RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Lukas 8-9
Nas: Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: "Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini (Kejadian 26:22)
Belajar Mengalah dari Ishak
Dalam relasi kekerabatan, terciptanya hubungan yang baik dan hidup yang rukun menjadi dambaan banyak orang. Namun, dalam kondisi tertentu ketika semua dalam keadaan baik, justru terkadang muncul perselisihan yang jika tidak direspons dengan bijak akan memperburuk keadaan. Inilah yang sempat terjadi antara para gembala Ishak dengan para gembala Gerar, ketika sumur-sumur yang sempat ditutup kembali digali oleh Ishak, lalu ternyata airnya masih berlimpah.
Menarik sekali mencermati respons Ishak ketika para gembala Gerar mencoba menguasai sumur yang mengeluarkan air itu. Kelak daerah itu diberi nama Esek karena terjadi pertengkaran di sana, tetapi Ishak memilih untuk mengalah dan pergi ke tempat lain (ay. 20). Namun, sekali lagi terjadi pertengkaran karena sumur yang Ishak gali. Kembali Ishak mengalah, lalu pergi dan menggali sumur yang lain, di mana kali itu tidak terjadi pertengkaran. Tempat itu lantas dinamai "Rehobot" karena Allah memberi mereka kelonggaran di sana.
Apa yang akan terjadi sekiranya Ishak dan para gembalanya bersikukuh mempertahankan sumur di Esek dan Sitna? Mungkin kelonggaran yang Allah berikan tidak dapat mereka rasakan. Justru ketika mereka mengalah, Allah menyatakan pertolongan dan memberi kelegaan atas mereka. Bagaimana reaksi kita selama ini manakala terjadi pertengkaran atau ketika ada orang mencoba merebut hasil jerih lelah kita? Bersediakah kita mengalah, bukan untuk kalah, melainkan justru karena kita meyakini Allah ada di pihak orang yang bersedia mengalah demi kebaikan. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: PENGKHOTBAH 11:1-8
Bacaan Setahun: Lukas 10-11
Nas: Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik. (Pengkhotbah 11:6)
Menghadapi Ketidakpastian
Dunia ini penuh ketidakpastian. Siang yang terik bisa berganti mendung dalam sekejap. Arah angin tak bisa dikendalikan. Iklim dan cuaca tak menentu. Ekonomi mengalami fluktuasi. Harga saham bisa merosot atau meroket drastis. Politik dan kebijakan para pemimpin juga bisa berubah. Menghadapi ketidakpastian itu, kita bisa menjadi gamang. Penuh kecemasan. Namun bisa juga menjadi serakah, egois serta tidak memedulikan orang lain.
Nas ini memberi kita setidaknya tiga pedoman hikmat dalam menghadapi dunia yang serba tak pasti. Pertama, belajarlah memberi (ay. 1-2). Ketika kita dengan murah hati menaburkan berbagai kebaikan, maka suatu saat nanti kita juga akan menuainya. Banyak hal yang kita nikmati saat ini sebagai buah kebaikan yang kita perbuat di masa lalu. Kedua, beranilah mengambil risiko dalam hidup (ay. 3-5). Mencemaskan segala sesuatu hanya akan menghentikan langkah kita. Namun tentunya tindakan ini perlu dibarengi hikmat, agar kita dapat berjalan menurut kehendak Allah. Ketiga, bekerjalah dengan giat namun jangan lupa menikmati hidup (ay. 6-8). Keseimbangan antara bekerja dan beristirahat mesti dijaga. Kita juga harus mempersiapkan diri untuk masa depan, termasuk untuk kehidupan di kekekalan.
Syukurnya, Allah selalu bersama kita dalam setiap situasi. Dia tetap memegang kendali dan otoritas, sekalipun di tengah ketidakpastian yang kita hadapi. Namun, Dia tidak ingin kita hanya berpangku tangan, melainkan agar tetap aktif dan produktif yakni dengan mengerjakan dan menyebarkan kebaikan selama kita di dunia ini. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 PETRUS 1:13-14
Bacaan Setahun: Lukas 12-13
Nas: Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. (1 Petrus 1:14)
Membiasakan Diri untuk Taat
Mengamati perilaku manusia yang cenderung sukar dalam menaati peraturan, saya semakin menyadari bahwa taat adalah karakter yang perlu ditumbuhkan lewat pembelajaran seiring berjalannya waktu. Tanpa adanya pembiasaan, yang berawal dari kesediaan untuk taat, niscaya akan sukar untuk menjadikan ketaatan sebagai gaya hidup, baik dalam hal menaati peraturan yang dibuat oleh manusia maupun menaati firman Allah.
Nas hari ini mendorong setiap orang percaya untuk menjadi anak-anak Allah yang taat, yang disertai larangan untuk menuruti hawa nafsu seperti yang dahulu dilakukan sebelum mengenal Allah. Seseorang yang mengaku mengenal Allah seharusnya akan lebih mudah menaati firman Allah, yang juga dijadikannya landasan untuk menaati peraturan-peraturan di dunia ini-selama segala peraturan itu tidak bertentangan dengan firman Allah. Membiasakan diri untuk taat tentu akan menjadi tantangan yang perlu kita respons dengan tepat. Kita pun masih mungkin gagal untuk taat, tetapi jangan biarkan diri kita berada dalam kondisi tersebut dalam waktu lama.
Sebenarnya prinsip ketaatan itu sederhana: Jadikanlah kebiasaan sampai kita merasa tidak damai sejahtera ketika hendak melanggar aturan yang seharusnya kita taati. Sekali lagi, ini bukanlah perkara mudah karena selalu ada tantangan dan ujian atas ketaatan kita. Namun, sambil menatap dampak positifnya ketika ketaatan itu sudah "mendarah daging" dalam diri kita, niscaya kita akan lebih termotivasi untuk menjadikan ketaatan sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YEHEZKIEL 31
Bacaan Setahun: Lukas 14-16
Nas: "Lihat, Aku menyamakan engkau dengan pohon aras di Libanon, penuh dengan cabang yang elok dan daun yang rumpun sekali; tumbuhnya sangat tinggi, puncaknya sampai ke langit." (Yehezkiel 31:3)
Pohon Aras Libanon
Pohon aras dikenal karena kekuatannya. Tinggi pohon ini bisa menjulang hingga lebih dari 20 meter dengan panjang dahan mencapai 33 meter. Sedang ukuran keliling batang pohon ini adalah 9 sampai 12 meter. Getahnya berbau harum dan usianya pun mampu mencapai ratusan tahun. Karena kualitasnya inilah Raja Salomo menggunakannya untuk membangun rumah Tuhan.
Hati siapa yang tidak akan berbahagia jika dianugerahi Tuhan dengan segala kebaikan seperti pohon aras ini? Anugerah itulah yang dinikmati Firaun. Hidupnya disamakan dengan pohon aras di Libanon. Di masa jayanya, Mesir memiliki kekuasaan yang begitu kuat, tidak ada bangsa lain yang mampu menandinginya. Kekuatan besar itulah yang membuat bangsa-bangsa lain ingin berlindung padanya. Hanya saja kejayaan itu membuat Mesir sombong. Kemudian Allah mengutus bangsa-bangsa yang ganas untuk menghancurkan semua kesombongan itu. Mesir jatuh dan membuat bangsa-bangsa gemetar. Semua ini terjadi sebagai peringatan agar bangsa-bangsa di bumi ini tidak memegahkan kekuatannya.
Kekuatan, kemegahan, dan berbagai kelebihan acap kali membuat hati berubah. Karena merasa diri kuat, ada banyak orang menjadi lupa diri dan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Tuhan sangat membenci kesombongan dan orang-orang sombong akan direndahkan. Seperti pohon aras Libanon, ia tahu siapa sesungguhnya yang memberinya kehidupan. Siapa yang menumbuhkannya dengan berhias kemegahan. Tetapi ia tetap sadar diri bahwa ia ada hanya untuk meninggikan Penciptanya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: Kisah Para Rasul 16:19-40
Bacaan Setahun: Lukas 17-18
Nas: Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (Kisah Para Rasul 16:25)
Iman dalam Pujian
Bernyanyi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental dan tubuh. Bernyanyi dapat menghilangkan stres, merangsang respons imun, meningkatkan ketahanan terhadap rasa sakit, serta meningkatkan fungsi paru-paru. Bernyanyi dipercaya dapat membawa suasana hati menjadi lebih baik bahkan menyembuhkan luka secara emosional.
Bernyanyi juga menjadi bagian ibadah orang percaya. Nyanyian pujian dapat mengekspresikan hati dan pikiran tentang Allah dan karya-Nya. Pujian menjadi ekspresi iman, doa dan harapan orang percaya kepada Tuhan. Karena itu sungguh baik memuji Tuhan setiap waktu, tidak tergantung pada suasana hati tertentu. Pujian bukan hanya dipakai untuk mengungkapkan kegembiraan ketika mengalami kemenangan, melainkan juga untuk menyeimbangkan dan melepaskan dukacita ketika menghadapi persoalan. Tak heran jika Paulus dan Silas pun tetap memuji Tuhan ketika berada di dalam penjara. Melalui doa dan pujian mereka menyatakan kesaksian iman tentang Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Tindakan Paulus dan Silas menjadi gambaran bagi kita bahwa sesungguhnya sukacita orang percaya ada di dalam hati mereka, tidak ditentukan keadaan lahiriahnya.
Jika demikian, betapa baiknya melantunkan pujian bagi Tuhan. Bukan sekadarnya apalagi memuji-Nya dengan asal. Melainkan, memuji Tuhan dalam roh dan akal budi, dengan kesungguhan hati dan penghayatan. Dengan begitu, pujian kita tidak hanya membangun kesehatan jasmani, akan tetapi juga menjadi ungkapan iman kepada-Nya, sebagaimana doa dan ibadah kita yang lain. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 1:1-4
Bacaan Setahun: Lukas 19-20
Nas: Supaya engkau dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. (Lukas 1:4)
Kecerdasan seperti Lukas
Lukas diyakini sebagai seorang yang cerdas, berilmu tinggi, dan berprofesi setingkat dokter pada kehidupan masa kini. Dengan kecerdasan itu, Allah memakainya sebagai salah satu penulis Injil bersama Matius, Markus, dan Yohanes. Tujuan penulisan kitab yang tak hanya ditujukan kepada Teofilus, sosok yang berpengaruh kuat pada masa itu, tetapi bagi setiap orang yang membaca tulisan hasil penyelidikan dengan saksama itu (ay. 3).
Pengakuan bahwa kitab Lukas ditulis setelah melalui proses penyelidikan yang cermat, lalu dibukukan dengan teratur supaya memudahkan pembacanya, menarik untuk direnungkan. Lewat semua yang dikerjakannya, Lukas ingin membawa para pembacanya untuk mengenal kebenaran yang sejati, seperti yang diharapkannya bagi Teofilus (ay. 4). Kerinduan yang niscaya akan terpenuhi ketika setiap orang percaya pada masa kini membaca tulisan Lukas dalam terang dan pengertian dari Roh Kudus. Namun, sebagai orang percaya kita tidak hanya diharapkan dapat mengerti apa yang benar, tetapi dapat menghidupi kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Sepanjang sejarah kehidupan, kecerdasan manusia terbukti telah mewarnai banyak hal, bahkan mengubah perilaku dan budaya dalam skala global. Bagi kita orang percaya, kita pun dapat mengarahkan kecerdasan yang Allah berikan untuk berbagai tujuan yang mulia, termasuk dalam hal pekabaran Injil bagi mereka yang belum percaya. Itulah yang Lukas lakukan, dengan tulisan yang masih relevan untuk dibaca hingga sepanjang zaman. Maukah kita mengikuti jejaknya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Haleluya,.... Amin,. 🙏
BalasHapusHaleluya,.... Amin,. 🙏
BalasHapus