RENUNGAN EDISI 20 FEBRUARI 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Februari 2022

RENUNGAN EDISI 20 FEBRUARI 2022

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN SENIN

Bacaan: PENGKHOTBAH 9:1-10

Bacaan Setahun: Bilangan 5-6

Nas: Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu ... karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari. (Pengkhotbah 9:9)


Menikmati Hidup Bersama Pasangan

Kondisi pandemi membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, termasuk dalam menjalankan pekerjaan yang dikenal dengan work from home. Beraktivitas lebih banyak di rumah bagi seorang yang sudah menikah berarti intensitas pertemuan dengan pasangan akan jauh lebih sering. Kondisi ini disyukuri oleh sebagian pasangan yang sudah lama berharap dapat lebih banyak bersama pasangan. Namun, sebagian pasangan justu merasa kurang nyaman karena harus berada lebih lama di rumah, karena relasi yang selama ini kurang terjalin dengan baik.

Ketika mencermati kehidupan manusia, Pengkhotbah tak luput menyoroti kehidupan pernikahan, lalu memberi nasihat: "Nikmatilah hidup bersama istri yang kaukasihi seumur hidupmu." Kata "kasih" menjadi kunci dalam nasihat tersebut. Sungguh mustahil rasanya ada pasangan yang dapat menikmati kebersamaan tanpa ada kasih yang terjalin di antara mereka. Nasihat agar menikmati relasi dalam kasih ini pun diyakini oleh Pengkhotbah dapat terjalin seumur hidup, sebagai paket kebahagiaan hidup yang Allah karuniakan dalam usia manusia yang terbatas itu.

Tentu bukanlah perkara mudah menjalani hidup saling mengasihi seumur hidup. Terlebih bila kita mengingat bahwa di dalam kasih ada kesabaran, kemurahan hati, tidak boleh cemburu, dan lain sebagainya (1Kor. 13:4-7). Namun, firman Tuhan juga menegaskan bahwa kasih tidak berkesudahan (1Kor. 13:8). Suatu penegasan yang sungguh memberi harapan bagi mereka yang ingin menikmati kehidupan dalam kasih bersama pasangan, sampai maut memisahkan. --GHJ/www.renunganharian.net

                                * * *                                
KEHIDUPAN PERNIKAHAN YANG DIJALANI
DENGAN SALING MENGASIHI AKAN TERASA NIKMAT.

* * *

RENUNGAN SELASA
Bacaan: GALATIA 4:8-16

Bacaan Setahun: Bilangan 7

Nas: Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? (Galatia 4:16)


Cubitan Cinta

Semula, jemaat Galatia hidup setia di jalan Tuhan (ay. 13-15a). Namun kemudian, mereka banyak membelakangi Tuhan (ay. 9-11). Dengan penuh kasih, Rasul Paulus mengingatkan mereka agar kembali ke jalan Tuhan. Tetapi, koreksi penuh cinta itu disambut negatif. Jemaat Galatia justru menganggap koreksi itu sebagai sikap permusuhan terhadap mereka. Rupanya, apa pun perbuatan mereka, mereka hanya mau menerima persetujuan dan sanjungan. Betapa pun jauh mereka tersesat, mereka tidak bersedia menerima koreksi. Dengan prihatin, Rasul Paulus bertanya, "Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?" (ay. 16).

Sebuah pepatah Sisilia mengatakan, "Only your real friend will tell you when your face is dirty." Hanya sahabat sejati yang akan mengatakan kepadamu ketika wajahmu kotor. Hanya orang yang peduli dan menginginkan kebaikan kitalah yang akan jujur dan penuh kasih memberikan koreksi pada kita. Orang yang membiarkan kita bergelimang dalam dosa adalah orang yang tidak mengasihi kita. Orang yang tahu wajah kita kotor tetapi mengatakan wajah kita bersih adalah orang yang tidak jujur, tidak mengasihi kita, dan bukan seorang sahabat.

Jujur dan penuh kasih adalah sikap seorang sahabat. Koreksi yang jujur dan penuh kasih adalah cubitan cinta seorang sahabat. Orang yang tidak jujur dan tidak mengasihi tidak siap menjadi sahabat. Dan, orang yang hanya mau mendengar persetujuan atau sanjungan, tetapi menolak cubitan cinta seorang sahabat, adalah orang yang tidak menginginkan persahabatan. --EE/www.renunganharian.net

* * *
KOREKSI JUJUR YANG DIBERIKAN DENGAN PENUH KASIH
ADALAH CUBITAN CINTA SEORANG SAHABAT.

* * *

RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 SAMUEL 3

Bacaan Setahun: Bilangan 8-9

Nas: Lalu Samuel memberitahukan semuanya itu kepadanya dengan tidak menyembunyikan sesuatu pun. (1 Samuel 3:18)


Ketika Mulut Seolah Terkatup

Pernah suatu kali saya mencoba memasukkan adik teman saya ke suatu pekerjaan. Setelah melakukan wawancara, si bos memberitahu saya kalau ia tidak diterima. Beliau kemudian meminta saya menyampaikan keputusan ini kepadanya. Namun, karena merasa tidak enak, saya hanya diam saja. Saya berpikir, "Kalau ia tidak dihubungi kembali, tentulah ia sudah tahu kalau ia tidak diterima."

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada saat di mana kita harus menyampaikan kabar buruk kepada seseorang, entah itu kabar kecelakaan, kegagalan, kehilangan, atau kematian. Menyampaikan kabar buruk memang bukan perkara mudah. Ada perasaan tidak tega, badan menjadi kaku, dan mulut seolah terkatup tidak mampu mengutarakan apa-apa. Hal demikianlah yang juga dirasakan Samuel kecil tatkala Tuhan memberitahukan kepadanya mengenai hukuman yang hendak ditimpakan-Nya ke keluarga imam Eli. Sekiranya mungkin, Samuel ingin menyembunyikan rapat-rapat perkara itu. Namun, hal itu jelas tidak mungkin karena malam itu-karena kekeliruannya mengenali suara Tuhan-imam Eli jadi tahu kalau Tuhan sudah memanggil dan menyampaikan sesuatu kepada Samuel.

Ketika kita harus menyampaikan kabar buruk kepada seseorang, jangan pernah berpikir kalau Tuhan sedang menimpakan sebuah beban berat di pundak kita. Sebaliknya, pandanglah diri kita sebagai orang-orang kepercayaan Tuhan yang mengemban misi untuk tidak sekadar menyampaikan kabar buruk, melainkan menguatkan dan menghibur hati mereka. Ya, sudah menjadi tugas kita untuk meyakinkan setiap orang bahwa bersama Tuhan, pasti selalu ada harapan. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
KETIKA KABAR BURUK DISAMPAIKAN DENGAN PENGHIBURAN DAN KEKUATAN,
HAL TERSEBUT AKAN MEMUNCULKAN IMAN DAN PENGHARAPAN.

* * *

RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MATIUS 5:13-16

Bacaan Setahun: Bilangan 10-11

Nas: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." (Matius 5:16)


Tidak Melakukan Apa-Apa

Suatu kali saya menelepon seorang teman. Sebelum mengutarakan maksud yang sesungguhnya saya pun menanyakan, apakah saya mengganggunya. Ia menjawab, "Ah, tentu saja tidak. Aku sedang tidak ngapa-ngapain kok!" Maksud dari kata "tidak ngapa-ngapain" yang dikatakannya adalah bahwa ia sedang menghabiskan waktu dengan duduk santai di teras rumah.

Duduk santai sering dianggap sebagai sebuah kegiatan yang tidak penting. Karena itu sebagian orang membahasakannya dengan sedang tidak melakukan apa-apa. Padahal, dengan duduk pun kita dapat menyatakan kasih. Ketika kita duduk diam di ruang tunggu sebuah rumah sakit untuk menemani seorang teman yang suami/istrinya sedang menjalani operasi misalnya.

Menyatakan kasih tak selalu harus dengan tindakan spektakuler, sarana yang mewah, modal besar, perencanaan yang pelik, juga kemampuan merangkai nasihat dan kalimat penghiburan yang alkitabiah. Adakalanya nasihat dan kalimat penghiburan malah memperkeruh keadaan. Pada saat-saat tertentu seseorang yang sedang bergumul hanya perlu ditemani atau didengarkan keluh kesahnya. Dengan meluangkan waktu untuk menemani mereka di tengah kesendirian dan pergumulan, kehadiran kita sudah sangat menolong. Karena itu sesungguhnya tidak ada orang yang tidak dapat mengasihi. Tidak ada tindakan yang terlalu remeh untuk menyatakan kasih. Seumpama lilin yang mampu menerangi ruangan meski hanya sebatang, sekecil apa pun tindakan kasih akan memberi dampak. Bahkan memedulikan hal kecil melatih kita untuk peduli pada hal yang lebih besar. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
TIDAK ADA KASIH YANG TERLALU REMEH UNTUK DILAKUKAN.

* * *

 

RENUNGAN JUMAT
Bacaan: RUT 1:1-18

Bacaan Setahun: Bilangan 12-13

Nas: Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allah (Rut 1:16)


Uji Kesetiaan

Setelah melahirkan anak keempat, istri pak Suyatno tiba-tiba lumpuh total. Setiap hari pak Suyatno membersihkan kotoran, memandikan, menyuapi, dan mengangkatnya kembali ke tempat tidur. Sebelum berangkat bekerja, istrinya didudukkan di depan televisi supaya ia tidak kesepian. Pak Suyatno selalu mengajak istrinya berbincang walaupun ia tahu istrinya hanya bisa memandang tanpa sedikit pun menanggapi. Hal itu pun sudah cukup membuat pak Suyatno senang. Dua puluh lima tahun pak Suyatno menunjukkan kesetiaannya sambil membesarkan keempat anaknya. Tidak pernah sedikit pun pak Suyatno mengeluh bahkan ia tidak mengizinkan ketika anak-anaknya ingin menjaga ibunya.

Setia hanyalah sebuah kata singkat, mudah diucapkan, namun tidak mudah membuktikannya. Seseorang mungkin bisa berlaku setia ketika situasi begitu menyenangkan hatinya, tetapi bagaimana jika situasi berubah menjadi begitu buruk? Apakah ia akan tetap setia? Apakah kita setia kepada suami atau istri kita seperti janji yang pernah kita ucapkan di hadapan Tuhan? Apakah kita setia kepada Tuhan seperti komitmen kita mula-mula? Ketika situasi tidak menyenangkan, pada akhirnya kesetiaan itu akan terbukti.

Naomi sudah sangat tua, kehilangan segalanya, dan hidupnya begitu pahit. Itulah sebabnya ia meminta Rut, menantunya itu pergi meninggalkannya. Tetapi Rut menolaknya. Rut tetap konsisten dengan komitmennya untuk menemani, mengikuti, dan merawat mertuanya itu sepahit apa pun situasinya. Apakah kita memegang erat komitmen kesetiaan kita? --SYS/www.renunganharian.net

* * *
KESETIAAN KITA BELUMLAH TERUJI PADA SAAT SITUASI BERJALAN BAIK,
JUSTRU DI SAAT-SAAT TERBURUKLAH AKAN TERBUKTI
APAKAH KITA ADALAH ORANG YANG SETIA.

* * *

RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 3:13-17

Bacaan Setahun: Bilangan 14-15

Nas: Lalu jawab Yesus kepadanya, "Biarlah hal itu terjadi sekarang, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Matius 3:15)


Bapak Saja yang Bicara

Ibu itu mengadu kepada pendeta dan meminta agar beliau menyampaikan nasihat tertentu kepada suaminya. Dalam pandangan pendeta, nasihat yang diminta ibu itu wajar dan isinya pun benar. Namun terdorong rasa penasaran pendeta bertanya, "Mengapa Ibu tidak menyampaikannya sendiri?" Jawaban yang diterima pendeta berbunyi, "Bapak saja, kalau saya yang berbicara dia tak akan mendengarkan, Pak Pendeta."

Ketika Yesus datang kepada Yohanes untuk minta dibaptiskan, sosok si pembaptis di sungai Yordan itu menyampaikan keengganannya seraya bertanya, "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, namun Engkau yang datang kepadaku?" (ay. 14). Sungguh menarik jawaban Yesus. Dia tidak dipusingkan oleh siapa membaptiskan siapa, melainkan mengutamakan hal kebenaran yang harus terjadi seturut kehendak Allah-pembaptisan-Nya. Tatkala Yohanes terkecoh oleh hal "siapa", Yesus tetap berkonsentrasi pada hal "apa". Itulah salah satu bukti kerendahan hati yang mengawali kesediaan-Nya untuk dibaptis oleh Yohanes.

Sangat nyata, dalam hidup ini manusia lebih banyak dipengaruhi oleh hal "siapa" ketimbang "apa". Subjektif ketimbang objektif. Yang membuat telinga kita mendengar bukan apa yang disampaikan, melainkan siapa yang mengatakannya. Tidak heran, banyak keluh kesah tidak didengar walau isinya benar. Orang tebang pilih serba memandang muka. Kita patut mewaspadai kecondongan diri untuk lebih memandang siapa yang bicara, sementara materi yang diusungnya menjadi nomor kesekian. Semoga kita tidak seperti itu-jika kita benar-benar pengikut Yesus.

* * *
UJIAN KERENDAHHATIAN ADA PADA KESEDIAAN KITA
UNTUK MENYAMBUT KEBENARAN-TAK PEDULI DATANGNYA DARI MANA.

* * *

 

"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA#Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman