RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Matius 23-24
Nas: Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (2 Petrus 1:8)
Iman Saja Tak Cukup?
Entah dari mana asalnya, hal pengenalan akan Allah kerap kali hanya diidentikkan dengan kondisi kehidupan rohani atau pertumbuhan iman seorang percaya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi belum lengkap jika mencermati isi surat yang ditulis oleh Rasul Petrus. Suatu pesan yang diawali dengan nasihat agar setiap orang percaya dengan sungguh-sungguh berusaha menambahkan kepada iman mereka dengan tujuh perkara yang secara bersamaan perlu ditambahkan (ay. 5-7), jika menghendaki adanya pengenalan akan Allah yang berhasil.
Ketujuh perkara itu adalah kebajikan atau cara hidup yang baik. Namun, tak cukup hanya menambahkan kebajikan pada iman kita, tetapi perlu ditambah keenam perkara lainnya yakni menambah pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara seiman, dan kasih akan semua orang. Ketika itulah, kata Petrus, kehidupan kita akan dibuat giat dan berhasil dalam pengenalan akan Allah (ay. 8). Namun sayangnya, tak jarang orang percaya hanya berpuas diri ketika menaruh perhatian hanya pada kehidupan rohani (iman), sehingga lantas mengabaikan ketujuh perkara tadi yang seharusnya tidak boleh diabaikan!
Mari luangkan waktu sejenak untuk mengevaluasi hidup kita, terutama terkait ketujuh perkara yang perlu terus kita tambahkan dalam kehidupan kita selaku orang percaya. Jika sampai hari ini kita cenderung abai dengan ketujuh perkara di atas, mari segera berbenah selama masih ada kesempatan, niscaya pada masa mendatang kita akan dapat mengenal Allah dengan lebih baik lagi. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ZAKHARIA 2
Bacaan Setahun: Matius 25-26
Nas: "Dan Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya." (Zakharia 2:5)
Tembok Berapi
Tembok Besar Cina mulai didirikan pada abad ke-3 SM. Tembok yang disebut sebagai salah satu keajaiban dunia itu memiliki panjang sekitar 8.850 kilometer. Tembok Besar tersebut dibangun untuk melindungi rakyat dari serbuan mendadak para pengembara dan menjaga mereka dari penyerangan oleh negara-negara musuh.
Kitab Zakharia menceritakan tentang tembok perlindungan yang lain. Zakharia mendapatkan sebuah penglihatan, yaitu penglihatan tentang seseorang yang sedang memegang tali pengukur untuk mencoba memastikan panjang dan lebar tembok Yerusalem. Tetapi ketika orang itu bermaksud untuk membangun kembali tembok benteng yang mengelilingi kota, tiba-tiba ia diberi tahu bahwa ia tidak perlu membangun tembok itu kembali karena Yerusalem akan dipenuhi oleh banyak umat Allah sehingga tembok Yerusalem itu tidak akan mampu memuat mereka semua (ay. 4). Selain itu, mereka tidak lagi membutuhkan tembok karena Tuhan telah berjanji, "Aku sendiri ... akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya" (ay. 5).
Dalam hidup, kita giat membangun "tembok" dengan tujuan untuk memberi rasa aman. Kita berpikir bahwa uang, harta, atau sebuah kedudukan akan menjadi tembok yang aman tanpa menyadari bahwa semua itu hanya memberi rasa aman palsu. Tembok bisa hancur dalam sekejap! Hari ini firman-Nya berkata bahwa perlindungan sejati hanya kita dapatkan dari Tuhan. Dia menjadikan diri-Nya tembok berapi yang mengelilingi setiap orang yang telah ditebus-Nya. Bahkan Ia menyebut hidup kita adalah biji mata-Nya dan tidak ada satu musuh pun yang mampu menjamahnya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: HAKIM-HAKIM 7:1-8
Bacaan Setahun: Matius 27-28
Nas: Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: ... tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya." (Hakim-hakim 7:7)
Sumber Pengharapan yang Benar
Tidak seorang pun menyukai "pengurangan" dalam hidupnya. Sebaliknya semua orang menghendaki "penambahan". Dari hari ke hari, inginnya pangkat bertambah tinggi, gaji bertambah besar, rumah bertambah megah. Namun kenyataannya kadang kita mengalami "pengurangan". Tiba-tiba saja omzet merosot, jabatan diturunkan atau kita menderita kerugian sehingga menyebabkan sebagian harta kekayaan hilang.
Gideon pernah merasakan kebimbangan oleh sebab "pengurangan" dari Tuhan. Kala itu ia membawa tiga puluh dua ribu orang untuk bertempur melawan musuh yang tak terbilang jumlahnya. Sungguh menarik Tuhan mengatakan, "Terlalu banyak." (ay. 2). Tuhan meminta Gideon memulangkan setiap orang yang takut ataupun gentar. Jumlah yang tereliminasi sangat banyak, dua puluh dua ribu orang tersisa sepuluh ribu orang (ay. 3). Tetapi Tuhan berkata, "Masih terlalu banyak." Tuhan meminta Gideon melakukan penyaringan dengan mengamati cara mereka minum air (ay. 4). Seperti yang terjadi sebelumnya, jumlah orang yang tereliminasi sangat banyak sehingga tersisa hanya tiga ratus orang (ay. 6). Dua kali proses "pengurangan" Tuhan lakukan demi sebuah tujuan, yakni mengembalikan pandangan mata Gideon ke Sumber Pengharapan Yang Benar. Bukan banyaknya pasukan, melainkan Pribadi Tuhan.
Adakah saat ini kita mengalami "pengurangan"? Jika ya, tidak perlu merasa kecewa! Inilah waktu kita mengembalikan pandangan mata ke Sumber Pengharapan Yang Benar. Bukan materi atau kedudukan, melainkan Pribadi Tuhan. Saat "pengurangan" terjadi, mari terus setia kepada Tuhan! Tuhan tahu yang terbaik buat kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MARKUS 12:41-44
Bacaan Setahun: Markus 1-3
Nas: "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:44)
Sebuah Persembahan Kecil
Suatu kali, saya disarankan oleh konselor untuk menulis ketika saya terlalu cemas menghadapi kejadian yang terjadi di luar ekspektasi. Justru dari ketidakberdayaan saya melakukan banyak hal saat itu, saya rajin menulis sebagai bagian dari terapi pemulihan diri. Puji Tuhan, kini saya sadar, menulis rupanya tidak membuat saya pulih dari kecemasan saja, tetapi juga dapat saya pakai untuk melayani sesama, meski kadang menulis dianggap hanya sebuah persembahan kecil untuk Tuhan.
Dua uang tembaga yang dimasukkan ke dalam peti persembahan oleh janda miskin juga dinilai kecil (ay. 42), tidak sebanding dengan apa yang diberikan oleh orang-orang kaya (ay. 41). Menariknya, Tuhan Yesus memiliki standar yang berbeda dari anggapan kebanyakan orang. Saat Ia duduk dan memperhatikan beberapa orang memberikan persembahan, Ia sama sekali tidak peduli dengan jumlah atau nominal persembahannya, tetapi Ia memanggil murid-murid-Nya dan mengatakan bahwa persembahan yang nilainya banyak itu ialah persembahan janda miskin (ay. 43). Ia memberi persembahan dari keseluruhan nafkahnya, dari apa yang ia punya saat itu (ay. 44). Tanpa khawatir akan apa yang akan ia makan dan minum setelah memberi keseluruhan hartanya, janda miskin ini terlihat sangat mengasihi Allah.
Saat merenungkan teks ini, saya diteguhkan lagi supaya tidak patah semangat saat orang lain menganggap apa yang saya lakukan merupakan hal yang kecil dan tidak berarti. Begitu pula setiap kita, jika kita mengelola talenta, waktu dan harta kita sepenuh hati untuk Tuhan dan atas dasar mengasihi-Nya, percayalah bahwa itu berkenan di hati-Nya. Tak perlu cemas dengan anggapan orang lain karena memang standar persembahan yang Tuhan terapkan itu berbeda. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YESAYA 28:23-29
Bacaan Setahun: Markus 4-5
Nas: Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan. (Yesaya 28:29b)
Bukan Cara tapi Prinsip
Ibu Eri bersaksi bahwa setelah berpuasa 40 hari 40 malam, kanker payudaranya yang sudah stadium 3 sembuh secara ajaib. Ibu Lis yang mendengar kesaksian itu berkata, "Sungguh, inilah jawaban doaku!" Rupanya, Ibu Lis mengalami pergumulan yang sama, yakni menderita kanker payudara stadium 3. Dengan antusias, ia berpuasa 40 hari 40 malam. Namun setelah lewat waktu yang ditetapkan, ia tidak mengalami kesembuhan. Pada akhirnya, Ibu Lis menjadi kecewa kepada Tuhan.
Seperti Ibu Lis, banyak orang menjadi salah paham kepada Tuhan. Melihat seseorang disembuhkan dengan satu cara, mereka beramai-ramai mengadopsi cara yang sama. Begitu pula ketika melihat orang lain mencapai kesuksesan dengan satu cara, tanpa berpikir panjang mereka menerapkan cara yang sama. Bisa ditebak, begitu hasilnya berbeda, mereka menjadi kecewa kepada Tuhan! Mereka lupa bahwa Tuhan adalah Pribadi unik, kreatif dan tak terduga. Jika cara Tuhan selalu sama, bagaimana Dia dapat dikatakan unik dan kreatif? Dan jika cara Tuhan dapat diterapkan pada semua kasus yang sama, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa jalan-jalan-Nya sungguh tak terduga? Kebenarannya adalah, cara Tuhan tidak dapat diprediksi sehingga tidak dapat disebut sebagai teori.
Bukan berpatokan kepada cara, kita harus berfokus kepada prinsip. Ketika kita sakit, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyembuh! Begitu pula ketika kita dalam kesesakan, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyelamat! Bagaimana cara Tuhan menolong, percayakanlah semua kepada hikmat dan kebijaksanaan-Nya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 KORINTUS 15:50-58
Bacaan Setahun: Markus 6-7
Nas: Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Korintus 15:58)
Takkan Pernah Sia-Sia
Cerpen "Demam" karya Pramoedya Ananta Toer tahun 1950 mengisahkan seorang pejuang kemerdekaan bernama Kirno yang dalam bergerilya melawan penjajah Belanda menjadi korban, yakni kakinya buntung, dan matanya buta. Setelah itu, hidupnya hanya diisi dengan marah-marah dan mengutuki keadaan yang kesemuanya ia lampiaskan kepada Ati, kekasihnya yang ia usir dari rumah saat mengunjunginya akibat merasa semua pengorbanannya untuk negara dilupakan.
Tidak seperti veteran perang yang merasa diabaikan, kerja keras kita untuk berkarya bagi Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Kasih, sukacita dan damai-Nya yang mengiringi setiap langkah adalah bukti penyertaan Tuhan. Perasaan diberkati yang luar biasa, di mana kita dikuatkan dalam ketekunan kita terhadap bidang yang kita geluti yang Dia sendiri nyalakan dalam hati kita, merupakan kejelasan yang pasti bahwa sungguh Dia hendak memakai kita sebagai alat untuk memperluas kerajaan-Nya. Pertolongan serta dukungan-Nya senantiasa tersedia bagi kita.
Rintangan yang mengadang untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan bukanlah alasan bagi kita untuk mundur melakukan sesuatu yang bergelora di jiwa kita. Karena selama kita memiliki persekutuan dengan-Nya, selalu mengingat akan pengorbanan Kristus, karya keselamatan yang sudah kita alami dan pemeliharaan-Nya atas hidup kita setiap hari, maka iman kita akan tetap kokoh di tengah kesulitan yang menerpa. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar