RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 14-16
Nas: "Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi." (Ayub 28:28)
Hikmat dan Akal Budi
Seorang siswa yang dikenal nakal mendadak berubah. Tidak lagi suka membolos atau menyontek saat ulangan. Rupanya kedatangan seorang guru baru membawa dampak baginya. Ternyata guru baru itu adalah pamannya, adik dari ibunya. Ia begitu takut dan hormat kepadanya. Ia tidak mau kenakalannya menyakiti dan mempermalukan pamannya.
Jika keberadaan orang lain dapat memberi dampak yang cukup besar pada diri seseorang, terlebih panggilan Tuhan atas hidup manusia. Panggilan Ilahi untuk keluar dari dosa dan kesengsaraan menuju berkat dan perjanjian baru merupakan sebuah perkenanan besar. Karena itu panggilan Allah ini semestinya mendorong orang percaya memiliki rasa takut dan hormat kepada Allah. Rasa takut dan hormat kepada Allah inilah yang memungkinkan manusia beroleh hikmat. Takut akan Allah juga mendorong manusia menjauhi kejahatan, yang merupakan buah dari akal budi. Hikmat dan akal budi yang demikian inilah yang merupakan landasan hubungan orang percaya dengan Allah.
Manusia tidak mungkin memperoleh hikmat dengan kekuatannya sendiri. Keahlian, ilmu dan teknologi yang memungkinkan manusia menggali potensi bumi dan membangun dunia pun tak dapat menemukannya. Faktanya, Ayub justru menemukan hikmat melalui penderitaannya. Karena hikmat adalah perkenanan Tuhan. Hikmat merupakan harta karun yang tersembunyi di dalam Tuhan, dinyatakan oleh firman, diterima dengan iman, melalui Roh Kudus. Dengan hikmat yang nyata di dalam rasa takut dan hormat akan Allah saja, karunia penebusan-Nya atas kita mampu bertahan terhadap uji waktu dan pencobaan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YESAYA 58:1-12
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 17-19
Nas: "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" (Yesaya 58:3)
Mengapa Tidak Berubah
Setelah tiga bulan membeli sebuah treadmill, seorang pemuda mengembalikannya ke toko. Marah-marah ia berkata, "Tidak ada yang berubah! Berat badan saya tidak juga turun!" "Maaf, " si pegawai menyela, "Bagaimana dengan pola makan Anda?" "Tetap banyak seperti biasanya, " jawab pemuda itu malu-malu.
Kita kerap mempertanyakan keheranan serupa. Dalam mengiring Yesus, kita menambahkan doa, puasa dan pelayanan, namun tidak mengalami perubahan apa-apa. Jangankan melihat terobosan, kesembuhan, pemulihan atau berbagai mukjizat lainnya, keintiman dalam hadirat Tuhan pun tidak kita rasakan. Dalam hati kita bertanya-tanya, "Mengapa semua yang aku lakukan tidak Kau indahkan, ya Tuhan?" Faktanya, bukan Tuhan tidak mengindahkan tetapi kitalah yang belum mau meninggalkan dosa!
Bangsa Israel pernah memprotes keadilan Tuhan. Mereka berkata, "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Kepada mereka Tuhan menyingkapkan kebenarannya. Bukan Dia tidak memperhatikan atau mengindahkan perbuatan mereka, namun ketika melakukannya, mereka tidak juga meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak berkenan di hadapan-Nya. Hati jauh dari belas kasihan, lalu tangan yang seharusnya terulur memberikan bantuan digunakan untuk menekan sesama.
Kita tidak dapat mengasihi Tuhan tanpa meninggalkan dosa. Kita juga tidak dapat mengasihi Tuhan tanpa memedulikan sesama. Apabila kita rindu mengalami perubahan di kehidupan ini, maka selaraskan saja iman dengan perbuatan! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KEJADIAN 12:10-20
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 20-22
Nas: Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. (Kejadian 12:16)
Ujung-ujungnya Ruwet
Karena merasa mampu, kadang saya berusaha untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan tanpa melibatkan orang lain. "Saya bisa menyelesaikannya seorang diri!" pikir saya. Walau berulang kali gagal, saya berusaha menolak ketika beberapa orang menawarkan bantuan. Dan hasil akhirnya pun jelas, bukannya terselesaikan, ujung-ujungnya justru bertambah ruwet.
Abram pun punya pengalaman serupa. Ketika bencana kelaparan melanda, ia memilih untuk mengikuti jalan pikirannya sendiri daripada bertanya dan meminta petunjuk Tuhan. Di mata Abram, Mesir limpah dengan makanan, tetapi ia buta terhadap keruwetan lebih besar yang bakal terjadi. Tanpa diduga, istrinya yang cantik itu mengundang perhatian orang Mesir. Abram memutar otak mencari cara menyelamatkan diri. Ia meminta Sarai mengaku sebagai adiknya jika ditanya orang Mesir. Rupanya cara ini justru membawanya pada masalah baru. Firaun ingin memperistri Sarai! Sampai-sampai Tuhan harus menulahi istana Firaun.
Kita sering tergoda membuat keputusan tanpa pertimbangan ketika melihat sebuah ancaman. Kita merasa kuat dan mampu mengatasinya tanpa perlu melibatkan orang lain, bahkan Tuhan. Tidak jarang situasi tidak terduga itu justru terjadi ketika kita menjalankan strategi yang kita pikir jitu. Bukannya teratasi, kita malah terjebak dalam sebuah tragedi. Bukannya terurai, masalah justru menjadi semakin ruwet. Keangkuhan membuat diri kita terlalu percaya diri dan tidak lagi melibatkan Tuhan. Keangkuhan akan membawa kita pada masalah. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: WAHYU 21:1-8
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 23-25
Nas: Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan menyertai mereka, dan menjadi Allah mere (Wahyu 21:3)
Tetap Bertemu
Dalam satu tahun, saya kehilangan enam orang hebat dalam hidup saya. Mereka adalah dosen-dosen terbaik yang pernah menolong saya untuk mengerti ilmu peternakan. Mereka berpulang di masa pandemi Covid-19. Hal itu membuat cara pandang saya tentang hidup menjadi berubah drastis. Kepergian mereka secara mendadak membuat saya banyak merenung tentang perjumpaan dan perpisahan.
Dalam Alkitab, kejadian seperti ini sangat sering dijumpai. Banyak tokoh mengalaminya sendiri. Meski demikian, perasaan kehilangan tetaplah mengguncang. Di satu sisi kita tidak akan bisa melihat mereka lagi. Namun, di sisi lain kita mendapat kesempatan memaknai kembali momen-momen yang masih diizinkan untuk bisa kita rasakan saat ini. Saat kita dalam duka dan mengalami serangkaian perasaan kehilangan atas orang-orang terkasih, keyakinan kita pada kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus memampukan kita mengingat janji Tuhan bahwa kita akan tetap bertemu. Maut tidak berkuasa, perkabungan dan ratap tangis akan berhenti, kita akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah kita. Ia akan diam bersama dengan kita (ay. 3-4).
Tidak baik berlarut-larut dalam kesedihan. Terbukalah akan firman Tuhan, sebab itulah yang akan menghibur hati kita. Belajar melepas dan rela. Tetap hidup dalam pengharapan. Melalui kematian dan dukacita, kita pun didorong untuk menyadari bahwa kelak kita akan mengalami perjumpaan kembali yang tidak diakhiri dengan perpisahan, yaitu hidup bersama Tuhan di kekekalan. --YGP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ZAKHARIA 7
Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 26-28
Nas: "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!" (Zakharia 7:9)
Melunakkan Hati Tuhan
Apa yang biasa dilakukan anak-anak kepada orang tua ketika mereka menginginkan sesuatu? Mendadak baik dan rajin. Membuatkan minuman kesukaan sang ayah. Memijat punggung tanpa diminta. Membantu melakukan pekerjaan rumah tangga dan lain sebagainya. Mereka rela melakukannya demi melunakkan hati orang tua supaya keinginannya dikabulkan.
Hukum Allah mewajibkan orang Yahudi berpuasa pada bulan ketujuh, tepatnya pada hari raya Pendamaian (Im. 23:27). Namun mereka menambahkan sebuah puasa pada bulan kelima guna memperingati pembinasaan Bait Suci oleh pasukan Nebukadnezar. Rupanya, hal itu dilakukan untuk melunakkan hati Tuhan! Karena itu setelah Bait Suci dibangun kembali mereka ingin tahu, apakah masih perlu meratapi kehancuran Rumah Tuhan dengan berpuasa? Umat Yahudi di Betel pun mengutus Sarezer dan Regem-Melekh untuk menanyakan hal ini kepada imam-imam dan para nabi. Malang, bukan memperoleh jawaban yang sesuai harapan, mereka malah ditegur Tuhan karena kemunafikannya. Tuhan menolak puasa yang dilakukan dengan cara dan tujuan yang tidak benar.
Apakah ibadah kita tertuju bagi kemuliaan Tuhan atau hanya mencari kepentingan sendiri? Sekalipun keduanya terwujud dalam tindakan lahiriah yang sama, Dia tidak akan mudah terkecoh dengan kesalehan yang palsu. Karena itu hendaklah kiranya kita sunggguh-sungguh merasa lapar dan dahaga akan Dia dan kebenaran-Nya. Biarlah segala bentuk ibadah kita lakukan bagi Tuhan dengan memandang firman-Nya, sebagai upaya untuk menyenangkan hati-Nya dan mendapatkan perkenan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 8:1-3
Bacaan Setahun: Roma 1-3
Nas: Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan harta milik mereka. (Lukas 8:3)
Melayani dengan Kekayaan
Saya senang melihat kesetiaan dari banyak keluarga di gereja lokal kami dalam mendukung keuangan gereja lewat persembahan mereka. Mereka datang dari berbagai latar belakang profesi, tetapi sama-sama rindu mendukung program gereja lewat persembahan dan pemberian-pemberian lainnya terkait keperluan pelayanan. Melihat kehidupan mereka, saya teringat dengan para perempuan yang disebut oleh Alkitab: melayani Tuhan Yesus dengan harta milik mereka.
Dalam perjalanan keliling kota dan desa untuk memberitakan Kerajaan Allah, Yesus dan kedua belas rasul tentu membutuhkan dukungan keuangan yang cukup. Kebutuhan yang ditangkap dengan baik oleh Yohana, istri Khuza, Susana, dan banyak perempuan lain yang melayani Tuhan dengan kekayaan mereka. Tak disebutkannya nama-nama mereka semua sama sekali tak meniadakan pentingnya arti pelayanan mereka. Kita percaya, sekalipun nama mereka tak dicatat, tetapi Allah tentu menghargai pemberian dan kerelaan hati mereka karena telah mengambil bagian dalam mendukung pekerjaan Tuhan di bumi ini.
Faktanya, segala keperluan terkait pelayanan membutuhkan dana cukup agar dapat berjalan dengan baik. Nah, menariknya, kesempatan untuk memberikan dukungan dana terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang status ekonomi, jabatan, atau hal-hal lain yang dapat menghalangi seseorang untuk memberi. Seandainya kita merasa terpanggil untuk mendukung pekerjaan Tuhan lewat dukungan keuangan, lakukanlah dengan setia dan penuh kerelaan, seperti dilakukan Yohana, Susana, dan para perempuan itu! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar