RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: FILIPI 1:27-30
Bacaan Setahun: Yosua 4-6
Nas: ... bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Injil. (Filipi 1:27)
Tak Pernah Sendiri
Hidup di bawah penjajahan bangsa lain selalu menyisakan kisah tentang penderitaan orang-orang yang diperbudak di negeri mereka sendiri. Kisah pedih yang pada satu titik tertentu justru mampu menyatukan banyak kepala untuk sampai pada pemahaman bahwa mereka tidak sendiri dalam menjalani kesulitan hidup kala itu. Kesatuan pemahaman inilah yang pada akhirnya melahirkan perjuangan untuk meraih kemerdekaan.
Penderitaan hidup sebagai pengikut Kristus pun pada dasarnya mengisyaratkan narasi serupa. Cerita yang menuturkan beragam kisah orang percaya yang mengalami kesulitan hidup sebagai harga yang harus dibayar demi iman. Iman yang bertolak dari karunia bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga menderita bagi Dia (ay. 29).
Karunia semacam ini merupakan tanda keselamatan (ay. 28) yang melahirkan kekuatan untuk mengatasi pergumulan hidup sebagaimana yang dialami oleh Rasul Paulus (ay. 30) dan para pengikut jejak langkah Kristus di seluruh dunia (1Ptr. 5:9). Kekuatan yang menyatukan kita untuk teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari pemberitaan Injil (ay. 27).
Realitas hidup orang percaya tidak pernah jauh dari penderitaan karena salib Kristus. Penderitaan hidup yang akan senantiasa mengingatkan bahwa kita tak pernah sendiri dalam menjalaninya. Ingatan inilah yang sanggup menyatukan kita, para pejuang iman, untuk tidak menyerah dan kalah dalam meraih kebebasan hidup yang sesungguhnya. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS 7:1-5
Bacaan Setahun: Yosua 7-8
Nas: "Mengapakah engkau melihat serpihan kayu di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3)
Hebat
Seorang kritikus seperti biasanya mengunjungi galeri lukisan. Dia mencoba melihat-lihat lukisan yang ada, namun kali ini dia lupa membawa kacamatanya. Semua lukisan yang dilihatnya dikritiknya sampai ia tiba di sebuah cermin besar, dengan semangatnya ia berkata, "Aduh, lukisan ini jelek sekali, mana ada lukisan orang seburuk ini di dunia?" Semua orang yang mendengarnya tertawa karena dia tak sadar bahwa ia sedang mengkritik dirinya sendiri.
Firman Tuhan menasihatkan kepada kita agar kita lebih dulu mengoreksi diri sendiri (ay. 5) sebelum kita membantu orang lain untuk mengerti kelemahannya. Terlalu mudah memang untuk mengkritik dan melihat kelemahan orang lain. Yesus ingin murid-murid-Nya selalu membereskan diri terlebih dulu untuk dapat melayani orang lain. Balok yang ada di mata kita dapat membuat kita tidak jelas memandang orang lain, bukan? Kita bisa salah menilai orang lain juga dan hasilnya akan fatal sekali. Kita sibuk untuk memikirkan orang lain tanpa memandang kita punya kelemahan yang besar.
Mari sadar terlebih dulu bahwa pemberesan itu mulai dari kehidupan kita dulu. Cek diri kita apakah kita sudah hidup sesuai dengan firman Tuhan atau belum. Tanyakan kepada sahabat-sahabat rohani yang menolong kita bertumbuh agar mereka dapat memberikan umpan balik untuk kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Fokus pada serpihan kayu dulu sebelum melihat balok besar milik sesamamu. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 TAWARIKH 21
Bacaan Setahun: Yosua 9-10
Nas: Sesudah Yoram memegang pemerintahan atas kerajaan ayahnya dan merasa dirinya kuat, ia membunuh dengan pedang semua saudaranya dan juga beberapa pembesar Israel. (2 Tawarikh 21:4)
Lupa Diri
Kehancuran tidak selalu disebabkan oleh faktor dari luar, melainkan bisa pula dari dalam diri sendiri. Menjadi sombong karena merasa diri hebat dan ceroboh karena merasa pencapaian kita tak tertandingi, misalnya. Keduanya adalah sikap diri yang sangat berpotensi untuk merusak.
Menggantikan posisi ayahnya sebagai raja membuat Yoram merasa kuat dan berkuasa. Sayangnya, Yoram lebih mewarisi kebiasaan buruk dari keluarga istrinya, Atalya. Yoram tidak saja menyembah berhala yang menjadi kebencian Tuhan, melainkan juga berlaku bengis dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia tega membunuh saudara-saudaranya sendiri demi meluputkan kemungkinan terjadinya perebutan kuasa.
Iman Yoram tawar. Ia bersikap acuh tak acuh kepada Tuhan. Ia lupa bahwa pencapaiannya adalah berkat Tuhan semata. Yoram mengabaikan pesan Nabi Elia untuk kembali pada sikap beriman seperti yang dihidupi Daud, Asa dan Yosafat, para pendahulunya. Ia tak gentar dengan ancaman sanksi yang mengerikan. Sebagai buah dari perilakunya yang tercela itu, ia tidak dicintai oleh bangsanya sendiri. Bahkan pada masa pemerintahannya, bukan kesejahteraan yang terjadi, melainkan penderitaan dan malapetaka. Yoram harus menanggung risiko atas ketidaksetiaannya kepada Tuhan. Ia kena tulah dan mati dengan penderitaan yang hebat. Tuhan memang berjanji tidak akan memunahkan keturunan Daud. Namun bukan berarti Ia mengizinkan perbuatan dosa. Anugerah kasih dan kesetiaan Tuhan bukan kesempatan untuk berlaku sesuka hati, apalagi menjadikan lupa diri. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MATIUS 27:45-56
Bacaan Setahun: Yosua 11-13
Nas: Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. (Mazmur 6:7)
Butir Kecil Kemanusiaan
Setiap orang pastilah pernah menangis, walau hanya sesekali. Beberapa orang suka menangis di dalam hati. Di dunia ini, orang-orang mengekspresikan situasi hatinya dengan air mata. Tentang bagaimana atau apa pun itu, tetesan air mata adalah salah satu karunia Tuhan yang diberikan-Nya untuk kita.
Kisah derita Kristus menyisipkan sebuah kisah sarat makna. Ada sebuah kelompok yang hadir hari itu dan perannya begitu penting. Kelompok itu tidak banyak bicara, tidak ada yang memperhatikan, tetapi mereka ada di sana. Mereka hadir di situ dengan banyak tugas. Mereka menunjukkan keputusasaan Petrus. Mereka menyingkapkan rasa bersalah Pilatus. Mereka menyingkapkan kesengsaraan Yudas. Mereka menerjemahkan kebingungan Yohanes dan menerjemahkan belas kasihan Maria. Tetapi mereka juga ada bersama Mesias saat Ia menahan rasa sakit di tubuh-Nya dan tanda ungkapan cinta-Nya untuk manusia berdosa.
Siapakah sesungguhnya kelompok itu? Mereka adalah air mata. Butiran-butiran kecil kemanusiaan. Mereka adalah bola-bola kecil basah yang mengalir dari mata kita, menuruni pipi kita dan tumpah di lantai hati kita. Ya, air mata mengalir membawa sebuah pesan. Mereka mengucur deras menyuarakan sukacita paling besar hingga derita yang paling gelap. Di antara kita mungkin menangis untuk anak-anak kita atau untuk orang-orang yang kita kasihi. Kita bisa bersyukur untuk hal itu. Setiap butir tetes air mata kita ditampung-Nya. Tuhan membaca dengan jelas tiap tetesan air mata kita. Ia mengerti dan peduli kepada kita (bdk. Mzm. 56:9). --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 3 YOHANES 1:9-11
Bacaan Setahun: Yosua 14-16
Nas: ... tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui kami. (3 Yohanes 1:9)
Diotrefes
Diotrefes adalah seorang pemimpin atau seorang yang berpengaruh di sebuah jemaat lokal abad pertama. Namanya berarti "dipelihara oleh Jupiter" menunjukkan bahwa ia mungkin seorang non-Yahudi. Sayangnya, semua catatan tentangnya bukanlah hal yang baik. Ia ingin menjadi nomor satu dalam jemaat. Ia tidak mau mengakui para rasul Kristus. Ia melontarkan fitnah dan berkata-kata kasar tentang mereka. Ia juga menolak kehadiran orang-orang Kristen lain yang mengunjungi jemaat itu, serta mengucilkan orang-orang yang tak sepaham dengannya. Atas tindakannya ini, Rasul Yohanes datang serta meminta pertanggungjawabannya.
Suka menonjolkan diri di dalam sebuah perkumpulan tentunya akan menimbulkan persoalan. Ingin paling dihargai dan dihormati. Ingin menjadi nomor satu, bahkan berupaya menyingkirkan orang lain. Ia memandang orang lain sebagai saingan dan ancaman. Fokusnya adalah diri sendiri. Bukan kebaikan bersama. Bukan pula untuk memelihara kesatuan. Dan pastinya, bukan untuk melakukan kebenaran seperti yang Allah inginkan. Sedihnya, gereja sepanjang zaman tidak steril dari kehadiran orang-orang yang seperti itu. Mereka menjadikan gereja menjadi ajang meninggikan diri. Menganggap dirinya sebagai raja yang harus dipatuhi.
Rasul Yohanes menyebutkan bahwa perilaku itu adalah jahat, tak pantas ditiru, serta tidak berasal dari Allah. Sebaliknya, kita hendaknya berlomba merendahkan hati serta berbuat baik, sebagai buah pengenalan kita akan Allah. Kita jangan lagi hanya memikirkan diri sendiri, tetapi kepentingan bersama. Itulah yang diteladankan Kristus bagi kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 15:1-8
Bacaan Setahun: Yosua 17-19
Nas: Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, moyangnya. (1 Raja-raja 15:3)
Contoh Tidak Sempurna
Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika membayangkan Daud? Apakah keberaniannya saat menantang Goliat? Mazmur pujiannya yang luar biasa indah, banyak memberi inspirasi pada lagu pujian yang diaransemen oleh para komponis dari zaman ke zaman dalam berbagai versi? Namun tidak bisa tidak, dosa perzinaan Daud mungkin langsung terlintas di benak kita.
Daud adalah contoh tentang teladan yang tidak sempurna. Noktah hitam perzinaannya dengan Batsyeba diikuti tindakan melenyapkan nyawa Uria sulit kita tepis dari memori kita. Tidak demikian dengan TUHAN. Sejauh timur dari barat, TUHAN tidak lagi mengingat-ingat dosa Daud (Mzm. 103:12). TUHAN yang penuh kasih dan pengampunan justru mengingat kesetiaan Daud. Hati Daud yang berpaut kepada Allah dijadikan patokan TUHAN bagi keturunannya. Janji berkat serta penyertaan dikaruniakan-Nya kepada mereka yang hidup setia sama seperti Daud. Sebaliknya, keturunan Daud yang tidak sepenuh hati mengabdi kepada TUHAN ditegur dan dihukum.
Mungkin saat ini Anda merasa gagal? Anda seolah didera tanpa henti oleh pelanggaran masa lalu Anda? Rasanya percuma mempertahankan kemurnian hati di hadapan Tuhan karena buruknya sejarah hidup Anda? Sebagai orang tua, Anda kehilangan hormat dari anak-anak Anda? Ingatlah akan Daud. Pengampunan Tuhan itu sempurna. Dia bahkan jauh lebih memperhatikan hati Anda, melihat apakah Anda sungguh berpaut pada-Nya. Belum terlambat untuk hidup dan menjadi teladan bagi keturunan Anda dengan menambatkan hati sepenuhnya kepada Tuhan. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar