RENUNGAN EDISI 6 FEBRUARI 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Jumat, 04 Februari 2022

RENUNGAN EDISI 6 FEBRUARI 2022

 RENUNGAN HARIAN


RENUNGAN SENIN

Bacaan: HAGAI 1

Bacaan Setahun: Imamat 11-13

Nas: "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!" (Hagai 1:2)


Belum Waktunya

Dinamika perkembangan diri remaja sangat unik, kadang mereka merasa diri mereka sudah dewasa dan tidak ingin dikekang. Tatkala saya menasihati mereka saya selalu berkata, "Dik, belum waktunya untuk melakukan ini dan itu"-ada beberapa dari mereka yang mengerti bahwa mereka perlu mengekang hasrat dan keinginan diri sendiri untuk bertindak bebas. Namun adakalanya saat diminta tanggung jawab apalagi untuk persoalan rohani yang berguna bagi hidup mereka, mereka juga bisa pandai beralasan, "Belum waktunya kami, itu tugas orang lain."

Setelah pulang dari pembuangan, bangsa Israel diingatkan kembali untuk membangun kembali rumah Tuhan (ay. 8). Ironisnya, bangsa Israel tidak mengindahkan perintah itu, malahan mereka masih sibuk untuk membangun rumahnya masing-masing (ay. 9) dan berkata bahwa belum saatnya membangun rumah Tuhan (ay. 2). Frasa "perhatikanlah keadaanmu!" (ay. 5, 7) menjadi teguran keras agar mereka peka untuk lebih memprioritaskan hubungan pribadi dengan Tuhan ketimbang persoalan mereka yang lain. Itulah yang membuat berkat Tuhan tidak tercurah bagi hidup mereka (ay. 9-10).

Tuhanlah yang tetap menjadi prioritas utama daripada urusan-urusan pribadi yang lain. Bangsa Israel jatuh karena lebih memikirkan kemapanan diri sendiri, kita pun juga akan seperti mereka jika tidak peka dengan perintah Tuhan. Dalam kehidupan pribadi, hubungan dengan Tuhan itu penting. Siapakah kita selama ini? Hendaknya orang mengenal kita lebih cinta Tuhan daripada cinta kemapanan diri sendiri. --YDS/www.renunganharian.net

* * *
SUDAH SAATNYA MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN,
KITA SUDAH DEWASA

 


RENUNGAN SELASA 

Bacaan: MATIUS 11:2-19

Bacaan Setahun: Imamat 9-10

Nas: Lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3)


Saat Keraguan Melanda

Apakah seorang yang mengaku beriman kepada Tuhan berarti ia tidak akan pernah meragukan-Nya? Sejujurnya, dalam situasi tertentu terkadang entah timbul dalam pikiran atau mungkin juga sempat terucap, kita kerap kali meragukan-Nya. Hal inilah yang dialami oleh Yohanes Pembaptis. Ketika ia dipenjara oleh Herodes, ia menyuruh murid-muridnya untuk menanyakan kemesiasan Yesus.

Wajarkah pertanyaan seperti itu terucap dari mulut Yohanes, sang pembuka jalan bagi Mesias itu? Jika pertanyaan itu terlontar, pastilah ia punya alasannya. Yohanes, saat itu bisa jadi memikirkan Nabi Elia yang diluputkan Tuhan dari musuh-musuhnya, tapi mengapa ia dibiarkan dipenjara karena keberaniannya menegur dosa Herodes? Ia juga berpikir mengapa Mesias tidak berbuat apa-apa untuk menolongnya? Yohanes mulai ragu. Barangkali ia pun memikirkan Yesus hanyalah sosok seperti dirinya dan bukan Mesias yang sesungguhnya. Meski dilanda keraguan, Yohanes mengambil langkah yang tepat yaitu bertanya untuk mencari tahu jawabannya dari Yesus sendiri. Dan Yesus pun menjawab pertanyaan Yohanes itu.

Di saat Yohanes meragukan-Nya, Yesus tidak marah. Yesus justru menghargai kerendahan hati Yohanes yang mau bertanya kepada-Nya. Ketika sebuah persoalan membuat iman kita diombang-ambingkan dan menjadi ragu, Yesus memberikan sebuah tawaran agar kita datang kepada-Nya (Mat. 11:28). Sebab hanya dari Dialah kita mendapatkan jawaban pasti yang akan membebaskan kita dari segala keraguan. Yesus akan memberi kelegaan bagi kita! --SYS/www.renunganharian.net

* * *
SAAT KERAGUAN IMAN MELANDA, YESUS ADALAH JAWABAN PASTI
UNTUK MENGUBAH KERAGUAN ITU MENJADI PERCAYA

 


 RENUNGAN RABU

Bacaan: 2 RAJA-RAJA 8:1-6

Bacaan Setahun: Imamat 7-8

Nas: Lalu berkemaslah perempuan itu dan dilakukannyalah seperti perkataan abdi Allah itu. Ia pergi bersama-sama dengan keluarganya, lalu tinggal menetap sebagai pendatang di negeri orang Filistin tujuh tahun lamanya. (2 Raja-raja 8:2)


Mendatangkan Kebaikan

Kita tak tahu namanya. Ia hanya disebut sebagai "perempuan Sunem", sesuai nama kotanya. Ia kaya, ramah dan murah hati. Saat ia tahu bahwa Elisa adalah seorang abdi Allah, ia membangun satu kamar khusus baginya untuk beristirahat (2Raj. 4:8-37). Lalu beberapa tragedi menimpa hidupnya. Putra tunggalnya mati, namun Tuhan membangkitkannya. Kemudian, ia dan keluarganya harus meninggalkan kotanya karena kelaparan panjang menimpa negerinya. Dan saat ia kembali, rumah dan ladangnya telah dikuasai orang lain. Dalam seluruh peristiwa ini, perempuan Sunem ini tetap setia kepada Tuhan. Ia memercayai dan menaati firman Tuhan yang disampaikan oleh Elisa.

Terkait harta miliknya itu, ia datang mengadukan perkaranya kepada raja. Pada saat yang sama, sang raja sedang mendengarkan kesaksian Gehazi, pelayan Elisa, tentang mukjizat Allah. Ia menyampaikan kisah tentang perempuan Sunem dan anaknya yang hidup kembali. Dan tiba-tiba saja, perempuan itu beserta anaknya telah berdiri di hadapan mereka. Kini ia sendiri bersaksi kepada sang raja. Dan peristiwa getir di masa lalu itu kini membantunya memperoleh kembali seluruh miliknya.

Benarlah kata Rasul Paulus, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm. 8:28). Kita mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan berbagai pergumulan hidup menimpa kita. Namun ada waktunya, bahwa Dia akan memakai semua itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Sungguh suatu janji yang menghiburkan hati. --HT/www.renunganharian.net

* * *
DI BALIK BERBAGAI PERISTIWA DAN PERGUMULAN HIDUP,
TANGAN TUHAN TETAP BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI KITA



 RENUNGAN KAMIS

Bacaan: AMSAL 17

Bacaan Setahun: Imamat 4-6

Nas: Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu .... (Amsal 17:17)


Seperti Jaz

Persahabatan sejati selalu diwarnai oleh kasih. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, " kata Amsal. Salah satu wujudnya adalah kesediaan untuk mengupayakan terwujud dan terawatnya harmoni. Masalahnya: mereka yang ada dalam persahabatan itu adalah pribadi-pribadi berbeda, yang tetap membutuhkan kebebasan. Berarti, upaya mewujudkan harmoni itu harus dilakukan seraya memelihara kebebasan tiap pribadi. Itu sulit, memang. Namun, hal sulit itu dengan rela dijalani.

Anda lihat? Persahabatan itu seperti jaz. Di pentas jaz, para musisi bermain begitu rupa untuk mewujudkan harmoni dan keindahan bersama. Hal yang menonjol di sana adalah kebebasan. Upaya meraih harmoni dan keindahan dilakukan dalam kebebasan yang besar bagi tiap musisi untuk berimprovisasi sesuai gaya masing-masing. Namun, kebebasan berimprovisasi itu selalu diletakkan dalam rangka mewujudkan serta menjaga harmoni dan keindahan. Memang benar bukan? Persahabatan itu seperti jaz. Harmoni indah, yang menjadi harapan dan tujuannya, digapai dalam limpah ruah kebebasan, tempat meluap, meliuk, melejit, menggeletar, menggelegak semua bentuk dan kadar ekspresi individual, termasuk nada-nada disonan, sinkopasi-sinkopasi tak terduga, yang tak selalu mudah dimengerti. Persahabatan sejati menghormati kebebasan tiap pribadi untuk memainkan "musiknya" sendiri. Dalam pada itu, tiap pribadi menghidupi kebebasannya justru untuk mewujudkan harmoni dan keindahan yang menjadi harapan bersama. Dan itulah kasih. Iya bukan? --EE/www.renunganharian.net

* * *
PERSAHABATAN SEJATI MENGHORMATI KEBEBASAN TIAP PRIBADI
UNTUK MEMAINKAN "MUSIKNYA" SENDIRI

 

 RENUNGAN JUMAT

Bacaan: 1 RAJA-RAJA 17:7-16

Bacaan Setahun: Imamat 1-3

Nas: "... dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu." (1 Raja-raja 17:13)


Providensia Dei

Puji Tuhan, dalam usianya yang ke-83, ibu saya masih sehat. Dalam suatu percakapan telepon kami, beliau bercerita betapa bahagia dirinya manakala masih sanggup berkeliling bersama dua sahabatnya untuk melakukan kunjungan kepada anggota jemaat usia lanjut atau mereka yang membutuhkan perhatian-sebagaimana yang selalu dilakukannya sejak muda dalam perannya sebagai diaken atau penatua gereja.

Providensia Dei-sebutan latin untuk penyediaan atau pemeliharaan Allah. Ada satu kebenaran yang senantiasa berlaku di dalamnya-yaitu pemeliharaan Allah pasti berjalan seiring dengan prioritas yang dikehendaki-Nya (bdk. Mat 6:33). Penerapan praktisnya ialah memberi itu selalu mendahului menerima. Pelajaran itulah yang diperoleh seorang janda di Sarfat. Tatkala ia mendahulukan yang Allah kehendaki-memberi yang dibutuhkan nabi-Nya-dirinya menerima aliran berkat, tepung dan minyaknya tersedia berkecukupan (ay. 16). Sebab rahasianya adalah di dalam memberi, kita pun menerima.

Di mata saya, ibu adalah sosok beriman yang mengalami pemeliharaan Allah secara luar biasa dalam hidupnya. Kesediaannya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan setia sejak masa mudanya, tanpa disadarinya, telah ikut menghadirkan berkat yang mencukupkan dirinya sendiri hingga usia lanjut. Namun bukan hanya beliau. Tanyakan pada siapa saja yang berani mendahulukan tindakan memberi daripada menuntut untuk diberi, mereka pasti menjadi saksi hidup pemeliharaan Allah. --PAD/www.renunganharian.net

* * *
MANA ADA PENYALUR BERKAT TUHAN
YANG TIDAK MENGALAMI ALIRAN BERKAT-NYA?

 


 RENUNGAN SABTU

Bacaan: MAZMUR 3

Bacaan Setahun: Keluaran 40

Nas: Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang Aku! (Mazmur 3:6)


Bersyukur Bisa Tidur

Kata banyak orang, aktivitas tidur adalah hal yang menyenangkan apalagi setelah melakukan banyak kegiatan yang sifatnya menguras tenaga kita. Namun, ada beberapa orang yang dapat mengalami insomnia karena terlalu banyak hal yang dipikirkan. Ketika ada masalah, orang memang sulit untuk tidur sehingga tidak heran banyak orang hidupnya menjadi tidak maksimal karena mengabaikan tidur yang merupakan upaya hidup sehat.

Daud saat ini diserang oleh Absalom, anaknya sendiri (ay. 1) dan ia menganggap ini permasalahan yang sangat berat untuk dihadapinya (ay. 2-3, 7-8) sehingga harapan Daud tertuju hanya kepada Allah saja yang sanggup memberikan pertolongan. Walaupun menghadapi kondisi yang tertekan karena banyaknya musuh menyerang, Daud tetap bisa tidur dan percaya bahwa Tuhanlah yang akan menopang kehidupannya (ay. 6). Inilah iman Daud ketika dia menyadari masih ada Tuhan dalam hidupnya. Ketakutan Daud tidak seberapa dibanding dengan imannya akan kekuasaan Tuhan yang jauh lebih besar dari musuh-musuhnya.

Masalah boleh datang melanda kehidupan orang percaya, namun tetap ingatlah bahwa masih ada Tuhan yang sanggup menolong kita, mengapa kita harus membuat diri kita sakit karena kita terlalu memikirkannya dan kita tidak mengambil waktu tidur? Sia-sia untuk berbuat demikian karena sesungguhnya dengan tidur kita dapat merasa tenteram dan tenang dalam Allah meski banyak mengalami badai kehidupan. --YDS/www.renunganharian.net

* * *
TENANGLAH DAN TIDURLAH MESKI BADAI KEHIDUPAN MELANDA HIDUP KITA

 

"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman