RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yeremia 29-31
Nas: Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yesaya 35:4)
Sukacita Sempurna
Seorang kakek berusia lanjut mengalami gangguan penglihatan. Bertahun-tahun si kakek menjalani hidup tanpa dapat melihat. Hingga suatu ketika seseorang menyarankan agar si kakek mengunjungi dokter spesialis mata. Sukacita tak terkira, karena setelah bertemu dokter dan dilakukan operasi, si kakek mendapatkan penglihatannya kembali! Rupanya selama ini masalah si kakek hanyalah katarak.
Apa yang lebih membahagiakan bagi si buta dari mendapat penglihatannya kembali? Atau bagi si tuli selain dapat mendengar, si lumpuh yang dapat berjalan dan melompat, serta si bisu yang dapat bersorak? Seperti inilah gambaran sukacita sempurna yang akan diperoleh umat Tuhan karena pertolongan-Nya. Melalui kasih karunia yang mempertobatkan, Tuhan menyediakan keselamatan sejati. Bukan hanya kesembuhan, pemulihan hubungan, kedamaian, perubahan alam atau pembaruan kondisi hidup. Janji Allah berdimensi kekal, menembus batas keberadaan manusia.
Saat ini mungkin kondisi kita sedang tidak baik-baik saja. Mungkin kita tengah kehilangan sukacita karena suatu hal. Persoalan hidup yang memaksa kita mengalami tekanan, kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, perasaan benci, dendam, permusuhan dan lain sebagainya. Seberat apa pun pergumulan yang tengah terjadi, Tuhan mau agar kita tidak menjadi tawar hati. Di tengah kelemahan, Tuhan mau kita tetap bersukacita karena janji-Nya yang membawa sukacita sempurna. Baiklah kita senantiasa menguatkan dan meneguhkan hati untuk tetap bersandar kepada-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR 38:1-12
Bacaan Setahun: Yeremia 32-33
Nas: Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. (Mazmur 38:4)
Tamu Tak Diundang
Tamu tak diundang itu datang lagi! Ya, sengatan itu! Perasaan kecil menjengkelkan, namun berbicara banyak. Apakah itu? Rasa bersalah! Rasa bersalah itu bisa jadi berupa perasaan menyesal karena ucapan atau tindakan salah. Kita mungkin menyesal karena gagal berbicara atau melakukan sesuatu di saat yang diperlukan. Rasanya kita ingin mundur dan mengulang waktu, kalau bisa, dan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, tapi tidak bisa.
Allah tahu persis perasaan bersalah yang kita rasakan. Dia tahu kita mengalaminya karena kita telah melakukan sesuatu yang melawan kehendak-Nya. Daud mengalami perasaan seperti itu. Ia menyadari bahwa perbuatan melawan kehendak Allah telah merampas damai sejahtera dan ketenangan dari hatinya. Daud menggambarkannya sebagai sakit di sekujur tubuh dan luka-luka busuk bernanah karena kesalahan di masa lalu (ay. 6). Bahkan ketakutan pun menguasai hatinya karena orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawanya.
Apakah perasaan-perasaan bersalah kembali membebani hidup kita? Jangan biarkan diri kita tenggelam di dalamnya namun melangkahlah pada tawaran yang Allah berikan kepada kita: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh. 1:9). Tidak ada obat yang cukup manjur untuk membebaskan kita dari rasa bersalah selain kasih karunia Allah. Ketika kita menerima pemberian Allah yang indah ini, selubung rasa bersalah yang kita kenakan akan dilenyapkan-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: LUKAS 3:1-14
Bacaan Setahun: Yeremia 34-36
Nas: Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)
Bukan Masalah Profesi
Seorang pemuda bersikeras menolak bekerja di bidang sekuler dan menginginkan pekerjaan di bidang rohani. Hal itu sebenarnya bukan masalah. Yang jadi masalah adalah alasan mengapa ia memilih bidang pekerjaan tersebut. "Bidang pekerjaan sekuler sekarang ini di mana-mana terdapat praktik suap, korupsi dan manipulasi. Kalau aku bekerja di bidang rohani, kehidupanku bakal jauh dari godaan dosa, " katanya.
Yohanes Pembaptis datang ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa (ay. 3). Orang banyak dari segala profesi berbondong-bondong datang kepadanya, termasuk pemungut-pemungut cukai dan para prajurit. Pemungut cukai dan prajurit adalah orang-orang yang bekerja di bidang sekuler. Menariknya, ketika mereka meminta nasihat, tidak tercatat Yohanes menyuruh mereka berganti pekerjaan. Kepada para pemungut cukai, Yohanes meminta mereka untuk tidak menagih lebih banyak jumlah dari yang telah ditentukan (ay. 13). Dan kepada para prajurit, Yohanes menasihatkan mereka untuk tidak merampas dan memeras, tetapi mencukupkan diri dengan gaji mereka (ay. 14).
Pekerjaan di bidang rohani tidak otomatis membuat kita dekat dengan Tuhan. Sebaliknya, seseorang yang bekerja di bidang sekuler bukan berarti ia tidak dapat memuliakan Tuhan dengan pekerjaannya. Masalahnya bukan terletak pada profesi, melainkan keteguhan hati. Apa pun bentuk pekerjaan kita-asalkan pekerjaan itu halal-kita tidak perlu berganti profesi. Sebaliknya, lakukanlah bagian kita dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: AMSAL 12:24
Bacaan Setahun: Yeremia 37-40
Nas: Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa. (Amsal 12:24)
Sikap yang Menghidupkan
Kita tentu memiliki keinginan untuk dapat memiliki kehidupan yang baik. Tetapi baiknya kehidupan yang kita idam-idamkan itu tidak bisa tercapai dalam sekejap mata, atau hanya dengan mengedipkan mata saja. Untuk dapat memiliki kehidupan yang baik itu, tentu membutuhkan proses dan usaha. Artinya, baik dan buruknya hidup kita, ditentukan oleh sikap kita sendiri.
Amsal menunjukkan dua sikap yang sangat berpengaruh dalam hidup manusia, yakni sikap rajin dan malas. Kedua sikap ini menunjukkan mentalitas dan cara memandang hidup yang berbeda. Seorang yang rajin, adalah seorang yang merdeka. Dia mampu menguasai dirinya sendiri, dan memahami bahwa bekerja dan berusaha adalah sebuah kemestian, supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dia akan terus berusaha dengan sepenuh hati, sehingga dia dapat mengembangkan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini tentu berbeda dengan orang yang malas. Dia tidak akan mampu menguasai dirinya sendiri, sehingga dia hanya menjadi budak atas dirinya sendiri. Baginya, bekerja adalah sebuah paksaan, dan dia terpaksa untuk bekerja supaya dapat memenuhi kebutuhannya. Dari keterpaksaan itulah, dia tidak akan merasakan kesukacitaan.
Kehidupan yang baik, ditentukan dari bagaimana cara kita memandang dan bersikap dalam hidup. Oleh karena itu, kita harus mampu menguasai diri kita dalam kerajinan kita, dan terus berusaha dengan segenap hati. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: FILIPI 4:10-20
Bacaan Setahun: Yeremia 41-44
Nas: ... sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:11)
Belajar Cukup
Belajar mencukupkan diri itu tidak mudah. Di seminari, saya belajar banyak untuk mencukupkan diri dengan makanan, uang sponsor dan juga kebutuhan-kebutuhan lain. Pembimbing rohani di kampus menasihati bahwa kami harus pandai-pandai mengatur diri, contohnya: perlu membuat catatan anggaran bulanan, dan membuat daftar kebutuhan yang perlu dibeli saat berbelanja. Ini mengajarkan kami untuk bertanggung jawab akan apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kami.
Paulus sudah memberi teladan dalam pelayanannya, ada frasa "aku telah belajar" (ay. 11) menandakan bahwa ia pun juga melatih dirinya sedemikian rupa. Paulus bisa gagal dalam mencukupkan diri, dan kita juga bisa seperti itu. Selama ia mengalami kesulitan hidup, ia tidak ditinggalkan sendiri. Banyak jemaat yang mengirimkan bantuan, dan itu ia anggap sebagai berkat yang tidak terduga dari Tuhan (ay. 14). Ia tahu itu pekerjaan Allah, Allah yang menggerakkan mereka untuk memenuhi kebutuhan Paulus (ay. 15-16, 18).
Bertanggung jawab akan apa yang kita miliki itu sangat perlu sebab itu datangnya dari Tuhan. Paulus sudah merasakan kasih Allah yang mencukupkan kebutuhannya sehingga ia tidak perlu khawatir lagi. Kita dapat menjadi pribadi yang kuat saat kesulitan datang dan terus mengalami kepuasan yang Allah berikan. Mencukupkan diri adalah latihan, teruslah berjuang untuk membuat diri kita tidak berfoya-foya dengan harta yang kita miliki. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 11:25-30
Bacaan Setahun: Yeremia 45-48
Nas: "Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan." (Matius 11:30)
Kuk Perbudakan
Seorang anak laki-laki kecil tampak kelelahan membawa tas sekolahnya. Sang ibu memeriksa isi tas putranya dan mendapati semua buku pelajaran dibawa. Padahal jadwal hari itu hanya Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika. "Mengapa kau bawa semuanya?" tanya ibunya. "Aku takut Pak Guru nanti mengajar mata pelajaran lain, " jawabnya. "Tidak, Nak. Pak Guru akan mengajar sesuai jadwal, " beliau menjelaskan.
Yesus mengatakan, "Pikullah gandar yang Kupasang" (ay. 29). Kuk (gandar) dapat berarti beban persoalan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Selanjutnya Yesus katakan bahwa kuk yang Dia pasang itu enak dan beban yang Dia berikan itu ringan (ay. 30). Sejenak kita berpikir Yesus sekadar omong kosong. Sebab beban persoalan kita rasakan teramat sangat berat. Kebenarannya bukan Yesus omong kosong, namun seperti anak laki-laki kecil tadi, kita memikul kuk yang tidak Tuhan pasang. Beban itu tidak Tuhan kehendaki untuk kita bawa, tetapi kita ingin selalu membawanya. "Kuk yang tidak Tuhan pasang" itu adalah ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Tanpa kita sadari, sebenarnya berat ketiganya jauh melebihi persoalan itu sendiri.
Saat kita memikul kuk yang tidak Tuhan pasang, maka kita berada di bawah kuk perbudakan. Rasa takut, cemas serta khawatir ditimpakan ke atas pundak sehingga kita kelelahan. Kuk perbudakan itulah yang Yesus maksudkan sebagai "beban berat". Untuk setiap kita yang letih lesu karena memikulnya, Yesus mengundang untuk datang kepada-Nya (ay. 28). Lepaskan ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran, lalu sebagai gantinya, terima kelegaan dari Yesus. Untuk apapun persoalan kita hadapi, kita percaya Yesus pasti menolong dengan memberi jalan keluar tepat waktu. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar