RENUNGAN EDISI 13 MARET 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Maret 2022

RENUNGAN EDISI 13 MARET 2022

 RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN SENIN
Bacaan: YOHANES 8:2-11

Bacaan Setahun: Ulangan 17-20

Nas: Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi." (Yohanes 8:11 b)


Tidak Menutup Mata

Seorang pemuda menolak diajak rekan kerjanya bersekongkol menggelapkan uang perusahaan. "Tidak mengapa, " kata rekannya, "Tuhan Yesus pasti mengampuni." "Tuhan Yesus memang mengampuni dosa, tetapi Dia tidak menutup mata terhadap dosa, " kata pemuda itu.

Oleh karena kasih, Yesus putra Allah, turun ke dunia. Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Pengorbanan Yesus memberi setiap kita pengampunan atas dosa. Namun bukan berarti Yesus menutup mata terhadap dosa. Bukan berarti kita dibiarkan terus-menerus hidup dalam dosa. Hal tersebut tersirat dalam pesan Yesus kepada perempuan yang tertangkap basah berbuat zina. Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi" (ay. 11b). Kata-kata "Jangan berbuat dosa lagi" menunjukkan bahwa Yesus "melihat" dosa perempuan itu. Dosa perzinaan tampak jelas di mata-Nya. Memang Yesus tidak melakukan penghukuman tetapi Dia memberi perintah agar perempuan itu bertobat. Usai beroleh pengampunan dosa, ia harus melepaskan dirinya dari perbuatan zina.

"Sekali-kali tidak!" itulah jawab Paulus untuk perbuatan dosa. Paulus menegaskan setiap orang yang sudah menerima kasih karunia berupa pengampunan dari Yesus tidak boleh bertekun dalam dosa (Rm. 6:1-2). Artinya kita tidak boleh kembali berbuat dosa. Jadi sekiranya hari ini masih ada dosa kerap kita lakukan, kita dapat meminta pengampunan kepada Tuhan. Selanjutnya, kita harus meninggalkan dosa itu, karena terhadap dosa, Yesus tidak pernah menutup mata. Pesan yang sama Yesus berikan kepada kita, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." --LIN/www.renunganharian.net

* * *
PENGAMPUNAN DARI YESUS BUKAN BERARTI KEBEBASAN
UNTUK BERKUBANG DALAM DOSA.

* * *


RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 KORINTUS 15:35-58

Bacaan Setahun: Ulangan 21-23

Nas: Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Korintus 15:57)


Kemenangan yang Tertunda

Satu hal yang tidak pernah absen dari film yang mengangkat sosok super heroes, para pahlawan digdaya, adalah kemenangan yang mereka raih di akhir cerita. Kemenangan yang memungkasi ketidakadilan dan membuktikan bahwa kebenaran pasti akan terbit atas diri orang-orang yang tidak menyerah dalam memperjuangkannya. Kebenaran yang senantiasa bekerja tepat pada waktunya.

Para pengikut Kristus pun tak ubahnya pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya (Mzm. 103:20). Pahlawan iman yang kelak mendapat bagian dalam Kerajaan kekal (2Ptr. 1:11). Bagian termulia yang menandai kemenangan kita, karena Yesus Kristus (ay. 57), menang atas maut (ay. 54). Kemenangan yang dapat dimaknai sebagai kekalahan iblis, sang penguasa maut (Ibr. 2:14).

Kekalahan yang membuka peluang berharga bagi kita untuk memakai rupa dari yang surgawi (ay. 49), tubuh surgawi (ay. 40), yang kelak dibangkitkan dalam kemuliaan (ay. 43). Kemuliaan yang merujuk pada rahasia Ilahi: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semua akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir (ay. 51-52). Perubahan hidup yang meniadakan kebinasaan di dalamnya (ay. 42).

Hidup bagi para pahlawan iman pada hakikatnya menunjuk pada kemenangan yang tertunda. Kemenangan atas maut. Pencapaian hidup yang akan menuntun kita untuk menikmati keabadian di embusan napas terakhir. Hidup kekal bersama dengan Kristus. --EML/www.renunganharian.net

* * *
KEKEKALAN MERUPAKAN PENCAPAIAN TERBESAR DARI KEMENANGAN
YANG TERTUNDA DALAM HIDUP SEORANG PENGIKUT KRISTUS.

* * *


RENUNGAN RABU
Bacaan: KIDUNG AGUNG 5:2-8

Bacaan Setahun: Ulangan 24-27

Nas: Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya. (Kidung Agung 5:6)


Jangan Biarkan Terlambat

Sebuah novel remaja menceritakan perjalanan persahabatan yang unik. Joyce dan Raymond bersahabat lama tapi mereka sering kali bertengkar baik karena hal sepele sampai masalah keluarga. Pada saat Joyce sakit, Raymond mulai sibuk dengan pekerjaannya karena ia berpikir Joyce pasti akan segera sembuh. Tak lama, Joyce meninggal dan Raymond membaca buku harian Joyce, dan barulah ia tahu bahwa Joyce merindukan kebersamaan di saat-saat terakhirnya.

Kidung Agung memiliki bahasa puisi yang vulgar karena berbicara tentang relasi laki-laki dan perempuan yang oleh beberapa penafsir akhirnya digambarkan sebagai relasi antara Tuhan dengan umat-Nya selain mengena kepada relasi antarsesama. Kekasih di sini dikatakan terlalu lama menunggu di luar (ay. 2), tapi si perempuan terlalu malas juga untuk segera membukakan pintu (ay. 3-5) akhirnya si kekasih pergi (ay. 6-7), dicarinya kemana-mana tapi ia tidak diketemukan dan rindunya menjadi sia-sia walau kualitas rindunya sangat dalam (ay. 8).

Relasi kita dengan Tuhan kadang kala demikian, kita terlalu sibuk dan bisa melupakan Tuhan sepanjang hari. Kita menyesal saat kerinduan kita akhirnya tidak tersampaikan dan Tuhan seakan-akan pergi meninggalkan kita sehingga kita merasa sendirian. Buka hati untuk merespons panggilan Tuhan, jangan biarkan Dia terlalu lama menunggu kita yang malas ini (bdk. Yes. 55:6). Jangan biarkan terlambat juga untuk menikmati kebersamaan dengan sesama karena kita tidak tahu kapan saatnya ia tiba-tiba pergi dan kita menyesal. --YDS/www.renunganharian.net

* * *
TUHAN DAN SESAMA ADALAH HARTA YANG PALING INDAH,
NIKMATILAH KEBERSAMAAN DENGAN MEREKA.

* * *


RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 KORINTUS 3:1-9

Bacaan Setahun: Ulangan 28

Nas: Dan aku, Saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (1 Korintus 3:1)


Bayi Rohani

Perpecahan di Korintus bersumber dari sebuah kesombongan. Mereka mencoba menepis stigma julukan sebagai "bayi", dengan mencoba mengejar standar duniawi seperti pengetahuan, ketenaran dan kehormatan. Namun di kutub yang berbeda mereka tidak menunjukkan sikap sebagai seorang "dewasa". Mereka ingin berkata kepada dunia bahwa mereka bukanlah orang-orang yang pantas diremehkan tetapi di sisi lain menunjukkan sikap kekanak-kanakan. Mereka berselisih hanya karena kelebihan-kelebihan yang mereka miliki, persis seperti seorang anak kecil yang mengejek kekurangan teman-temannya.

Situasi yang sama mungkin terjadi di antara orang percaya. Sering kali kita ingin menunjukkan keunggulan kepada dunia tetapi di waktu yang sama kita menunjukkan sikap tidak unggul. Kita masih merendahkan sesama, tak sedikit kepada sesama orang percaya. Sering kali ada gereja yang tak kondusif dan mengalami perpecahan hanya karena anggota atau kelompok yang satu menganggap diri lebih unggul dari anggota/kelompok yang lain. Persis seperti anak-anak yang sering mengagung-agungkan jagoan mereka.

Jika hal ini menimpa kita seharusnya kita menakar rohani kita. Jangan-jangan kita merasa dewasa rohani padahal kita masih bayi. Jika ada iri hati dan perselisihan itu menunjukkan bahwa kita masih bayi rohani. Paulus mengungkapkan bahwa mereka yang dewasa secara rohani tak akan pernah mempersoalkan kelebihan atau kekurangan sesamanya, melainkan menganggapnya sesama pelayan Tuhan, kawan sekerja Allah membangun kerajaan-Nya. --PRB/www.renunganharian.net

* * *
TUA ITU PASTI TETAPI DEWASA ITU PILIHAN.

* * *


RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MAZMUR 73

Bacaan Setahun: Ulangan 29-31

Nas: Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. (Mazmur 73:2)


Nyaris Tergelincir

Dalam Mazmur 73:2, Asaf mengungkapkan kelegaan karena hampir-hampir ia tergelincir oleh cara pandangnya yang keliru. Awalnya, ia merasa cemburu terhadap orang-orang fasik, yang walaupun tidak takut akan Allah, mereka hidup mujur, sehat, gemuk dan bahagia. Terang-terangan Asaf mengatakan, "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah."

Beruntung, dalam kecemburuan itu Asaf datang ke hadirat Allah. Di sanalah cara pandangnya diubah. Apabila sebelumnya ia mengatakan bahwa upayanya mempertahankan hati bersih dan membasuh tangan dari kejahatan itu sia-sia, kini ia menyatakan semuanya itu sebagai kesukaan. Mengapa Asaf berubah? Apakah Tuhan kemudian memberikan segala yang diinginkan hatinya? Rupanya tidak! Rahasia perubahan itu adalah karena ia baru mengalami keintiman bersama Allah. Di hadirat Allah, Asaf seolah tidak menginginkan apa pun selain dari Pribadi-Nya. Itulah mengapa Asaf mengucapkan pernyataan yang begitu berani, "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya."

Ada banyak orang mengadopsi cara pandang keliru, seperti Asaf mula-mula. Makna ibadah senantiasa dikaitkan dengan berkat. Tidak heran mereka begitu mudah kecewa, frustrasi dan marah kepada Tuhan. Kita tentu tidak boleh mengadopsi cara pandang demikian. Apabila kita mengikut Tuhan hanya demi berkat, dapatkah kita dikatakan sungguh-sungguh mengasihi Dia? Dibandingkan segala berkat, rindukanlah Pribadi Allah sebagai yang terutama! Tidak perlu khawatir karena bagi setiap orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tanpa perlu mengejar berkat, berkat pasti mengikuti kehidupan mereka. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
ORANG FASIK MEMANG TAMPAK MUJUR, TETAPI HANYA MEREKA
YANG TAKUT AKAN ALLAH YANG BENAR-BENAR MUJUR.

* * *


RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 PETRUS 2:11-17

Bacaan Setahun: Ulangan 32-34

Nas: ... supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. (1 Petrus 2:11)


Beda dari "Sono"-nya

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Demikian bunyi peribahasa yang mengingatkan kepada kita bahwa tiap-tiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya. Kebiasaan yang pada umumnya melahirkan gaya hidup yang tidak pernah sama. Perbedaan gaya hidup yang biasanya bertolak dari nilai-nilai budaya yang telah mengakar kuat dalam masyarakat yang bersangkutan.

Gaya hidup orang percaya pun menunjukkan perbedaan yang melekat pada diri kita sebagai warga negara surga (Flp. 3:20). Kebiasaan yang pasti beda, lain daripada yang lain, lantaran kita berasal dari tanah air surgawi (Ibr. 11:16). Bukan dari dunia ini. Sebagai pendatang dan perantau, kita akan senantiasa menampilkan cara hidup yang baik (ay. 12) dengan menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa (ay. 11).

Perbuatan baik yang kita lakukan menjadi bukti ketaatan kita terhadap kehendak Allah-yang berpotensi membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh (ay. 15). Sikap penundukan diri sebagai hamba (ay. 16), yang senantiasa takut kepada Allah (ay. 17), yang tidak memberi ruang bagi kita untuk menyalahgunakan kemerdekaan hidup sebagai orang percaya.

Bagian terbaik dari cara hidup yang ditampilkan oleh para pengikut Kristus tidak pernah dapat dilepaskan dari perbuatan baik. Gaya hidup yang memang sudah beda dari sono-nya. Perbedaan asali yang melekat erat pada diri kita sebagai warga negara surga. --EML/www.renunganharian.net

* * *
BERBUAT BAIK MENANDAI GAYA HIDUP ORANG PERCAYA
YANG MEMANG SUDAH BEDA DARI "SONO"-NYA.

* * *


"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman