RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Lukas 23-24
Nas: ... Ia menyingkir lagi ke gunung, seorang diri. (Yohanes 6:15)
Menyingkir
Berbondong-bondong orang datang mengikuti Yesus. Pada waktu itu Yesus kembali mengadakan mukjizat. Dengan lima roti dan dua ikan, Yesus memberi mereka semua makan. Makanan bahkan tersisa 12 bakul. Orang banyak takjub melihatnya. Mereka hendak menjadikan Yesus sebagai raja. Maka Yesus menyingkir. Yesus menjauhi kerumunan, lalu pergi ke gunung seorang diri (ay. 15). Di situ Dia berdoa (Mrk. 6:46).
Hari-hari kehidupan di dunia ini sarat akan persoalan. Kadang kala persoalan datang berbondong-bondong. Belum selesai satu masalah, sudah ada masalah lain lagi. Bila situasi seperti itu terjadi, kita dapat meneladani tindakan Yesus, yakni menyingkir. Kita pergi menjauhi kerumunan persoalan untuk berdoa. Kita mengambil waktu sejenak di dalam kamar atau ruangan lainnya yang tenang untuk berbincang dengan Tuhan. Terkadang jalan keluar dari sebuah persoalan itu sederhana. Tetapi kita tidak sadar karena pikiran sudah terlampau penuh dengan kecemasan dan kebimbangan. Menyingkir untuk berdoa ialah tindakan yang akan memberi ketenteraman bagi jiwa. Pikiran pun terbuka, lalu kita dapat jelas melihat jalan keluar yang Tuhan tunjukkan.
Hari ini kita mungkin melihat kerumunan persoalan. Ada banyak sekali masalah menghantam kehidupan kita. Semua itu memunculkan perasaan sedih, susah, takut dan khawatir. Jangan berdiam di tengah kericuhan perasaan-perasaan negatif itu. Tidak ada gunanya, justru membuat diri kita semakin lemah, merana dan menderita. Segera, mari kita menyingkir untuk berdoa. Mari perbincangkan setiap persoalan kepada Tuhan yang Mahakuasa. Maka seketika hati kita menjadi tenteram. Lalu satu demi satu dari persoalan itu akan kita dapatkan jalan keluarnya dari Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: DANIEL 10
Bacaan Setahun: Yohanes 1-3
Nas: Lalu katanya kepadaku: "Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." (Daniel 10:12)
Surga Mendengar
Daniel masih muda ketika ia diangkut menjadi tawanan ke Babel. Sebagai keturunan bangsawan Yehuda, ia diharuskan menanggalkan semua warisan identitasnya yang lama, termasuk nama, bahasa serta cara hidupnya. Namun ada satu yang tidak berubah dari Daniel, yakni imannya. Ia tidak mau menukar imannya dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan kehendak Allah. Bahkan ketika ia diikutkan dalam seleksi untuk menjadi pegawai kerajaan, ia berkomitmen untuk hidup menaati Tuhan (Dan. 1:8).
Langkah iman dan ketaatan yang ditempuh Daniel ini ternyata bukan hanya berdampak besar bagi kerajaan di mana ia berada, namun juga pada pengambilan keputusan di surga. Di masa tuanya, Daniel mendapat berbagai penglihatan mengenai apa yang akan terjadi pada akhir zaman. Ia menyaksikan kesusahan besar yang akan dihadapi umat Allah di masa depan, namun ia juga diberitahu bagaimana Allah menyediakan penyelamatan-Nya bagi mereka. Allah sendiri bahkan mengutus malaikat Gabriel untuk menguatkan Daniel serta memberitahunya berbagai rahasia (Dan. 8:16; 9:21). Semua ini terjadi karena Allah menghargai iman Daniel yang dengan sungguh-sungguh bertekad untuk mencari dan menaati Tuhan.
Kita memang tidak tahu persis bagaimana Tuhan akan menjawab doa-doa serta kerinduan kita. Namun Dia sungguh mendengar serta memperhatikan seruan umat-Nya. Bahkan doa yang kita panjatkan dalam hati, tanpa kata-kata, hanya tertanam dalam pikiran. Terpujilah Allah yang bekerja melampaui apa yang kita minta atau doakan! --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: IBRANI 11
Bacaan Setahun: Yohanes 4-5
Nas: Yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa. (Ibrani 11:33)
Iman Kondisional?
Seorang hamba Tuhan terkejut ketika mendengar salah seorang jemaat berkata kepadanya, "Iman itu menurut saya tergantung kondisi. Kalau kehidupan sedang baik, iman kita juga baik. Namun, kalau kondisi tidak baik, wajar saja jika iman lantas menjadi lemah." Meski terkejut, hamba Tuhan ini mencoba tetap tenang, sambil menjadikan percakapan singkat itu sebagai bahan evaluasi diri, "Apakah ada yang keliru dengan pengajaran yang selama ini saya sampaikan, kok ada jemaat yang berpikiran seperti ini ya?"
Dalam pemaparan tentang nama para tokoh iman, tak ada yang disembunyikan oleh penulis kitab Ibrani. Ia menggambarkan tentang iman yang sejati dalam Kristus, yang tak hanya berkaitan dengan keadaan baik, menyenangkan, atau terkait rangkaian mukjizat dan berkat materi yang berlimpah. Iman sejati ditunjukkan oleh para tokoh iman justru ketika mereka mengalami penderitaan, aniaya, bahkan pengorbanan nyawa (ay. 32-37). Kualitas iman yang Allah masih harapkan untuk dimiliki oleh umat-Nya pada zaman sekarang, meski bentuk tantangan atau ujian yang dihadapi dalam bentuk berbeda.
Penyajian "fakta iman" dari penulis Ibrani menunjukkan pada kita bahwa iman sama sekali tidak terkait situasi dan kondisi. Mereka yang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus akan tetap berdiri teguh menghadapi tantangan, bahkan sekalipun aniaya dan penderitaan harus mereka tanggung. Iman seperti inilah yang diperlukan menjelang kedatangan Tuhan yang semakin mendekat. Apakah Anda sudah memiliki jenis iman seperti ini? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KELUARAN 14:1-14
Bacaan Setahun: Yohanes 6-8
Nas: "Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian. (Keluaran 14:4)
Kemuliaan yang Dinyatakan
Ada yang bilang bahwa mengikuti jalan Tuhan itu akan selalu mudah dan bebas dari hambatan. Bukankah kerap terjadi bahwa justru yang terjadi adalah hal sebaliknya? Contohnya, ketika Tuhan Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk menyeberangi danau dan mendahului-Nya, apa yang terjadi? Angin sakal yang hebat menggoncang perahu mereka dan membuat mereka sangat ketakutan! Apakah kita sedang mengalaminya hari ini? Kita telah belajar taat melakukan perintah Tuhan, tetapi masalah yang menakutkan tetap mendera hidup kita. Adakah maksud Tuhan dalam semuanya ini?
Hal yang sama dialami oleh bangsa Israel saat mereka dalam perjalanan keluar dari Mesir. Tetapi Tuhan memberi perintah kepada Musa untuk membawa bangsa itu berjalan ke arah laut Teberau dan berkemah di tepi pantai. Sementara Tuhan mengeraskan hati Firaun agar mereka mengejar orang-orang Israel. Mengapa Tuhan membawa bangsa itu ke tempat yang buntu? Mengapa Tuhan membiarkan bangsa itu diliputi ketakutan luar biasa saat dilihatnya ribuan tentara Mesir yang siap membinasakan mereka? Dan Tuhan berkata, "Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Tidak ada yang salah dengan perintah Tuhan. Bagian kita adalah taat, mengikuti perintah itu dan percaya. Bukan hal yang mudah karena kadang ketaatan itu memang dirancang Tuhan untuk menguji hati kita. Dibawa-Nya kita pada jalan buntu dan diliputi ketakutan. Tetapi ada janji Tuhan yang pasti: di jalan buntu itu kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan! --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: LUKAS 13:1-5
Bacaan Setahun: Yohanes 9-10
Nas: "'Tidak!' kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian." (Lukas 13:5)
Keprihatinan Yesus
Dunia ekonomi, politik, sosial, dan budaya saat ini sungguh kacau dan memprihatinkan. Pandemi berkepanjangan membuat banyak orang menderita. Saling ancam dan peperangan terjadi di berbagai belahan bumi. Aneka bencana alam, kecelakaan, kasus kriminal, dan konflik keluarga sedang kita alami. Lalu bagaimanakah sikap kita?
Andai saja masalah pelik ini disodorkan kepada Yesus, bagaimanakah reaksi-Nya? Pernah, ada yang memberitakan kepada Yesus bahwa Pilatus mencampur darah beberapa orang Galilea dengan darah korban yang mereka persembahkan (ay. 1). Orang Yahudi menantikan tanggapan Yesus agar Ia dapat dipersalahkan berdasarkan komentar-Nya. Sebab perisitiwa itu terkait masalah politik, sosial, dan agama saat itu. Di luar dugaan semua orang, Yesus justru mengaitkannya dengan dosa para pendengar-Nya. Yesus menuntut agar mereka bertobat. Tuntutan ini bahkan diulang kembali tatkala Yesus menyebut bencana lain yang tak kalah mengerikan (ay. 4).
Kita menaruh keprihatinan besar atas berbagai malapetaka yang saat ini kita hadapi. Bencana masih akan terus melanda hingga akhir zaman. Tentu kita tidak boleh berpangku tangan jika kita dikaruniai kemampuan dan kesempatan untuk menolong. Meskipun demikian, kita wajib memusatkan perhatian kepada masalah terbesar diri kita sendiri, yakni dosa. Yang terpenting adalah bahwa kita bertobat sungguh-sungguh dari dosa dan menerima pengampunan serta penebusan dari Yesus Kristus. Dengan demikian, kita terhindar dari kematian kekal yang jauh lebih mengerikan. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 4:1-16
Bacaan Setahun: Yohanes 11-12
Nas: Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung." (Kejadian 4:13)
Mengkhawatirkan Hukuman
Mengetahui persembahan Habel diindahkan Tuhan, sedangkan persembahannya sendiri tidak, hati Kain menjadi panas. Ia lalu membunuh adiknya. Menariknya, tidak tercatat Kain merasa menyesal. Ketika Tuhan bertanya, "Di mana Habel, adikmu itu?" ia berpura-pura tidak tahu. Bahkan sampai Tuhan mengungkap kejahatannya, dari mulutnya tidak terucap permohonan akan pengampunan. Permohonan Kain hanya satu, yakni supaya Tuhan meringankan hukumannya!
Ketika baru melakukan dosa, kecenderungan sebagian besar orang bukan merasa bersalah, melainkan khawatir besarnya hukuman yang ditanggungkan kepadanya. Misalkan ketika seorang pengendara motor menyerempet pengendara lain sampai jatuh terguling-guling di aspal, yang di pikirannya bukan keselamatan si pengendara, melainkan berapa ongkos ganti rugi yang harus dikeluarkannya. Rasa khawatir terhadap hukuman dapat memunculkan dosa-dosa baru! Pada Kain, dari tindakan pembunuhan, muncul kebohongan. Ketika Tuhan bertanya di mana adiknya berada, Kain menjawab, "Aku tidak tahu!" Selanjutnya, muncul upaya penyelamatan diri sendiri. Begitu palu hukuman Tuhan diketuk, berkatalah Kain, "Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat kutanggung." Sampai di sini tidak juga Kain menyadari betapa besar kesalahan ia lakukan dan betapa hati Tuhan tersakiti.
Menerima konsekuensi dari sebuah kesalahan memang tidak enak. Mari belajar bertanggung jawab. Jangan karena mengkhawatirkan besarnya hukuman, kita menjadi pribadi egois yang hanya memikirkan penyelamatan diri sendiri. Andai kata kita melakukan kesalahan, mari memohon pengampunan kepada Tuhan. Selanjutnya, kita juga harus meminta maaf kepada orang yang kita rugikan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar