RENUNGAN HARIAN
Bacaan: 1 TESALONIKA 5:1-11
Bacaan Setahun: Markus 10-11
Nas: Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. (1 Tesalonika 5:6)
Kesempatan dan Persiapan
Ketika hendak menghadapi sebuah pertandingan, seorang atlet berkata, "Semoga keberuntungan berpihak pada saya." Ucapannya didengar sang pelatih yang kemudian menegurnya, "Kamu hanya mengharapkan keberuntungan? No! Kamu perlu kesempatan dan persiapan. Sekarang, kesempatan sudah datang. Maka tugasmu hanyalah melakukan persiapan supaya dapat bertanding dengan maksimal!"
Keberuntungan tak dapat diciptakan. Karena itu mengharapkan keberuntungan bukanlah solusi yang baik. Namun berbicara tentang keberuntungan, sesungguhnya tidak ada hal di dunia yang dapat mengalahkan keberuntungan seorang Kristen. Kurang beruntung apa manusia berdosa yang menerima anugerah keselamatan dari Allah? Bukankah ini merupakan kesempatan emas yang tidak boleh kita lewatkan? Karena itu tinggal satu saja bagian yang perlu kita kerjakan, yakni bersiap diri. Berjaga-jaga supaya keberuntungan dan kesempatan kita jangan lalu begitu saja.
Keberuntungan dan kesempatan dari Tuhan perlu ditindaklanjuti dengan iman, kasih dan pengharapan. Sebab tugas kita bukan mempermasalahkan soal waktu kedatangan-Nya. Soal waktu adalah bagian Tuhan. Bagian kita adalah merawat kesempatan dengan setia dan selalu waspada, berjaga-jaga, bersiap diri setiap saat supaya pengharapan kita tak tergoyahkan. Kita harus setia membangun iman yang hidup: berpihak pada kebenaran, hidup dalam kasih, memiliki hati yang tenang dan sedia melayani. Karena kesempatan dan keberuntungan terbesar ini bisa saja terlepas dari genggaman jika kita menjadi lengah. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KELUARAN 4:1-5
Bacaan Setahun: Markus 12-13
Nas: TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." (Keluaran 4:2)
Tidak Punya Apa-Apa?
Seorang pria diajak sepupunya berlibur di luar kota. Di kota itu sepupunya mempunyai sebuah vila yang megah. Pria itu merasa senang, namun kemudian ia menjadi sedih. "Sepupuku punya segalanya, sedangkan aku tidak punya apa-apa, " keluhnya. Saat sudah di rumah, malamnya istri pria itu menyembunyikan bantal dan gulingnya. "Mana bantal dan gulingku?" tanyanya kepada istrinya. "Bantal dan gulingmu?" istrinya mengernyitkan dahi, "Bukankah tadi kau mengatakan kau tidak punya apa-apa?"
Banyak dari kita merasa miskin. Padahal jika diamati, banyak sekali yang kita miliki. Kita merasa demikian karena kerap melihat milik orang lain. Saat apa yang ada pada mereka tidak ada pada kita, segera kita berpikir, "Aku tidak punya apa-apa." Hal serupa dirasakan oleh Musa. Hari itu Tuhan mengutusnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Spontan Musa menolak. Musa membayangkan sosok pemimpin itu seperti Firaun, punya kuasa dan wewenang besar. Musa melihat keduanya tidak ada padanya. Jadi Musa merasa panggilan Tuhan itu mustahil. Tuhan bertanya pada Musa, "Apakah yang ada di tanganmu?" Jawab Musa, "Tongkat" (ay. 2). Alasan Tuhan bertanya ialah untuk membuka mata Musa bahwa dirinya bukan tidak punya apa-apa. Pada Musa ada tongkat, dan itu cukup untuk menjalankan misi dari Tuhan.
Mulai hari ini jangan kita mengatakan, "Aku tidak punya apa-apa, " karena itu kebohongan besar. Bukankah kita anak-anak Tuhan. Bukalah mata lebar-lebar, lihatlah dengan saksama betapa banyak berkat Tuhan curahkan dalam kehidupan kita. Alih-alih mengeluh, "Aku tidak punya apa-apa, " mari senantiasa kita mengucap syukur kepada Tuhan! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: OBAJA 1:3-4
Bacaan Setahun: Markus 14-16
Nas: Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sana pun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN. (Obaja 1:4)
Menyadari Kelemahan Diri
Apakah dengan memegahkan diri kita mendapatkan keuntungan? Justru bukanlah keuntungan yang kita dapatkan, melainkan kebuntungan. Karena dengan bersikap sombong, maka kita lupa bahwa masih ada yang lebih tinggi dari kita. Bahkan kita menjadi gelap mata, dan lupa bahwa kita adalah manusia yang memiliki kelemahan, sehingga kita menjadi lengah dan hidup kita mudah sekali hancur.
Dalam bacaan ini, Tuhan menyatakan kuasa-Nya atas manusia. Tuhan menyatakan bahwa Dialah yang memiliki kehidupan ini, dan bahwa Tuhan yang mengangkat hidup manusia, Tuhan pula yang menurunkan. Pernyataan-Nya ini disampaikan-Nya kepada orang Edom melalui Obaja, mengingat bahwa orang-orang Edom menganggap dirinya sebagai bangsa yang tidak mungkin bisa dikalahkan dan dihancurkan. Mereka begitu bangga atas kota-kota benteng mereka yang terletak di atas gunung batu yang tinggi, yang dirasa tidak mungkin bisa digapai musuh mereka. Karena kesombongan mereka itulah, maka Tuhan menyatakan kuasa-Nya atas mereka dan akan menurunkan mereka, supaya mereka tahu bahwa mereka adalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.
Kesombongan tidak akan memberikan faedah apa pun bagi hidup kita. Oleh karenanya, kita diajak untuk menyadari diri kita sebagai manusia yang lemah. Karena dengan demikian, kita akan menemukan Tuhan yang berkuasa atas hidup kita, kuasa-Nya akan mengalir dalam hidup kita untuk menguatkan. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 9:18-29
Bacaan Setahun: Lukas 1
Nas: Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. (Kejadian 9:22)
Menyebarkan Aib
Apa yang akan kita lakukan ketika mengetahui aib seseorang? Membiarkannya begitu saja? Atau, bergirang dan menertawakannya? Atau, menggosipkannya bahkan menyebarkannya kepada banyak orang? Ada banyak pilihan tindakan yang bisa kita lakukan, tentunya disertai segala konsekuensi. Namun jika kita mengasihi orang tersebut, tindakan kita seharusnya mencerminkan kasih kita.
Setelah peristiwa air bah, Nuh menjadi petani anggur. Suatu kali, ia mabuk di dalam kemahnya hingga tidak berpakaian. Anaknya Ham, menyaksikan ketelanjangan ayahnya, lalu menceritakannya kepada kedua saudaranya di luar kemah. Berbeda dengan Ham, kedua saudaranya lalu mengambil sehelai kain lebar dan membentangkannya serta berjalan mundur untuk menutupi tubuh Nuh. Sem dan Yafet berusaha menjaga martabat dan kehormatan ayah mereka, setelah tindakan memalukan yang dilakukannya. Setelah Nuh sadar, ia pun memuji tindakan Sem dan Yafet serta memberkati mereka. Sedangkan Ham beroleh hal yang sebaliknya.
Kita memerlukan penguasaan diri serta hikmat dalam mengambil keputusan terbaik di segala situasi, termasuk ketika berhadapan dengan kekurangan, aib serta dosa-dosa orang lain. Bukan berarti kita abai atau berpura-pura tidak mengetahuinya, atau bahkan berkompromi dengan kesalahan tersebut. Namun hendaknya tindakan kita membawa pertolongan bagi mereka. Dalam situasi seperti itulah kasih yang nyata paling diharapkan, karena kasih menutupi banyak dosa (1Ptr. 4:8). Kita dapat memberikan dukungan, penguatan, atau pendampingan agar mereka dapat kembali menata hidupnya di jalan yang benar. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 KORINTUS 8:1-15
Bacaan Setahun: Lukas 2-3
Nas: Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. (2 Korintus 8:9)
Menjadi Miskin
Bill Gates, pendiri perusahaan Microsoft bersama Paul Allen, menjadi orang terkaya di dunia saat saham perusahaannya naik drastis sejak penawaran perdananya pada tahun 1986. Namun ia kehilangan gelar sebagai orang terkaya itu. Salah satu penyebabnya adalah karena dia mendonasikan sebagian kekayaannya melalui yayasan filantropi yang didirikan bersama mantan istrinya, Melinda, pada tahun 2000. Hal ini memperlihatkan bahwa Gates merupakan salah seorang yang paling murah hati di planet ini. Meskipun demikian, Gates masih menduduki peringkat empat terkaya di dunia.
Berbeda dengan Kristus. Ia meninggalkan kekayaan yang tiada taranya di surga. Rela menjadi yang paling miskin dan hina di bumi. Ia lakukan ini agar kita menjadi kaya dalam segala hal. Kasih dan pengorbanan Kristus tidaklah tertandingi. Kemurahan hati dan kasih-Nya tiada tara. Jika kita masih hitung-hitung sebelum memberi, Kristus bahkan memberi seluruh diri bersama seluruh kekayaan-Nya kepada kita yang pernah memusuhi-Nya.
Rasul Paulus mengemukakan kenyataan ini untuk mendorong jemaat Korintus yang kaya untuk turut dalam pelayanan kasih. Jemaat Makedonia dijadikannya contoh. Mereka tidak saja memberi melebihi kemampuan mereka, melainkan mendesak Paulus untuk menerima pemberian itu (ay. 3-4). Kesempatan untuk memberi, bagi mereka merupakan anugerah Allah. Hal yang sama perlu kita lakukan bukan demi kemakmuran orang tertentu. Melainkan agar ada keseimbangan antara memberi dan menerima di kalangan jemaat Tuhan (ay. 14). --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MARKUS 7:1-13
Bacaan Setahun: Lukas 4-5
Nas: "Tetapi kamu berkata: Kalau seseorang berkata kepada ayahnya atau ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dariku adalah Kurban-yaitu persembahan kepada Allah-maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk ayahnya atau ibunya." (Markus 7:11-12)
Sandwich Generation
Sandwich Generation adalah sebutan yang ditujukan kepada orang-orang yang dalam hidupnya harus menanggung kebutuhan ekonomi orang lain, selain dirinya sendiri. Kondisi ini dialami Yonas, karyawan swasta bergaji besar, tetapi separuh gajinya dipakai untuk menanggung kebutuhan orang tuanya, adik, dan keponakannya. Sisanya, setelah dikurangi keperluan pribadi, ditabung oleh Yonas sebagai persiapan untuk masa depannya.
Bicara soal tanggung jawab kepada orang tua, Yesus pernah menegur para ahli agama karena ajaran mereka yang keliru. Hanya karena alasan "memberi persembahan kepada Allah", maka para ahli agama itu lantas membolehkan seseorang untuk mengabaikan pemeliharaan kepada orang tuanya. Sebagai anak, tentu ada kewajiban untuk menolong hingga memelihara orang tua, terutama pada masa tua mereka dengan ketidakberdayaan yang dialami. Meski tentu saja, kewajiban itu bukan berarti lantas dapat dimanfaatkan oleh pihak orang tua untuk memenuhi segala keinginan mereka. Namun, alasan "memberi persembahan" tidak dapat dibenarkan jika karena hal itu seorang anak lalai memperhatikan orang tuanya.
Sejatinya tak ada yang salah jika seorang anak menggunakan sebagian pendapatannya untuk menopang kebutuhan orang tuanya. Hal itu dapat dianggap sebagai cara berbakti kepada orang tua, perkara yang berkenan di hadapan Allah. Namun, hal yang tak kalah pentingnya adalah melakukan semua itu sesuai dengan kemampuan, juga dengan sukacita karena kebaikan yang dilakukan dengan terpaksa, tidak akan diperkenan oleh Tuhan. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar