RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Roma 8-10
Nas: Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. (Mazmur 3:4)
Perisai Perlindungan
Secara fisik, Daud mengalami kelelahan luar biasa. Jiwanya hancur dan emosinya pun juga sangat kering. Hari itu Daud memang tidak berada dalam kerajaannya yang nyaman. Hari itu ia berada di tengah padang gurun! Hari itu Daud tak ubahnya seorang buronan musuh. Dan yang menyakitkan adalah Daud menjadi pelarian karena nafsu jahat Absalom, anak kandungnya sendiri.
Hati orang tua mana yang tidak hancur melihat perlawanan anak sendiri? Ya, pengkhianatan seorang anak memberikan rasa sakit yang jauh dari apa yang derita padang gurun berikan. Di tengah situasi itu, sesungguhnya sangatlah manusiawi apabila Daud mengeluh kepada Tuhan tentang anaknya itu. Bisa saja Daud berkata, "Tuhan, di manakah keadilan-Mu? Bukankah aku sudah setia kepada-Mu?" Meski begitu, Daud sama sekali tidak melakukannya. Ganti keluhan, Daud justru menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku" (ay. 4).
Sebagai orang tua, kita pun terkadang mengalami fase padang gurun seperti yang Daud alami. Apakah kita menghadapi anak-anak yang suka melawan, bahkan terkesan berjiwa pemberontak? Situasi ini jelas membuat hati kita hancur. Sebagai manusia biasa, Daud pun hancur hati dan dipenuhi amarah. Namun demikian, ia belajar untuk tidak menyalahkan Tuhan, sebaliknya ia tetap belajar bersyukur. Di dalam hati yang bersyukur, hatinya dipenuhi kepercayaan bahwa Tuhan adalah perisai yang akan selalu melindunginya dan Dia akan menyatakan pertolongan-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: AYUB 42:1-6
Bacaan Setahun: Roma 11-13
Nas: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5)
Wawasan Baru
"Dulu, bisa makan sendiri dipuji pintar. Terus, harus ambil sendiri dan makan tanpa berceceran baru dipuji pintar. Eh, sekarang tambah, harus mencuci piring sendiri kalau mau dipuji pintar!" celoteh anak saya ketika ia berusia tujuh tahun. "Hehe, iya dong! Semakin tambah umur harus bertambah juga kemampuannya!" ujar saya.
Alkitab mencatat Ayub sebagai laki-laki saleh dan jujur. Ia seorang yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Luar biasa karena label untuk Ayub berasal dari pengakuan Allah sendiri (Ayb 1:8). Namun bukan berarti Ayub sudah lolos seleksi dan bebas godaan. Nyatanya Allah mengizinkan iblis menguji kesalehan Ayub. Ayub harus berjuang lagi: menjalani proses yang sulit dan rumit sebelum akhirnya berhasil memenangkannya, sehingga ia memiliki wawasan baru terhadap Allah. Melalui proses itu, Ayub yang dahulu mengenal Allah dan menerima-Nya sebagai tradisi, kini melihat dan mengalami sendiri rahasia Tuhan.
Kecenderungan manusia adalah menyukai kenyamanan. Mereka lebih memilih untuk berhenti pada titik yang dianggap aman, enggan melakukan perjuangan dan perubahan karena melelahkan. Sementara di sisi lain, Tuhan rindu kita memiliki iman yang dinamis. Iman yang terus bertumbuh dan berkembang bahkan menghasilkan buah-buah bagi kemuliaan-Nya. Karena itu Ia mengizinkan proses yang rumit terjadi, supaya pada akhirnya kita beroleh wawasan baru tentang Allah. Memahami kehendak dan kedaulatan Allah atas hidup kita dan melihat kebesaran, keajaiban, kesetiaan serta kemurahan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 TAWARIKH 26
Bacaan Setahun: Roma 14-16
Nas: Rombongan-rombongan para penunggu pintu itu, yang dibagi menurut kepala kaum, mempunyai tugas melayani di rumah TUHAN, sama seperti saudara-saudara sesuku mereka. (2 Tawarikh 26:12)
Para Penjaga Pintu
Ketika menghadiri ibadah di sebuah gedung gereja, di perkantoran, atau di pusat-pusat perbelanjaan, kita akan berjumpa dengan orang-orang yang bekerja sebagai satpam, petugas kebersihan, dan asisten rumah tangga. Mereka menurut kita adalah orang-orang sederhana dengan pekerjaan sederhana, sehingga kerap luput dari perhatian orang atau mungkin malah dilupakan.
Hari ini kita membaca tentang "tugas-tugas lain" yang diberikan Daud kepada orang Lewi. Tugas mereka adalah menjaga pintu gerbang Bait Allah, menjaga gudang perlengkapan dan peralatan, serta mengurus perkakas ibadah. Meski "hanya" sebagai penjaga pintu, namun tugas ini sangatlah penting. Ini terbukti bahwa tugas ini dilakukan oleh orang-orang yang gagah perkasa dan cakap (ay. 8). Tugas itu begitu penting karena selain mereka harus memastikan bahwa rumah ibadah itu aman, mereka juga memastikan bahwa tidak ada orang yang luput masuk ke dalam Bait Allah dengan keadaan tidak layak atau menyebabkan ibadah Bait Allah ternodai.
Meski bagian orang Lewi itu hanya "menjaga pintu", Alkitab menyebut bahwa tugas itu sama dengan melayani di rumah Tuhan. Itu artinya, di masa kini, para "penjaga pintu" seperti satpam, petugas kebersihan, atau asisten rumah tangga itu adalah orang-orang yang melayani Tuhan. Pernahkah kita menyadari bahwa kita bisa beribadah dengan aman dan melakukan tugas dengan lebih nyaman karena peran dari para penunggu pintu itu? Kiranya kita disadarkan untuk selalu menghargai setiap orang apa pun yang menjadi profesi mereka karena setiap tugas yang dilakukan dengan hati yang melayani adalah melayani Tuhan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: FILIPI 1:3-11
Bacaan Setahun: 1 Korintus 1-4
Nas: Mengenai hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. (Filipi 1:6)
Dimulai dari Titik
Seorang ibu mengajari anaknya menggambar. Melihat anaknya terlalu lama diam, ia berkata, " Jika kamu bingung, mulailah dengan titik." Titik adalah awal dari gambar apa pun. Kita bisa membuat garis lurus, garis lengkung, pohon, atau gedung-gedung hanya dari sebuah titik. Ibu itu tahu bahwa anaknya akan menemukan ide dan bisa meneruskan gambarnya setelah ia mulai dengan menggambar satu titik kecil.
Paulus memanjatkan doa dan ucapan syukur dengan sukacita karena jemaat Filipi. Jemaat di Filipi mulai membangun persekutuan mereka dan bertekun dalam Berita Injil dari hari pertama sampai sekarang ini. Paulus mengungkapkan keyakinannya, "Mengenai hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (ay. 6). Ia pun berdoa supaya jemaat Filipi memiliki kasih yang semakin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga pada akhirnya dapat memilih apa yang baik serta suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus (ay. 9-10). Tuhan telah memulai pekerjaan-pekerjaan yang baik dalam hidup kita. Lalu, apakah respons kita?
Kita harus berani memulai untuk menjawab panggilan-Nya. Jauhkanlah rasa enggan, malas, dan tidak percaya diri. Melangkahlah dengan iman. Sebab, Tuhan akan meneruskan pekerjaan baik yang telah Ia mulai sampai pada akhirnya kelak. Jika kita tidak mengerti bagaimana caranya untuk memulai, kita perlu datang pada Tuhan dan berdoa. Ingatlah bahwa segala sesuatu dimulai dari titik kecil sebagai langkah kita menjawab panggilan Tuhan. --YGP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 19:9-18
Bacaan Setahun: 1 Korintus 5-9
Nas: ... Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya .... (1 Raja-raja 19:12-13)
Tidak Harus Sensasional
Pada suatu acara kebangunan rohani, seorang pemuda menyaksikan hamba Tuhan begitu berapi-api menyampaikan firman sehingga banyak jiwa dimenangkan. Juga banyak orang menerima mukjizat kesembuhan. "Luar biasa!" gumamnya. Dalam perjalanan pulang, pemuda itu melihat seorang anak kecil menggendong adiknya yang kakinya cacat sambil mendendangkan lagu "Tuhan Yesus baik". Terpancar kebahagiaan pada raut wajah keduanya. Pemuda itu terpana, "Ini pun luar biasa!"
Firman Tuhan kepada Elia, "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Kemudian, datanglah angin besar dan kuat, disusul gempa dan api. Ketiganya merupakan peristiwa spektakuler. Angin membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, gempa menggetarkan permukaan bumi dan api dapat menghanguskan. Menariknya, Tuhan tidak ada di sana! Baru setelah ketiga peristiwa spektakuler itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tidak ada yang spektakuler pada bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tetapi rupanya, Tuhan hadir di sana sehingga segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya lalu bercakap-cakap dengan-Nya.
Banyak orang mendambakan kehidupan spektakuler dan meremehkan yang biasa-biasa. Rumah harus mentereng, karier gemilang, pelayanan hebat, pasangan keren dan anak-anak genius. Padahal, untuk menikmati kehidupan, segala sesuatunya tidak harus spektakuler. Melalui hal-hal sederhana sekalipun, Tuhan dapat menyatakan diri-Nya, kasih-Nya dan kebaikan-Nya kepada kita. Mulai saat ini, jangan meremehkan setiap hal sederhana di kehidupan kita karena Tuhan juga bekerja di sana. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MAZMUR 35
Bacaan Setahun: 1 Korintus 10-13
Nas: Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa-singa muda! (Mazmur 35:17)
Ketika Susu Dibalas Tuba
Peribahasa "air susu dibalas air tuba" adalah peribahasa yang menggambarkan keadaan seseorang yang sudah dengan tulus berbuat kebaikan, tetapi ujung-ujungnya kebaikan itu dibalas dengan kejahatan. Pernahkah Anda mengalami keadaan seperti demikian? Anda terus-menerus menunjukkan kesabaran dan berbuat baik kepada seorang yang "melukai" Anda tetapi di kemudian hari Anda justru mendapat kerugian sebagai balasannya?
Pemazmur mungkin mewakili sosok seperti ini. Ia menunjukkan kesabaran dan tetap berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat jahat kepadanya. Ia pun berkali-kali memilih sikap mengalah kepada orang-orang yang bertindak tidak adil. Hingga pada batas kesabarannya, pemazmur menunjukkan kegeraman hatinya. Ia bereaksi atas kenyataan yang terjadi, namun ia tidak membalas. Ia memilih untuk mengadu kepada Tuhan yang sanggup membela dan menyatakan keadilan. Ia tetap belajar berserah kepada Tuhan yang berkuasa membalas kejahatan para musuhnya. Itu sebabnya pemazmur menyatakan bahwa dirinya akan tetap tegak bertahan dan memuji Tuhan dengan ucapan syukur karena keadilan yang ditunjukkan-Nya.
Tak jarang terjadi, ketika berhadapan dengan orang-orang yang selalu membalas kebaikan kita dengan kejahatan, dalam batas kekuatan kita berseru, "Sampai berapa lama Tuhan, aku harus bertahan?" Mungkin ada niat untuk membalas, tetapi seperti pemazmur, mari belajar mengingat kepedulian Tuhan betapa pun hebat tekanan hidup. Berharap kepada Tuhan akan memberi kita kekuatan untuk bertahan dan percaya kepada-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar