RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: HAGAI 1
Bacaan Setahun: Imamat 11-13
Nas: "Beginilah firman TUHAN
semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun
kembali rumah TUHAN!" (Hagai 1:2)
Belum Waktunya
Dinamika perkembangan
diri remaja sangat unik, kadang mereka merasa diri mereka sudah dewasa dan
tidak ingin dikekang. Tatkala saya menasihati mereka saya selalu berkata,
"Dik, belum waktunya untuk melakukan ini dan itu"-ada beberapa dari
mereka yang mengerti bahwa mereka perlu mengekang hasrat dan keinginan diri
sendiri untuk bertindak bebas. Namun adakalanya saat diminta tanggung jawab
apalagi untuk persoalan rohani yang berguna bagi hidup mereka, mereka juga bisa
pandai beralasan, "Belum waktunya kami, itu tugas orang lain."
Setelah pulang dari
pembuangan, bangsa Israel diingatkan kembali untuk membangun kembali rumah
Tuhan (ay. 8). Ironisnya, bangsa Israel tidak mengindahkan perintah itu,
malahan mereka masih sibuk untuk membangun rumahnya masing-masing (ay. 9) dan
berkata bahwa belum saatnya membangun rumah Tuhan (ay. 2). Frasa
"perhatikanlah keadaanmu!" (ay. 5, 7) menjadi teguran keras agar
mereka peka untuk lebih memprioritaskan hubungan pribadi dengan Tuhan ketimbang
persoalan mereka yang lain. Itulah yang membuat berkat Tuhan tidak tercurah
bagi hidup mereka (ay. 9-10).
Tuhanlah yang tetap
menjadi prioritas utama daripada urusan-urusan pribadi yang lain. Bangsa Israel
jatuh karena lebih memikirkan kemapanan diri sendiri, kita pun juga akan
seperti mereka jika tidak peka dengan perintah Tuhan. Dalam kehidupan pribadi,
hubungan dengan Tuhan itu penting. Siapakah kita selama ini? Hendaknya orang
mengenal kita lebih cinta Tuhan daripada cinta kemapanan diri sendiri.
--YDS/www.renunganharian.net
* * *
SUDAH SAATNYA MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN,
KITA SUDAH DEWASA
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS
11:2-19
Bacaan Setahun: Imamat 9-10
Nas: Lalu menyuruh murid-muridnya
bertanya kepada-Nya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami
menantikan orang lain?" (Matius 11:3)
Saat Keraguan Melanda
Apakah seorang yang
mengaku beriman kepada Tuhan berarti ia tidak akan pernah meragukan-Nya?
Sejujurnya, dalam situasi tertentu terkadang entah timbul dalam pikiran atau
mungkin juga sempat terucap, kita kerap kali meragukan-Nya. Hal inilah yang
dialami oleh Yohanes Pembaptis. Ketika ia dipenjara oleh Herodes, ia menyuruh
murid-muridnya untuk menanyakan kemesiasan Yesus.
Wajarkah pertanyaan
seperti itu terucap dari mulut Yohanes, sang pembuka jalan bagi Mesias itu?
Jika pertanyaan itu terlontar, pastilah ia punya alasannya. Yohanes, saat itu
bisa jadi memikirkan Nabi Elia yang diluputkan Tuhan dari musuh-musuhnya, tapi
mengapa ia dibiarkan dipenjara karena keberaniannya menegur dosa Herodes? Ia
juga berpikir mengapa Mesias tidak berbuat apa-apa untuk menolongnya? Yohanes
mulai ragu. Barangkali ia pun memikirkan Yesus hanyalah sosok seperti dirinya
dan bukan Mesias yang sesungguhnya. Meski dilanda keraguan, Yohanes mengambil
langkah yang tepat yaitu bertanya untuk mencari tahu jawabannya dari Yesus
sendiri. Dan Yesus pun menjawab pertanyaan Yohanes itu.
Di saat Yohanes
meragukan-Nya, Yesus tidak marah. Yesus justru menghargai kerendahan hati
Yohanes yang mau bertanya kepada-Nya. Ketika sebuah persoalan membuat iman kita
diombang-ambingkan dan menjadi ragu, Yesus memberikan sebuah tawaran agar kita
datang kepada-Nya (Mat. 11:28). Sebab hanya dari Dialah kita mendapatkan
jawaban pasti yang akan membebaskan kita dari segala keraguan. Yesus akan
memberi kelegaan bagi kita! --SYS/www.renunganharian.net
* * *
SAAT KERAGUAN IMAN MELANDA, YESUS ADALAH JAWABAN PASTI
UNTUK MENGUBAH KERAGUAN ITU MENJADI PERCAYA
Bacaan: 2
RAJA-RAJA 8:1-6
Bacaan Setahun: Imamat 7-8
Nas: Lalu berkemaslah perempuan itu dan
dilakukannyalah seperti perkataan abdi Allah itu. Ia pergi bersama-sama dengan
keluarganya, lalu tinggal menetap sebagai pendatang di negeri orang Filistin
tujuh tahun lamanya. (2 Raja-raja 8:2)
Mendatangkan Kebaikan
Kita tak tahu namanya.
Ia hanya disebut sebagai "perempuan Sunem", sesuai nama kotanya. Ia
kaya, ramah dan murah hati. Saat ia tahu bahwa Elisa adalah seorang abdi Allah,
ia membangun satu kamar khusus baginya untuk beristirahat (2Raj. 4:8-37). Lalu
beberapa tragedi menimpa hidupnya. Putra tunggalnya mati, namun Tuhan
membangkitkannya. Kemudian, ia dan keluarganya harus meninggalkan kotanya
karena kelaparan panjang menimpa negerinya. Dan saat ia kembali, rumah dan
ladangnya telah dikuasai orang lain. Dalam seluruh peristiwa ini, perempuan
Sunem ini tetap setia kepada Tuhan. Ia memercayai dan menaati firman Tuhan yang
disampaikan oleh Elisa.
Terkait harta miliknya
itu, ia datang mengadukan perkaranya kepada raja. Pada saat yang sama, sang
raja sedang mendengarkan kesaksian Gehazi, pelayan Elisa, tentang mukjizat
Allah. Ia menyampaikan kisah tentang perempuan Sunem dan anaknya yang hidup
kembali. Dan tiba-tiba saja, perempuan itu beserta anaknya telah berdiri di
hadapan mereka. Kini ia sendiri bersaksi kepada sang raja. Dan peristiwa getir
di masa lalu itu kini membantunya memperoleh kembali seluruh miliknya.
Benarlah kata Rasul
Paulus, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi kita (Rm. 8:28). Kita mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan
membiarkan berbagai pergumulan hidup menimpa kita. Namun ada waktunya, bahwa
Dia akan memakai semua itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Sungguh suatu
janji yang menghiburkan hati. --HT/www.renunganharian.net
* * *
DI BALIK BERBAGAI PERISTIWA DAN PERGUMULAN HIDUP,
TANGAN TUHAN TETAP BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI KITA
Bacaan: AMSAL
17
Bacaan Setahun: Imamat 4-6
Nas: Seorang sahabat menaruh kasih
setiap waktu .... (Amsal 17:17)
Seperti Jaz
Persahabatan sejati
selalu diwarnai oleh kasih. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
" kata Amsal. Salah satu wujudnya adalah kesediaan untuk mengupayakan
terwujud dan terawatnya harmoni. Masalahnya: mereka yang ada dalam persahabatan
itu adalah pribadi-pribadi berbeda, yang tetap membutuhkan kebebasan. Berarti,
upaya mewujudkan harmoni itu harus dilakukan seraya memelihara kebebasan tiap
pribadi. Itu sulit, memang. Namun, hal sulit itu dengan rela dijalani.
Anda lihat? Persahabatan
itu seperti jaz. Di pentas jaz, para musisi bermain begitu rupa untuk
mewujudkan harmoni dan keindahan bersama. Hal yang menonjol di sana adalah
kebebasan. Upaya meraih harmoni dan keindahan dilakukan dalam kebebasan yang
besar bagi tiap musisi untuk berimprovisasi sesuai gaya masing-masing. Namun,
kebebasan berimprovisasi itu selalu diletakkan dalam rangka mewujudkan serta
menjaga harmoni dan keindahan. Memang benar bukan? Persahabatan itu seperti
jaz. Harmoni indah, yang menjadi harapan dan tujuannya, digapai dalam limpah
ruah kebebasan, tempat meluap, meliuk, melejit, menggeletar, menggelegak semua
bentuk dan kadar ekspresi individual, termasuk nada-nada disonan, sinkopasi-sinkopasi
tak terduga, yang tak selalu mudah dimengerti. Persahabatan sejati menghormati
kebebasan tiap pribadi untuk memainkan "musiknya" sendiri. Dalam pada
itu, tiap pribadi menghidupi kebebasannya justru untuk mewujudkan harmoni dan
keindahan yang menjadi harapan bersama. Dan itulah kasih. Iya bukan?
--EE/www.renunganharian.net
* * *
PERSAHABATAN SEJATI MENGHORMATI KEBEBASAN TIAP PRIBADI
UNTUK MEMAINKAN "MUSIKNYA" SENDIRI
Bacaan: 1
RAJA-RAJA 17:7-16
Bacaan Setahun: Imamat 1-3
Nas: "... dan bawalah kepadaku,
kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu." (1 Raja-raja 17:13)
Providensia Dei
Puji Tuhan, dalam
usianya yang ke-83, ibu saya masih sehat. Dalam suatu percakapan telepon kami,
beliau bercerita betapa bahagia dirinya manakala masih sanggup berkeliling
bersama dua sahabatnya untuk melakukan kunjungan kepada anggota jemaat usia
lanjut atau mereka yang membutuhkan perhatian-sebagaimana yang selalu
dilakukannya sejak muda dalam perannya sebagai diaken atau penatua gereja.
Providensia Dei-sebutan
latin untuk penyediaan atau pemeliharaan Allah. Ada satu kebenaran yang
senantiasa berlaku di dalamnya-yaitu pemeliharaan Allah pasti berjalan seiring
dengan prioritas yang dikehendaki-Nya (bdk. Mat 6:33). Penerapan praktisnya
ialah memberi itu selalu mendahului menerima. Pelajaran itulah yang diperoleh
seorang janda di Sarfat. Tatkala ia mendahulukan yang Allah kehendaki-memberi
yang dibutuhkan nabi-Nya-dirinya menerima aliran berkat, tepung dan minyaknya
tersedia berkecukupan (ay. 16). Sebab rahasianya adalah di dalam memberi, kita
pun menerima.
Di mata saya, ibu adalah
sosok beriman yang mengalami pemeliharaan Allah secara luar biasa dalam
hidupnya. Kesediaannya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan setia sejak masa
mudanya, tanpa disadarinya, telah ikut menghadirkan berkat yang mencukupkan
dirinya sendiri hingga usia lanjut. Namun bukan hanya beliau. Tanyakan pada
siapa saja yang berani mendahulukan tindakan memberi daripada menuntut untuk
diberi, mereka pasti menjadi saksi hidup pemeliharaan Allah.
--PAD/www.renunganharian.net
* * *
MANA ADA PENYALUR BERKAT TUHAN
YANG TIDAK MENGALAMI ALIRAN BERKAT-NYA?
Bacaan: MAZMUR
3
Bacaan Setahun: Keluaran 40
Nas: Aku membaringkan diri, lalu tidur;
aku bangun, sebab TUHAN menopang Aku! (Mazmur 3:6)
Bersyukur Bisa Tidur
Kata banyak orang,
aktivitas tidur adalah hal yang menyenangkan apalagi setelah melakukan banyak
kegiatan yang sifatnya menguras tenaga kita. Namun, ada beberapa orang yang
dapat mengalami insomnia karena terlalu banyak hal yang dipikirkan. Ketika ada
masalah, orang memang sulit untuk tidur sehingga tidak heran banyak orang
hidupnya menjadi tidak maksimal karena mengabaikan tidur yang merupakan upaya
hidup sehat.
Daud saat ini diserang
oleh Absalom, anaknya sendiri (ay. 1) dan ia menganggap ini permasalahan yang
sangat berat untuk dihadapinya (ay. 2-3, 7-8) sehingga harapan Daud tertuju
hanya kepada Allah saja yang sanggup memberikan pertolongan. Walaupun
menghadapi kondisi yang tertekan karena banyaknya musuh menyerang, Daud tetap
bisa tidur dan percaya bahwa Tuhanlah yang akan menopang kehidupannya (ay. 6).
Inilah iman Daud ketika dia menyadari masih ada Tuhan dalam hidupnya. Ketakutan
Daud tidak seberapa dibanding dengan imannya akan kekuasaan Tuhan yang jauh
lebih besar dari musuh-musuhnya.
Masalah boleh datang
melanda kehidupan orang percaya, namun tetap ingatlah bahwa masih ada Tuhan
yang sanggup menolong kita, mengapa kita harus membuat diri kita sakit karena
kita terlalu memikirkannya dan kita tidak mengambil waktu tidur? Sia-sia untuk
berbuat demikian karena sesungguhnya dengan tidur kita dapat merasa tenteram
dan tenang dalam Allah meski banyak mengalami badai kehidupan.
--YDS/www.renunganharian.net
* * *
TENANGLAH DAN TIDURLAH MESKI BADAI KEHIDUPAN MELANDA HIDUP KITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar