RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Kejadian 25-27
Nas: Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." (1 Samuel 28:7a)
Penolong Alternatif
Takut dan gemetar menghadapi orang Filistin, Saul memohon petunjuk Tuhan. Namun upaya Saul tidak membuahkan hasil. Tuhan tidak menjawab baik melalui perantaraan mimpi, penggunaan Urim, atau para nabi. Merasa terdesak, Saul segera berusaha mencari pertolongan lain. Ia mencari seorang perempuan pemanggil arwah. Kepadanya Saul meminta dipanggilkan Samuel, supaya ia dapat bertanya kepadanya.
Situasi sulit yang dihadapi tidak membuat Saul merenungkan hubungannya dengan Tuhan selama ini. Penolakan Tuhan tidak juga mengingatkan Saul atas tindakannya yang gemar mengabaikan teguran Tuhan melalui Samuel semasa hidupnya. Alih-alih menyadari keberdosaannya dan melakukan pertobatan demi memperbaiki hubungannya dengan Tuhan, Saul malah menambah panjang daftar dosanya dengan mencari penolong alternatif di luar Tuhan. Saul bermaksud memanggil roh Samuel melalui peramal, tindakan ini berarti sama saja menduakan Tuhan dan memercayai roh di luar Tuhan.
Selain rasa kecewa karena merasa Tuhan tak kunjung menolong, situasi sulit dapat menimbulkan penyesalan. Termasuk, menyesal karena terlambat menghargai orang-orang yang berusaha menolong. Untuk mengantisipasi, alangkah baiknya berusaha mempergunakan waktu yang ada untuk mencari Tuhan selama Ia berkenan untuk ditemui. Juga merendahkan hati untuk bersedia menerima setiap nasihat baik. Supaya kita jangan ditimpa kemalangan seperti Saul, yang harus menerima kegelapan di masa kini, bahkan kematian di masa datang. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: FILIPI 3:1-16
Bacaan Setahun: Kejadian 28-30
Nas: Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (Filipi 3:10-11)
Mengenal Allah Seutuhnya
Dalam diri setiap orang percaya sering kali ada kerinduan untuk mengenal Allah lebih dalam lagi seiring pengenalan-Nya akan Kristus. Namun sayangnya, tak jarang pengenalan yang diharapkan itu cenderung terfokus pada hal-hal yang baik, lewat kenyamanan hidup atau doa-doa yang dijawab sesuai keinginan. Padahal, ada sisi lain dari pengenalan akan Allah yang dapat kita pelajari dalam perjalanan kita mengiring Kristus, seperti yang dirindukan oleh Paulus.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, kerinduan Paulus terungkap bahwa ia ingin mengenal Allah dalam cara yang berbeda dari kerinduan orang secara umum. Paulus ingin mengenal kuasa kebangkitan Kristus, yang berarti ada pengalaman "kematian" yang perlu Paulus alami terhadap segala sesuatu yang bersifat duniawi. Paulus juga rindu bersekutu dalam penderitaan Kristus, yang tergenapi lewat berbagai penderitaan yang dialaminya sebagai rasul dan penginjil. Kerinduan yang "tak biasa" ini akhirnya melahirkan pengenalan akan Allah yang kuat dalam diri Paulus. Pengalaman rohani inilah yang lantas tertuang dalam surat-suratnya dan memberkati kita sampai hari ini.
Seberapa rindu Anda mengenal Allah? Bagaimana dengan pengalaman terkait penderitaan dan kematian? Apakah dua perkara yang terakhir juga menjadi perkara yang Anda rindukan, demi memperoleh pengenalan akan Allah yang semakin dalam? Jika seorang Paulus saja merindukan pengenalan yang semacam ini, bukankah seharusnya kita juga perlu mengembangkan kerinduan untuk mengenal Allah seperti yang Paulus rindukan? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 TAWARIKH 9:1-12
Bacaan Setahun: Kejadian 31-33
Nas: "Tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan mereka sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh, setengah dari hikmatmu yang besar itu belum diberitahukan kepadaku; engkau melebihi kabar yang kudengar." (2 Tawarikh 9:6)
Hikmat Tuhan
Era Salomo terjadi sekitar abad keenam sebelum Masehi. Belum ada suatu jaringan alat komunikasi dalam bentuk apa pun. Setiap berita tentang Salomo hanya terdengar dari mulut ke mulut saja. Kemungkinan besar ratu negeri Syeba mendengar perihal Salomo hanya dari kata orang mengingat jarak kerajaannya (Arab Selatan) dan Yerusalem diperkirakan sejauh 1.200 mil atau 60 hari waktu perjalanannya.
Berita tentang Raja Salomo yang begitu bijaksana dan tentang Allah yang disembah oleh Salomo itu menarik perhatian ratu Syeba. Sebab itulah perjalanan nan panjang tidak lagi menjadi penghalang baginya karena hatinya ingin membuktikan hikmat Allah melalui Salomo. Ratu Syeba ingin membuktikan, melihat, dan mengalami sendiri betapa hebatnya hikmat Allah itu. Hasrat besar ratu Syeba ini mengajar kita tentang betapa berharganya hikmat Allah itu, nilainya begitu berharga yang melebihi kekayaan materi, bahkan emas dan permata.
Seorang ratu yang tidak mengenal Allah pun dibuat takjub oleh hikmat Allah sampai-sampai ia memiliki kerinduan demikian besar untuk melihat, membuktikan hikmat dan mengenal Sang Sumber Hikmat itu. Ketika kita merenungkan hal ini bukankah Allah memanggil, mengutus, dan memperlengkapi diri kita dengan hikmat-Nya dengan tujuan agar setiap orang yang tidak mengenal Allah dapat mengenal pribadi Allah? Salomo mempergunakan hikmat Allah dan berbagai berkat yang dikaruniakan kepadanya untuk memasyhurkan nama Allah kepada bangsa-bangsa. Segala sesuatu dilakukannya untuk membawa orang-orang kepada Allah. Kiranya nama Allah dipermuliakan melalui kesaksian hidup kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: NEHEMIA 9
Bacaan Setahun: Kejadian 34-36
Nas: "Tetapi begitu mereka mendapat keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mere (Nehemia 9:28)
Akibat Tetap Berkerumun
Seorang warga marah saat ditegur ketua RT karena berkerumun dan tak pakai masker. Ketua RT menegurnya untuk kebaikannya dan orang-orang yang berkerumun bersamanya, karena saat itu pandemi Covid-19 sedang tinggi. Dia tak terima dan malah mengusirnya dengan perkataan yang kasar. Beberapa hari kemudian warga ini positif Covid-19, lalu minta tolong ketua RT mengantarnya ke rumah sakit. Bapak ketua RT tetap menolongnya, mengantar ke rumah sakit dan mengurus segala urusan di rumah sakit.
Kita mungkin dibenci atau ditolak seseorang yang kita peringatkan agar tidak celaka. Ketika akhirnya seseorang itu celaka, dia minta tolong kita. Meski tidak enak dan mungkin saja kita masih sakit hati, mari kita memiliki hati seperti Tuhan. Nehemia 9 mencatat dengan detail pengakuan dosa dan permintaan maaf orang Israel. Mereka mengakui sudah bertindak angkuh dan bersitegang leher, dan tidak patuh kepada perintah-perintah Tuhan (ay. 16). Respons Tuhan, sudi mengampuni, panjang sabar, berlimpah kasih setia, dan tidak pernah meninggalkan (ay. 17). Hal itu Tuhan lakukan berulang kali, meski bangsa Israel tidak menghiraukan (ay. 30).
Jika kita baru sekali, dua kali, atau tiga kali direpotkan orang yang kesusahan karena menolak peringatan kita, Tuhan sudah tak terhitung banyaknya tetap menolong dan mengasihi kita semua. Sabarlah menghadapi orang yang degil. Tetaplah mau menolong orang-orang yang mengalami kesusahan. Berdoalah agar mereka sadar, dan memiliki kerendahan hati. Sehingga kelak ketika ditegur lagi, mereka bisa menerima dengan hati terbuka. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: NAHUM 1
Bacaan Setahun: Kejadian 37-39
Nas: TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. (Nahum 1:3)
Mencari Celah
Sebagian siswa beranggapan bahwa mereka yang terkenal akan lebih diperhatikan guru sehingga berpotensi sering ditunjuk. Inilah alasan mereka memilih menjadi anak yang kurang aktif. Mereka mencari aman, terutama dari guru yang dianggap "killer". Malangnya, trik ini tidak selalu membuahkan hasil. Sebab mereka justru akan dikenal karena kepasifannya.
Ketika Allah mengutus Yunus, orang Niniwe bertobat dan diselamatkan. Namun tak lama kemudian mereka malah menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Tak heran Nahum mengumandangkan kemurkaan Allah terhadap mereka. Bukan berarti bahwa Allah bosan mengampuni atau habis kesabaran menghadapi keberdosaan umat-Nya. Allah selalu siap mengampuni. Namun demikian Allah membuat batasan waktu dalam memberi kesempatan bagi umat untuk bertobat. Hal ini dilakukan-Nya supaya umat tidak seenaknya, mencari celah dalam kemurahan Allah. Merasa bebas berlaku dosa dan menganggap Allah akan selalu mengampuni serta tetap memberkati. Allah menuntut umat memiliki rasa tanggung jawab kepada-Nya atas hidup mereka.
Bagi dunia, mungkin keberadaan kita tidak dikenal dan kurang dihargai. Namun Tuhan mengenal kita secara pribadi. Sebagaimana tidak seorang pun luput dari perhatian-Nya, tidak seorang pun dapat bersembunyi dari-Nya. Ketika berlaku seenak hati, tidak mungkin kita melarikan diri dari konsekuensi di hadapan-Nya. Kita tidak mungkin lepas dari murka-Nya. Karena itu biarlah peringatan-Nya membuat hati kita gemetar dan rindu untuk hidup kudus dalam kemurahan kasih-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 23:33-43
Bacaan Setahun: Kejadian 40-42
Nas: Lalu ia berkata, "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Lukas 23:42)
Selalu Ada Harapan
Ada orang suka berbuat jahat. Berkali-kali diperingatkan, tidak juga sadar, malah semakin jahat. Tampaknya tidak ada lagi harapan orang itu bertobat. Ada yang bersikeras tidak mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Sudah banyak orang menginjili dirinya, malah ia menghujat nama Yesus. Tampaknya tidak ada lagi harapan orang itu menerima keselamatan.
Saat Yesus disalib, ada dua penjahat turut disalib. Namanya penjahat, sudah pasti perbuatan mereka jahat. Sampai jatuh hukuman mati atas diri mereka. Saat tergantung di kayu salib, masih juga mereka berbuat jahat. Mereka mencela Yesus (Mat. 27:44). Namun tiba-tiba seorang dari penjahat itu bertobat. Hatinya berubah sehingga ia menegur temannya, "Tidakkah engkau takut kepada Allah, sebab engkau menerima hukuman yang sama?" (ay. 40). Penjahat itu menyadari kesalahannya dan rela hati menerima salib sebagai hukuman yang layak baginya (ay. 41). Lalu ia memohon keselamatan bagi jiwanya. Katanya kepada Yesus, "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (ay. 42). Kisah penjahat itu menunjukkan bahwa selalu ada harapan bagi manusia yang jahat untuk bertobat. Selalu ada harapan bagi yang keras hati untuk menerima keselamatan.
Sekarang mungkin ada orang-orang di sekeliling kita yang masih suka berbuat jahat. Ada juga dari mereka bersikeras tidak mau menerima Injil keselamatan. Jangan lelah memperingatkan mereka, pula berbicara tentang Yesus kepada mereka. Karena ternyata selalu ada harapan bagi mereka. Yakini suatu hari mereka bertobat. Yakini suatu hari mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar