebih baik kita tetap menutup mulut. Kenapa? Karena kalau kita tidak bisa menahan bibir, itu adalah cara paling cepat membuat musuh jangka panjang.
Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu, itulah yang sebaiknya kita lakukan kalau mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik. Kita tidak bisa mengontrol perkataan orang sekitar kita, termasuk segala omong kosong mereka, tapi kita bisa mengontrol hati dan respons kita. Tuhan tidak pernah ingin kita sebagai anak-anak-Nya memiliki banyak musuh karena tidak mampu menahan bibir. Kalau seseorang bicara kosong kepada kita, tidak perlu membalasnya, dia justru makin semangat bicara dan ujungnya malah bertengkar. Kalau kita bisa meninggalkannya, berpamitanlah baik-baik.
Jangan menjatuhkan seseorang di depan banyak orang, sekalipun segala perkataan yang dia ucapkan tidak penting atau berlebihan. Kita hendaknya menjadi pribadi yang berakal budi, yang tahu kapan waktunya diam dan kapan waktunya bicara. Kalau ada orang menegur atau menasihati karena kita terlalu banyak bicara yang tidak penting, koreksi diri dan bertobatlah. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MIKHA 7:7-13
Bacaan Setahun: Keluaran 29-31
Nas: Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan Aku! (Mikha 7:7)
Percaya dan Berharap
Untuk tetap percaya dan terus membangun harapan, sering kali dipandang sebagai hal yang mudah untuk dilakukan. Ketika sedang merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidup, kedua hal tersebut memang mudah untuk dilakukan, bahkan mungkin tidak terasa. Tetapi tentu tidak selamanya kita akan merasakan kedamaian dalam hidup, karena suatu waktu pasti kita juga akan merasakan pergumulan karena begitu beratnya hidup ini. Dalam keadaan demikian, mudahkah bagi kita untuk tetap percaya dan berharap?
Beratnya kehidupan itu juga dirasakan oleh bangsa Israel ketika mereka undur dari hadapan Tuhan dengan jatuh pada dosa-dosa, serta kenyataan bahwa mereka menghadapi kehancuran karena datangnya serbuan dari bangsa lain. Dalam situasi sulit yang dialami oleh bangsa Israel itu, Mikha yang diutus oleh Tuhan untuk memperingatkan bangsa Israel, tidak menyerah kepada Tuhan. Mikha menyerahkan seluruh hidupnya ke dalam tangan Tuhan dengan tetap setia menunggu kehadiran-Nya, serta tetap menaruh harapan penuh kepada Tuhan. Karena Mikha percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan bangsa Israel, dan selalu mendengarkan seruan umat-Nya yang percaya dan berharap kepada-Nya.
Mikha mengajarkan kepada kita untuk tetap percaya dan menaruh harapan hanya kepada Tuhan, bahkan dalam masa paling gelap dalam hidup kita. Sekalipun kita harus menunggu akan pertolongan Tuhan yang kita tidak pernah tahu pasti kapan datangnya. Tetapi satu hal yang pasti adalah bahwa Tuhan pasti mendengarkan dan menyelamatkan umat-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 45:1-15
Bacaan Setahun: Keluaran 32-34
Nas: Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia. (Kejadian 45:15)
Tangisan Yusuf
Kapan terakhir kali Anda menangis? Mengapa Anda menangis? Tentu ada alasan mengapa kita menangis. Entah karena beban hidup atau tekanan yang mengimpit kita atau bahkan karena meluapnya rasa sukacita kita. Ketika tidak ada lagi kata-kata, air mata adalah pembawa pesan. Air mata adalah karunia Allah agar kita dapat meluapkan perasaan kita.
Yusuf pun menangis keras-keras karena ia tidak lagi mampu menahan hatinya saat melihat saudara-saudaranya yang telah menjualnya itu kini berdiri tepat di hadapannya. Karena kerinduan yang begitu dalam pada Benyamin, adik kandungnya, Yusuf memeluknya sambil menangis, demikian pula Benyamin kepadanya. Di kesempatan sebelumnya, Yusuf menangis tersedu-sedu karena melihat Yehuda memohon-mohon agar Benyamin tidak ditahan, supaya tidak menimbulkan penderitaan bagi Yakub ayahnya. Kini, ia menangis serta memeluk satu per satu saudaranya yang dahulu ingin menyingkirkannya itu. Yusuf menangis bukan karena mengingat kejahatan semua saudaranya itu, ia menangis karena menyaksikan kebaikan Tuhan di balik semua peristiwa pahit yang selama ini dilewatinya.
Yusuf sudah banyak menangis karena perbuatan jahat saudara-saudaranya. Namun ketika melewati beberapa peristiwa menyakitkan yang Tuhan izinkan, karakter Yusuf tertempa makin kuat. Yusuf tidak lagi menangis karena kemarahan, kecewa, keluhan, atau karena diperlakukan tidak adil. Tangisan Yusuf berubah makna menjadi ucapan syukur karena ia melihat kebaikan Tuhan di setiap peristiwa pahit yang ia alami. Ketika ia dimampukan melihat kebaikan Tuhan, maka hatinya terbebas dari luka hati. Tangisannya adalah tangisan pengampunan, pemulihan dan kebahagiaan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar