RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: 2 TAWARIKH 26
Bacaan Setahun: Yosua 22-24
Nas: Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. (2 Tawarikh 26:16)
Merasa Diri Kuat
Seorang pelari maraton membutuhkan teknik berlari dan strategi khusus untuk mencapai garis finis. Karena berjarak sangat jauh, pelari butuh ketahanan tubuh lebih dan kekuatan agar mampu menyelesaikannya. Pada lintasan jarak jauh, kemenangan atau kekalahan ditentukan saat tahap akhir. Agar dapat menyelesaikan dan memenangkan lomba, ia harus mampu mengatur ritme napas, ritme berlari, tahu bagaimana menjaga kondisi tubuhnya, tahu saat kapan harus mengurangi atau menambah kecepatan lari, yang dilakukan secara konsisten hingga akhir lomba.
Raja Uzia adalah satu orang yang mampu mengawali perjalanan dengan sangat baik. Menjadi raja di usia 16 tahun, ia melakukan apa yang benar di mata Allah, ia selalu mencari wajah Tuhan dan hidup takut akan Tuhan. Uzia memulai dengan sangat baik, tapi sayang tidak konsisten. Tuhan memang memberkatinya dengan kekuatan militer yang demikian besar. Itu membuat kerajaannya begitu kokoh, tetapi juga membuat Uzia tinggi hati. Ia berubah setia dan tidak lagi mengikuti perintah Tuhan. Ia menolak teguran Tuhan dan kena kusta sampai hari kematiannya.
Perjalanan hidup kita sangatlah panjang bak jarak maraton. Selain jauh, medannya pun kadang penuh tantangan. Dapat memulai perjalanan dengan baik saja tidaklah cukup. Kita harus konsisten sampai akhir. Ujian kesetiaan terberat adalah di saat kita merasa begitu kuat atau merasa sudah menang di tengah jalan, padahal itu belum akhir lomba. Untuk konsisten kita harus tetap rendah hati apa pun situasinya. Ritme pengharapan dan iman kepada Tuhan harus tetap terjaga hingga kita dapat mencapai garis akhir. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MARKUS 6:30-44
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 1-2
Nas: Lalu mereka semuanya makan sampai kenyang. (Markus 6:42)
Kenyang Bareng
Kapankah seseorang menjadi egois? Orang yang sedang memikirkan kebutuhannya sendiri adalah kandidat yang paling berpotensi. Yang ada dalam benaknya cuma dirinya dan kebutuhannya. Pikirannya hanya tentang bagaimana kebutuhannya terpenuhi. Secepatnya. Sementara orang lain dianggap seperti tidak ada. Dipinggirkan. Diabaikan. Dimanfaatkan. Atau malah bisa jadi dikorbankan. Itulah ulah si egois, bukan?
Melalui mukjizat pemberian makan kepada ribuan orang, Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya tentang pentingnya menyadari dan mengutamakan kebutuhan bersama. Walaupun sedang lapar-laparnya, belum sempat makan (ay. 31), namun, alih-alih hanya memenuhi kebutuhannya sendiri, Yesus mengajak mereka untuk memenuhi kebutuhan makanan dari semua orang lebih dulu. Hasilnya? "Semuanya makan sampai kenyang!" (ay. 42). Tentu saja, termasuk 12 murid itu sendiri terpenuhi kebutuhan perutnya yang minta diisi.
Situasi genting di masa pandemi ini mengingatkan kita akan betapa seriusnya efek domino dari kehidupan ini. Menyadari dan mengutamakan kesehatan semua orang atau keselamatan masyarakat sungguh penting. Hukumnya begini, jika kita ingin selamat, semua harus selamat. Jika ada satu orang saja yang egois, susah diatur, mau untung, atau nyaman sendiri, maka ia sedang mendatangkan petaka bagi semua. Secara langsung maupun tidak, ia sedang menyebarkan bencana. Akhirnya, itu juga petaka bagi dirinya sendiri. Jadi, kita memang harus tinggalkan keegoisan. Kita harus saling menjaga dan saling menolong demi kesejahteraan semua. --PAD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YESAYA 52:1-12
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 3-5
Nas: Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!" (Yesaya 52:7)
Andal
Salah satu peran penting Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah menyampaikan informasi perubahan iklim dengan memperhitungkan kecepatan, ketepatan, dan kualitas. Informasi tersebut diperlukan dalam rangka adaptasi dan mitigasi yang berdampak terhadap kehidupan banyak orang. Oleh karenanya, informasi yang disampaikan kepada masyarakat harus andal lantaran menyangkut akuntabilitas dan kredibilitas badan tersebut.
Sebagai pembawa Kabar Baik, orang percaya pun berperan penting dalam mengabarkan berita damai, memberitakan kabar baik, dan mengabarkan berita selamat (ay. 7). Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus, tak terelakkan, informasi yang disampaikannya berpotensi untuk membawa orang-orang datang dan percaya kepada Yesus yang tidak lain berbicara tentang keselamatan jiwa manusia.
Tugas mulia inilah yang membuat peran sebagai pembawa Kabar Baik tidak bisa dipandang sebelah mata. Peran ini menuntut pertanggungjawaban. Tuntutan tersebut mewajibkan penyampaian informasi tentang Jalan Tuhan tidak boleh dilakukan secara serampangan. Ia juga harus mempertimbangkan keandalan dari informasi yang menekankan pada kecepatan, ketepatan, dan kualitas, karena kesudahan segala sesuatu sudah dekat (1Ptr. 4:7).
Andal berarti dapat dipercaya. Para pengikut Kristus adalah orang-orang yang andal lantaran dapat dipercaya. Mereka menjalankan Amanat Agung-Nya dengan penuh dedikasi dan bertanggung jawab. Keandalan inilah yang menegaskan identitas mereka sebagai murid-murid-Nya yang sejati. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 5:1-3, 9-15
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 6-7
Nas: Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi i (2 Raja-Raja 5:2-3)
Figuran namun Signifikan
Manusia cenderung berlomba mencapai peran dan posisi signifikan. Kita berpikir bahwa kita baru bisa berarti dan menjadi berkat jika memiliki uang, jabatan, atau posisi strategis. Akibatnya, banyak orang merasa hidupnya tak berarti ketika hanya berada dalam peran dan posisi yang biasa-biasa saja.
Saat membaca teks ini, kita dengan mudah mengasosiasikan kisah ini dengan tokoh paling signifikan, yakni Naaman, Panglima Aram, dan Elisa, sang Nabi yang menyembuhkan Naaman dari kusta. Namun kisah ini tak akan berakhir indah tanpa peran para figuran. Pertama, seorang gadis Israel, yang ditawan dan menjadi hamba istri Naaman. Dialah yang menceritakan tentang Elisa kepada Naaman. Figur kedua adalah para pegawai Naaman (ay. 13) yang mendorong Naaman tetap mengikuti perintah Elisa, walaupun bagi Naaman itu tidak masuk akal. Peran para figuran ini mengantarkan kita pada puncak teks ini: ketika Naaman mengakui Allah Israel (ay. 15).
Apa pun peran kita saat ini, besar atau kecil, posisi strategis atau hanya figuran, tak seharusnya membatasi kita menjadi berkat. Lakukanlah dengan setia sekecil apa pun itu. Pada waktunya, Tuhan sanggup memakai perkara kecil yang kita lakukan dengan setia untuk menjadi berkat, bahkan membuat Allah dikenal oleh mereka yang belum mengenal-Nya. --ABI/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YAKOBUS 1:12-18
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 8-9
Nas: Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Dia. (Yakobus 1:12)
Harus Menanggung Bebannya
Berdiri di atas podium sambil mengenakan mahkota bertabur permata menjadi impian dari setiap peserta kontes ratu kecantikan sejagat. Harapan yang menuntut dedikasi diri untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Kenyataan yang mengisyaratkan bahwa perempuan dari negara mana pun yang berhasil mengenakannya, tidak pernah dapat melepaskan diri dari beban yang melekat pada mahkota tersebut. Tanggung jawab besar yang erat kaitannya dengan kerja keras dan kesungguhan diri.
Kekristenan pada dasarnya juga merujuk pada harapan dari orang percaya kelak dapat mengenakan mahkota kehidupan (ay. 12). Mahkota yang menunjuk kepada pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna dari Tuhan (ay. 17). Penghargaan yang ditujukan kepada kita apabila telah menjalani hidup dengan penuh kesetiaan sampai embusan napas terakhir (Why. 2:10).
Kesetiaan yang memperlihatkan kesiapan dan kesediaan diri untuk menanggung beban yang melekat pada mahkota tersebut. Beban yang dapat dimaknai sebagai tanggung jawab kita dalam memenuhi panggilan hidup sebagai orang percaya. Tanggung jawab yang tak bisa dipisahkan dari keistimewaan kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya (ay. 18). Keistimewaan inilah yang sekaligus menunjukkan bahwa kita terpilih untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Siapa pun yang hendak mengenakan mahkota kehidupan harus menanggung bebannya. Beban yang menunjuk pada tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus yang setia. Kesetiaan yang pada akhirnya membuahkan pencapaian terbesar dalam hidup kita. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 PETRUS 3:13-22
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 10-11
Nas: Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! (1 Petrus 3:15 a)
Jika Hatiku Dibelah
Ignatius adalah murid Rasul Yohanes. Ketika ia berada di Antiokhia, ia mendapati kekaisaran Trajan menaikkan syukur kepada dewa-dewa dengan mempersembahkan korban besar-besaran, Ignatius mencelanya terang-terangan di Bait Suci. Akibatnya, Kaisar sangat marah dan mengirim Ignatius ke Roma untuk dihukum. Saat Ignatius dibawa ke gua singa, ia berulang kali mengulang nama Yesus ketika berbicara dengan umat percaya. Ketika ia ditanya tentang tindakannya tersebut, ia menjawab, "Yesus yang kukasihi, Juru Selamatku, tertulis sangat dalam di hatiku, sehingga aku merasa yakin, jika hatiku dibelah dan dipotong-potong nama Yesus akan ditemukan tertulis dalam setiap potongan tersebut."
Tidak sedikit tantangan-tantangan iman yang kita hadapi setiap hari, yang bisa saja menyebabkan kita menyangkal Tuhan. Bagi orang percaya dunia ini tidak akan pernah aman bahkan dalam negara yang bebas sekalipun. Kita mendapati bahwa banyak orang-orang percaya yang dulunya berapi-api dalam Tuhan, kini beralih ke iman yang lain hanya karena tak tahan menderita, ditawari jabatan yang menggiurkan atau karena pasangan hidup.
Kita perlu belajar dari Ignatius, yang terus menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hatinya. Bahkan sebelum ia dibuang ke gua singa yang sedang lapar ia berucap, "Aku adalah biji Tuhan, aku digertak oleh gigi-gigi binatang buas supaya aku menjadi roti Kristus yang murni, yang bagiku merupakan roti kehidupan." --PRB/www.renunganharian.net
* * *
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar