RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: KEJADIAN 41:33-49
Bacaan Setahun: Bilangan 34-36
Nas: Maka pergilah Yusuf dari depan Firaun, lalu dikelilinginya seluruh tanah Mesir. (Kejadian 41:46b)
Untuk Mendatangkan Berkat
Lewat jalan yang luar biasa, Yusuf menjadi raja muda di Mesir, orang paling berkuasa di Mesir selain Firaun. "Kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat ... dengan tidak setahumu, seorang pun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir, " kata Firaun kepada Yusuf (ay. 40, 44). Alangkah besar kekuasaan yang ada di tangan Yusuf. Jika Yusuf mau, pasti tak sulit bagi Yusuf untuk menyalahgunakan kekuasaan yang sangat besar itu.
Tetapi, Yusuf tidak mau melakukan itu. Hal yang dia lakukan adalah bekerja keras. Dia meninggalkan istana, dan mengelilingi seluruh tanah Mesir (ay. 46b). Untuk apa? Melakukan semua hal yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan Mesir dari bencana yang akan menimpa (ay. 48, 49). Dan ternyata kemudian, bangsa-bangsa lain pun ikut terselamatkan.
Anda lihat? Kekuasaan yang besar tidak membuat Yusuf kehilangan integritas moral. Yusuf tidak mau warna dirinya ditentukan oleh kekuasaan. Dialah yang menentukan warna kekuasaan itu, bukan sebaliknya. Kekuasaan yang besar tidak membuatnya menjadi monster yang melahap segalanya, tetapi dia jadikan sebagai alat yang efektif untuk melayani dan membawa berkat bagi semua.
Dalam hidup, kekuasaan mewujud dalam banyak rupa: jabatan, kekayaan, massa pendukung, sumber daya, kekuatan fisik, dan banyak lagi. Dengan kekuasaan, orang bisa memaksakan kehendak. Tetapi, Yusuf memberi teladan bahwa-jika kita mau-kita bisa memilih untuk menjadikan kekuasaan sebagai alat yang efektif untuk melayani dan mendatangkan berkat bagi semua. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR
139:1-12
Bacaan Setahun: Ulangan 1-2
Nas: Engkau mengetahui, kalau aku duduk
atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. (Mazmur 139:2)
Coram Deo
Bagaimana rasanya jika
seluruh gerak-gerik kita diawasi? Katakanlah bahwa ada kamera pengawas yang
merekam segala tindakan kita selama 24 jam, dan semua orang dapat menontonnya.
Dalam kondisi demikian, apa yang akan kita lakukan? Saya menduga, kita akan berusaha
menjalani hidup kita dengan lebih berhati-hati, menghindari tindakan ceroboh
serta perbuatan lain yang memalukan.
Sebenarnya, hidup kita
berada dalam pengawasan Allah, setiap saat, di sepanjang hidup kita. Doa Daud
dalam Mazmur 139 ini mengingatkan kita akan hal itu. Segala sesuatu tentang
keberadaan diri kita, setiap perbuatan, bahkan isi hati dan pikiran kita,
semuanya terpampang jelas di hadapan Allah. Tidak ada yang tersembunyi
bagi-Nya. Keadaan ini digambarkan dengan tepat oleh satu istilah dalam bahasa
Latin, yakni Coram Deo. Frasa ini secara literal berarti bahwa sesuatu itu
terjadi di hadirat Allah, di depan mata Allah sendiri. Artinya, seluruh hidup
kita ada di hadapan Allah. Ini selaras dengan Ibrani 4:13, bahwa tidak ada
suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan Allah, sebab segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan
pertanggungjawaban.
Coram Deo adalah sebuah
sukacita. Bahwa hidup kita berada di bawah otoritas Allah. Dia senantiasa menjaga,
memelihara dan memberkati kita. Namun Coram Deo juga merupakan sebuah tanggung
jawab. Ini seharusnya membuat kita setiap saat menjalani hidup yang benar,
yakni untuk memuliakan Dia, yang di hadapan-Nya kita hidup.
--HT/www.renunganharian.net
* * *
MENYADARI BAHWA SELURUH HIDUP KITA TERBUKA DI HADAPAN ALLAH,
HENDAKNYA SETIAP KATA DAN TINDAKAN KITA SELARAS DENGAN KEHENDAK-NYA.
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS
25:31-46
Bacaan Setahun: Ulangan 3-4
Nas: "Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)
Tuhan yang Menyamar
Ibu Teresa berkisah
tentang seorang laki-laki yang diangkatnya dari selokan dan membawanya ke
rumah. Separuh badannya telah dimakan belatung. Saat Ibu Teresa merawatnya,
laki-laki itu berkata, "Saya telah hidup seperti binatang di jalan, tetapi
saya akan mati seperti malaikat, dikasihi dan dipedulikan." Ibu Teresa
berkata, "Sungguh luar biasa saya melihat kebesaran jiwa laki-laki itu
yang dapat berbicara dan mati seperti itu, tanpa mempersalahkan orang lain dan
lingkungannya ataupun membanding-bandingkan."
Dalam berbagai
kesempatan terkadang kita menghindari mereka yang demikian, padahal itulah yang
paling Allah peduli. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk peduli kepada
mereka yang lapar, haus, telanjang, dipenjara, orang asing dan yang paling
hina. Bahkan Yesus menyebut hal tersebut sebagai syarat berkenan di hadapan
Allah saat penghakiman terakhir tiba.
Allah memanggil kita
untuk mengasihi orang lain dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri.
Sebab dalam diri orang-orang sekarat, lumpuh, hina, tidak diinginkan dan tidak
dikasihi-mereka itu adalah wujud-wujud penyamaran Yesus. Yesus berkata,
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku."
Sebagai bentuk ketaatan
kita kepada-Nya, marilah kita melakukan hal ini. Berbicaralah dengan lemah
lembut kepada mereka. Tunjukkanlah kebaikan wajah, senyum dan kehangatan salam
kita. Berikanlah sukacita. Pancarkanlah kasih yang nyata sebagi bukti bahwa
Kristus berada dalam hati kita. --PRB/www.renunganharian.net
* * *
DALAM SETIAP PRIBADI ADA TUHAN. TAK MASUK AKAL JIKA KITA BERKATA
MENGASIHI ALLAH TETAPI TAK MENGASIHI SEMUA ORANG.
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MATIUS
16:21-28
Bacaan Setahun: Ulangan 5-7
Nas: Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya, "Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Memikul Salib
Petrus dipukuli massa
karena ketahuan mencuri. Yosua dipenjara karena penyalahgunaan narkoba. Yohanes
dipecat dari pekerjaannya karena korupsi. Yohana dikucilkan para tetangga
setelah hubungan gelapnya dengan suami orang terbongkar. Grace mengidap
penyakit menular akibat pergaulan bebas. Apakah mereka ini dapat disebut sedang
memikul salib? Banyak orang Kristen salah memahami makna "memikul
salib". Mereka berpikir bahwa itu adalah segala jenis kesusahan atau
penderitaan yang dialami oleh seseorang.
Memikul salib adalah
syarat yang diwajibkan Tuhan Yesus bagi setiap orang yang mau mengikut-Nya.
Salib adalah penderitaan yang Yesus tanggung demi menyelamatkan manusia
berdosa. Itu adalah tanda ketaatan kepada Bapa-Nya. Jadi ketika Dia mengatakan
bahwa kita harus memikul salib, artinya kita harus rela mengalami kesusahan,
penderitaan atau kematian sekalipun, sebagai akibat ketaatan kita kepada-Nya.
Bukan menderita karena kita melakukan tindakan kriminal. Bukan pula karena
kebodohan, kekeliruan atau kecerobohan kita. Melainkan karena kita berpegang
teguh kepada perintah Kristus.
Salib kita bentuknya
beragam. Dimusuhi karena kita tidak mau ikut dalam permufakatan jahat. Karir
dihambat karena mayoritas pengambil keputusan bukanlah pengikut Kristus.
Kehilangan kenyamanan dan hak-hak tertentu karena kita percaya kepada Tuhan
Yesus. Diejek karena kita berpegang pada nilai-nilai pengajaran Kristus, dll.
Memang menjadi pengikut Kristus itu tidak mudah. Namun semua itu tidak ada
apa-apanya dibandingkan hidup kekal dan segala kebaikan yang disediakan-Nya
bagi kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
MENGALAMI KESUSAHAN ATAU MENDERITA KARENA MENAATI KRISTUS
BUKANLAH SEBUAH AIB, TETAPI KARUNIA ALLAH YANG BERHARGA DAN MULIA.
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MARKUS
5:1-20
Bacaan Setahun: Ulangan 8-10
Nas: Yesus mengabulkan permintaan
mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan merasuki babi-babi itu. (Markus
5:13)
Yesus Mengabulkan
Permintaan Setan?
Membaca judul renungan
ini, mungkin kening Anda langsung berkerut sambil bertanya-tanya, "Apakah
benar Yesus mengabulkan permintaan setan?" Silakan cermati ulang kisah
yang dicatat oleh Markus ini, lalu baca dengan perlahan nas renungan yang
menjadi fokus pembahasan hari ini, khususnya pada kalimat pendek: Yesus
mengabulkan permintaan mereka.
Ya, kata
"mereka" (ay. 13) memang merujuk pada kawanan setan yang menamakan
diri mereka Legion karena jumlah mereka sangat banyak (ay. 9). Kedatangan Yesus
tampaknya membuat kawanan setan itu terganggu, karena mereka mengenal siapa
Yesus dan otoritas yang Yesus miliki dari Bapa-Nya. Itulah sebabnya mereka
memohon agar jangan diusir dari daerah itu, tetapi diperbolehkan berpindah ke
kawanan babi yang ada di sana (ay. 11-12). Respons Yesus selanjutnya mungkin
tak diduga oleh siapa pun, tetapi faktanya tertulis dalam Alkitab bahwa Yesus
mengabulkan permintaan Legion. Tentu Yesus tidak sedang berbaik hati kepada
setan, tetapi Yesus berbelaskasihan pada manusia yang dirasuki kawanan setan
tersebut. Ya, demi membebaskan satu orang ... Yesus melakukan hal yang sukar
dipahami sampai hari ini!
Merenungkan kisah ini
sungguh membuat kita bersyukur: betapa manusia berharga bagi Yesus. Kematian
dua ribu babi pun direlakan-Nya, demi memberikan pembebasan kepada orang yang
dirasuki setan dengan luar biasa itu. Belas kasih ilahi yang sama yang Allah
harapkan untuk kita miliki, khususnya atas jiwa-jiwa yang memerlukan
keselamatan dan kasih Tuhan. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
PENEBUSAN KRISTUS ADALAH BUKTI SAHIH AKAN KASIH ALLAH
YANG BEGITU BESAR BAGI SETIAP MANUSIA.
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: AYUB
29
Bacaan Setahun: Ulangan 11-13
Nas: "Aku menentukan jalan mereka
dan duduk sebagai pemimpin." (Ayub 29:25 a)
Rindu Masa Lalu
Sejak usaha suaminya
bangkrut, demi membantu keuangan keluarga, ibu Rini bekerja menjual nasi
bungkus. Siang harinya, ia masih mencuci baju-baju tetangga. Meskipun statusnya
sebagai istri pengusaha sudah sirna, ia tidak menyerah. "Tidak ada gunanya
terus mengenang masa lalu, " tekadnya.
Ketika situasi kehidupan
berubah menjadi sulit, kita mungkin ingin memutar ulang waktu untuk kembali ke
masa lalu. Ayub pun mengalaminya! Faktanya, ujian kehidupan yang begitu berat
dialaminya membuatnya merindukan masa lalu. Sambil duduk di tengah abu dan
menggaruk-garuk badannya dengan sekeping beling, terkenanglah ia kepada
keluarga, kekayaan, kehormatan dan segala kemuliaannya di masa lalu.
Pengalaman masa lalu
memang tak terlupakan. Tetapi ingat, kita tidak hidup dalam kenangan! Terus
mengenang masa lalu dapat membuat kehidupan menjadi stagnan. Masa lalu boleh
dikenang tetapi tidak boleh menjadi bayang-bayang yang menghambat
langkah-langkah kita ke depan. Daripada terus mengenang masa lalu, terlebih
bijaksana apabila kita berjuang di hari ini untuk menuai kemenangan esok hari.
Bukankah kebaikan Tuhan tidak hanya dicurahkan di masa lalu, tetapi juga hari
ini dan hari-hari yang akan datang?
Berhenti mengenang
keberhasilan dan kesuksesan di masa lalu! Sebaliknya, arahkan pandangan kita ke
depan karena ada banyak hal menakjubkan yang hendak diberikan Tuhan kepada
kita. Bukankah pada akhir ujian kehidupan Ayub, Tuhan memberikan kemuliaan
lebih indah dibanding masa lalunya? Hal yang sama hendak diberikan Tuhan kepada
orang-orang yang tidak hidup pada bayang-bayang kerinduan masa lalu.
--LIN/www.renunganharian.net
* * *
KARENA MASA DEPAN SUNGGUH ADA,
DAN HARAPANMU TIDAK AKAN HILANG.-AMSAL 23:18
* * *
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar