RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yesaya 38-42
Nas: ... berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. (Amsal 14:21b)
Menyergap dalam Senyap
"Makan di rumah saja ya, " kata ibu itu kepada anaknya. "Uang kita habis untuk beli tiket kereta. Sisanya cuma cukup untuk naik angkutan kota." Sambil menangis, balita itu mengangguk. Melihat itu, Nino membatalkan niatnya untuk makan di warung. "Terimalah, Ibu, saya mohon. Sekadar untuk makan siang, " kata Nino seraya mengulurkan selembar seratus ribuan.
Turun dari kereta, dengan perut kosong, Nino harus berjalan kaki hampir dua kilometer untuk sampai di rumah. Sisa uangnya tak lagi cukup untuk naik ojek. Meski begitu, ia merasa bahagia.
Pengalaman Nino tak asing buat kita: Melihat sesama menderita, hati kita tergerak oleh belas kasihan, dan menuntut agar kita berusaha menolong. Tuntutan hati itu begitu kuat hingga terasa sebagai kewajiban yang tak bisa ditolak.
Tuhan bersabda, "Berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita." Tuhan berjanji, jika kita menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita-yakni ketika tuntutan hati untuk menolong sesama sungguh kita wujudkan-kita akan diliputi kebahagiaan. Kebahagiaan yang berbeda, yang kita alami bukan karena mendapatkan yang kita ingini, bukan karena kita mengharap apalagi mengejarnya, melainkan karena kita mengusahakan kebahagiaan sesama begitu rupa hingga justru lupa kebahagiaan sendiri. Kebahagiaan ini menyergap diam-diam, menyelinap senyap tak terduga, dan tahu-tahu sudah memenuhi hati.
Tahukah Anda bagaimana rasanya disergap kebahagiaan seperti itu? Anda benar, itu sangat indah. Sungguh sangat indah. --EE/www.renunganharian.net
SUNGGUH KITA REALISASIKAN, KITA AKAN DILIPUTI KEBAHAGIAAN.
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KEJADIAN 5
Bacaan Setahun: Yesaya 43-46
Nas: Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. (Kejadian 5:24)
Bersahabat Selamanya
Seumur hidup Henokh selalu bersekutu dengan Tuhan. Dalam setiap masa yang dia lewati Allah terlibat dalam pergumulannya. Mulai dari sebelum Metusalah lahir sampai dia mempunyai anak-anak yang lain, hingga masa tuanya dan pada akhirnya Tuhan mengangkatnya ke surga.
Hidup yang indah dapat kita peroleh setiap waktu kalau kita senantiasa dekat kepada Tuhan. Meskipun terkadang terdapat hari-hari yang buruk, selama kita memercayakan diri kepada-Nya, suasana persahabatan yang kental akan bergema sehingga menimbulkan kesan kuat bahwa kita tidak pernah ditinggalkan dan kita akan percaya diri untuk melangkah dalam nama-Nya apa pun yang terjadi. "Surga di hati" yang kita rasakan dalam segala yang kita lakukan akan memunculkan kenangan demi kenangan manis hingga ketika saatnya telah tiba bagi kita untuk meninggalkan dunia ini, jiwa kita akan aman sentosa sebagai suatu tanda bahwa Tuhan akan menyambut kita di kerajaan-Nya.
Utamakanlah senantiasa hubungan yang mesra dengan Tuhan sehingga hidup Anda dipenuhi dengan momen yang membuat Anda ingin lebih dekat lagi kepada-Nya karena dalam melalui suka duka yang datang silih berganti, Allah yang kasih setia-Nya sungguh besar adalah sandaran Anda yang teguh. Ketenteraman naungan kasih-Nya kekal untuk selamanya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: AMSAL 11:17
Bacaan Setahun: Yesaya 47-51
Nas: Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (Amsal 11:17)
Murah Hati atau Kejam?
Dahulu saya agak malas mengenakan jas hujan ketika berkendara dalam kondisi hujan. Kecuali hujan cukup lebat, saya akan bertahan dengan prinsip tersebut. Sampai suatu ketika saya menyadari bahwa tindakan tersebut kurang tepat. Ya, sebenarnya dengan berkendara menembus hujan tanpa mengenakan jas hujan, berarti saya sedang menyiksa diri sendiri. Saya sedang membiarkan tubuh saya lebih rentan terhadap penyakit karena hujan yang langsung menerpa tubuh saya. Akhirnya, saya pun mulai belajar untuk mengubah kebiasaan tersebut setelah menyadari kekeliruan saya.
Menurut Salomo, penilaian apakah seseorang murah hati atau kejam sangat sederhana, yakni dengan melihat cara orang tersebut memperlakukan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang membiasakan sarapan sebelum beraktivitas pagi, orang itu sedang berbuat baik kepada dirinya, dengan memberi asupan makanan bergizi. Begitu pula ketika ia sedang dalam kondisi kurang fit atau lelah, lalu memberi waktu istirahat buat tubuhnya, ia pun sedang berbuat baik terhadap dirinya. Selain dua contoh di atas, kita tentu dapat menambahkan contoh lainnya menurut pengalaman pribadi kita.
Allah menghendaki agar kita sebagai orang percaya semakin cakap dalam mengasihi dan memedulikan diri sendiri, sebagai wujud nyata dari menghargai tubuh sebagai Bait Roh Kudus. Bagaimana dengan kecenderungan sikap dan perlakuan kita terhadap diri sendiri? Sudahkah kita bermurah hati kepada diri sendiri, supaya dalam kondisi tubuh yang baik dan sehat dapat kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: IBRANI 10:19-27
Bacaan Setahun: Yesaya 52-57
Nas: Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tuhan semakin mendekat. (Ibrani 10:25)
Kita Butuh "Pelatih"
Di balik kesuksesan seorang atlet, pastilah memiliki pelatih yang setia mendampinginya. Kesuksesan atlet bulu tangkis asal Cina, Lin Dan, memenangi berbagai gelar bergengsi, tidak luput dari pendampingan pelatihnya, Xia Xuanze. Padahal jika mereka berdua diadu, sang pelatih pun tak kuasa menandinginya. Tapi Lin Dan tetap membutuhkan pelatihnya itu untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihatnya sendiri. Setiap kali bertanding, sang pelatihlah yang terus-menerus menasihati, mengingatkan, dan menegur jika atletnya itu kerap membuat kesalahan, di samping memberitahu letak kelemahan lawannya.
Penulis kitab Ibrani menasihati agar setiap orang kristiani tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Tak sekadar beribadah, dalam pertemuan itulah setiap orang berkesempatan untuk saling mengingatkan, saling menegur jika salah, saling mendoakan, dan saling membangun dalam kasih. Dengan cara seperti itulah iman semakin bertumbuh, setiap orang butuh sesamanya untuk bertumbuh.
Ibarat seorang atlet, kita selalu butuh orang lain untuk menjadi "pelatih" kita. Dalam hidup, terkadang kita melakukan hal-hal yang keliru yang tidak kita lihat atau sadari dan itu bisa sangat membahayakan hidup kita. Sejatinya kita membutuhkan orang-orang yang mampu melihat apa yang tidak mampu kita lihat untuk menegur, menasihati, bahkan mengkritik kesalahan kita. Mari belajar rendah hati untuk menyadari bahwa Allah dapat berbicara melalui mereka untuk menyelamatkan hidup kita dari hal-hal yang lebih buruk. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ROMA 11:11-24
Bacaan Setahun: Yesaya 58-63
Nas: Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak dalam iman. Janganlah sombong, tetapi takutlah! (Roma 11:20)
Perlu Rasa Takut
Masuk dalam tiga besar membuat seorang kontestan merasa sangat bangga. Ia terharu sekaligus bersyukur, karena tidak menyangka akan mendapat kesempatan itu. Alih-alih menjadi sombong, ia justru dihantui rasa takut. Ia takut jika pada pertandingan berikutnya tidak dapat membuktikan kualitas yang selayaknya ditampilkan oleh seorang tiga besar. Karenanya, sejak saat itu ia semakin giat mengasah kemampuan guna melayakkan diri.
Israel adalah bangsa pilihan Allah. Namun mereka tidak setia kepada Allah. Karena itu Israel harus menanggung konsekuensi, yakni kebinasaan. Sebaliknya, bangsa-bangsa bukan Yahudi berkesempatan menerima anugerah besar dari Allah. Meski demikian, Paulus mengingatkan agar kesempatan ini tidak membuat mereka menjadi sombong. Mereka justru harus merasa takut, seandainya mereka pun "dipangkas". Rasa takut dicampakkan Allah ini perlu guna mendorong umat bertekun menjaga anugerah-Nya melalui hidup yang taat. Sebab, jika Tuhan tidak menyayangkan bangsa Israel yang notabene merupakan bangsa pilihan-Nya sendiri, terlebih terhadap orang di luar Israel!
Sekalipun bermurah hati membuka anugerah bagi bangsa non-Israel, Allah tetap memegang prinsip dalam ketetapan, keadilan dan kebenaran-Nya. Bukan hanya iman mula-mula yang diharapkan-Nya dari kita, melainkan iman yang berkelanjutan. Iman yang terus bertumbuh, bahkan menghasilkan buah. Karena itu jangan sampai anugerah Tuhan menjadikan kita sombong. Sebaliknya, kita terus memperjuangkan kekudusan karena rasa takut akan Dia. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 SAMUEL 26
Bacaan Setahun: Yesaya 64-66
Nas: Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif. (1 Samuel 26:2)
Bukan Menyemprot Wewangian
Alkisah, si dungu berkeluh kesah kepada si bijak. "Tiap hari aku menyemprot rumahku dengan berbagai wangi-wangian, namun bau busuk tetap menyengat." Sejenak si bijak menghela nafas. "Jikalau kau ingin bau busuk itu hilang lenyap, caranya bukan menyemprotkan wewangian, melainkan menyingkirkan semua sampah dari rumahmu!"
Pada kali pertama Daud membiarkannya hidup, Saul menyesal sudah berupaya membunuh Daud. Sambil menangis ia mengatakan, "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu" (1Sam. 24:18). Rasa penyesalan menjadikan bau busuk seketika lenyap dari Saul. Sayang, Saul hanya "menyemprotkan" wewangian, tetapi tidak menyingkirkan sampah kedengkian dari hatinya. Faktanya, Saul tetap tidak menerima kenyataan bahwa dirinya telah ditolak, dan sebagai gantinya Tuhan telah memilih Daud. Beberapa waktu kemudian, bau busuk itu tercium kembali. Ketika seseorang melaporkan bahwa Daud ada di bukit Hakhila, kembali Saul mengejar hendak membunuhnya (ay. 2).
Apabila kita kerap jatuh bangun di dalam dosa, artinya masih ada sampah tertimbun dalam kehidupan kita. Pertobatan yang kita lakukan belum menyeluruh, hanya sekadar upaya penyemprotan wangi-wangian. Jika kita tidak ingin berlama-lama berada dalam lingkaran "berdosa, bertobat, lalu berdosa lagi", tidak ada cara lebih tepat selain menyingkirkan semua sampah dari kehidupan kita. Berbekal hikmat Tuhan, kita dapat menyadari berbagai sampah-sampah itu. Segera singkirkan semuanya supaya kehidupan menjadi bersih dan memancarkan keharuman surgawi! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar