RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN
SENIN
Bacaan: HAKIM-HAKIM
12:1-7
Bacaan Setahun: Bilangan 19-20
Nas: Maka mereka berkata kepadanya:
"Coba katakan dahulu: syibolet." Jika ia berkata: sibolet, jadi tidak
dapat mengucapkannya dengan tepat, maka mereka menangkap dia dan menyembelihnya
dekat tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan itu. Pada waktu itu tewasl
(Hakim-hakim 12:6)
Syibolet
Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa memetakan dan memverifikasi bahwa ada 801 bahasa daerah di
Indonesia pada tahun 2019. Itu belum termasuk perbedaan dalam dialek atau logat
satu bahasa. Keragaman ini bisa dinilai negatif atau positif. Semua tergantung
cara pandang kita.
Perbedaan ini dapat
dilihat sebagai sekat pemisah antarsuku bangsa. Seperti terjadi saat Yefta
menjadi hakim Israel. Yefta telah mengalahkan musuh Israel yang memperbudak
mereka bertahun-tahun, namun suku Efraim bukannya bersyukur. Mereka malah
mengancam membunuh Yefta karena mereka tidak dilibatkan dalam perang itu. Lalu
Yefta mengerahkan pasukannya memerangi suku Efraim. Mereka pun kocar-kacir dan
melarikan diri. Ternyata pasukan Yefta juga telah menjaga tempat-tempat
penyeberangan. Siapa pun yang hendak menyeberang, diminta mengucapkan satu
kata, yakni "syibolet" yang artinya "bagian batang tanaman yang
memiliki bulir". Orang Efraim melafalkannya "sibolet" sesuai
logat bahasa mereka. Dan itu berarti kematian bagi 42 ribu orang pada hari itu.
Namun perbedaan bahasa
dan dialek juga bisa dimaknai sebagai kekayaan yang sangat berharga. Itu
mengandung sejarah, budaya dan ragam filosofi kearifan lokal. Seharusnya
dihargai dan dilestarikan. Juga digunakan untuk hal-hal yang membangun. Kabar
baiknya, penebusan Kristus juga meliputi semua penutur bahasa. Kelak, kita juga
akan menyaksikan orang-orang dari segala bahasa memuji Allah di surga (Why.
5:9; 7:9). Dan itu dapat kita lakukan juga mulai saat ini, dengan bahasa atau
dialek kita sendiri. --HT/www.renunganharian.net
* * *
KITA HENDAKNYA MEMPERGUNAKAN KERAGAMAN BAHASA DAN DIALEK,
UNTUK MEMBANGUN SESAMA SERTA MENGAGUNGKAN NAMA TUHAN.
* * *
RENUNGAN
SELASA
Bacaan: MAZMUR
139
Bacaan Setahun: Bilangan 21-22
Nas: Ke mana aku dapat pergi menjauhi
roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)
Bersembunyi
Manusia memiliki natur
untuk bersembunyi jika sudah melakukan kesalahan. Sebuah peribahasa mengatakan:
lempar batu, sembunyi tangan. Bersembunyi ada berbagai macam bentuknya: ada
yang langsung menghilangkan jejak, membela diri, atau melakukan aktivitas yang
baik tetapi untuk menutupi kesalahannya tersebut. Sepertinya aman saat
bersembunyi dan orang lain tidak akan mengetahuinya.
Pemazmur begitu sedih
sehingga ia mengharapkan kegelapan saja yang meliputinya (ay. 11) dan ia
rasanya ingin berlari menjauh, tetapi Allah tetaplah tahu (ay. 7). Pemazmur
melakukan kesalahan karena hatinya sudah membenci orang yang menganiaya dia
(ay. 21-22), dan ia tahu bahwa itu salah sehingga ia bersembunyi, tetapi karena
ia tahu Allah Mahatahu, maka ia mengijinkan Allah untuk menyelidiki dan
mengenal hatinya bahkan menguji segala pikirannya (ay. 23) dan berharap Allah
menuntun (ay. 24). Allah yang menciptakan manusia dan sungguh tidak terselami
kasih-Nya kepada kita, masakan Ia tidak dapat menolong kita mengenal
kehendak-Nya?
Allah itu Mahatahu. Dia
juga tahu apa yang kita lakukan-tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Jika
sudah tahu demikian, maka tidak ada alasan untuk kita semakin menjauh dan
menolak untuk dikoreksi Allah. Lebih baik mendekat pada Allah dan berharap
Allah akan menolong untuk membuat kita sadar akan dosa dan mulai belajar untuk
memahami kehendak-Nya. Jangan cenderung menguasai diri kita, biarlah Allah yang
menguasainya. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
ALLAH MAU MENUNTUN DAN MENGOREKSI KESALAHAN KITA,
JANGAN BERSEMBUNYI DARI HADAPAN-NYA.
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ULANGAN
7:1-11
Bacaan Setahun: Bilangan 23-25
Nas: "Bukan karena lebih banyak
jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih
kamu-bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?" (Ulangan
7:7)
Bukan Kekurangan
Adakah manusia yang tidak
memiliki kekurangan? Setiap manusia pasti memiliki kekurangan, oleh karena itu
sering kali manusia mendambakan kesempurnaan dalam hidupnya, supaya dapat
menutupi kekurangannya. Akan tetapi, alih-alih mencapai kesempurnaan,
kekurangan kita justru semakin bertambah karena kita tidak bisa melihat diri
kita sendiri. Daripada menyikapi setiap kekurangan kita, kita justru semakin
tergoda untuk mencari kesempurnaan diri, karena kita merasa bahwa kita lebih
baik dari orang lain.
Bangsa Israel sendiri
adalah bangsa yang terkecil bila dibandingkan dengan lawan-lawannya. Hal itu
jelas menjadi kekurangan mereka karena besarnya sebuah bangsa, dapat menentukan
hasil peperangan pada saat itu. Tetapi Allah tidak melihat hal itu sebagai
kekurangan mereka. Allah melihat bangsa Israel sebagai bangsa yang
dikasihi-Nya. Pada titik inilah bangsa Israel diingatkan oleh Allah, bahwa
hanya karena kasih-Nya, maka mereka mampu menghalau bangsa-bangsa yang lebih
besar. Oleh karena kasih Allah pada umat-Nya itulah, maka bangsa Israel harus
tetap setia kepada Allah, dan tidak tergoda dengan hal-hal yang menggoda
kemanusiaan mereka yang tidak sempurna.
Dalam menjalani hidup,
sering kali kita hanya fokus pada kekurangan kita, dan dengan berbagai cara
kita berusaha untuk menutupi kekurangan kita. Kita lupa bahwa sejatinya kita
memang makhluk dengan kekurangan, dan ada Allah yang mengasihi kita. Oleh
karena itu, sudah seharusnya kita menjalani hidup dengan tetap setia pada
Allah, karena kita dimampukan di dalam-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
JANGANLAH BERKECIL HATI KARENA KEKURANGANMU,
KARENA ALLAH TETAP MENGASIHI KITA.
* * *
RENUNGAN
KAMIS
Bacaan: KEJADIAN
41:8-14, 40
Bacaan Setahun: Bilangan 26-27
Nas: Kemudian Firaun menyuruh memanggil
Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian,
lalu pergi menghadap Firaun. (Kejadian 41:14)
Tak Pernah Terpenjara
Mimpi yang luar biasa
itu amat menggelisahkan hati Firaun. Tetapi, tak satu pun cendekiawan Mesir
bisa meraba artinya. Ketika itulah, kepala juru minuman Firaun ingat pada Yusuf
(ay. 9-13). Ketika itu pula, Yusuf akhirnya keluar dari penjara (ay. 14),
bahkan ia diangkat menjadi raja muda Mesir, menjadi orang nomor dua di negeri
yang besar itu (ay. 40).
Ya, Yusuf keluar dari
penjara.
Tetapi, benarkah Yusuf
pernah terpenjara?
Karena fitnah istri
Potifar, Yusuf memang pernah dipenjarakan. Tetapi, dia tak pernah terpenjara
oleh keterpenjaraannya. Yusuf pernah diperjualbelikan sebagai budak. Tetapi,
dia tak pernah teperbudak oleh siapa pun maupun oleh apa pun. Dia dijual
sebagai budak. Tetapi hati dan integritasnya di hadapan Tuhan dan sesama tak
pernah terjual. Ia bukan orang yang dapat dibeli. Yusuf banyak disakiti oleh
sesamanya: oleh orang lain, bahkan oleh saudaranya. Tetapi, tak pernah ia
terpenjara oleh sakit hati kepada mereka yang menyakitinya.
Yusuf tak pernah
terpenjara, tak pernah terbeli, tak pernah teperbudak. Dia seorang man of
principle, orang yang teguh berpegang pada prinsip yang benar, di mana pun dia
berada, siapa pun yang ia hadapi, apa pun yang menimpanya. Dia mampu menentukan
dirinya sendiri, dan tetap menjadi diri sendiri. Dia orang yang merdeka, mampu
membebaskan diri dari desakan maupun seretan negatif baik di dalam maupun di
luar dirinya.
Seraya memohon
pertolongan Tuhan, kita sungguh patut berjuang untuk mengarahkan diri menuju
kualitas pribadi seperti itu. --EE/www.renunganharian.net
* * *
ORANG YANG TEGUH BERJALAN DI ATAS PRINSIP TAK PERNAH TERPENJARA,
TAK PERNAH TERBELI, TAK PERNAH TEPERBUDAK.-O.S. RAILLE
* * *
RENUNGAN
JUMAT
Bacaan: HAKIM-HAKIM
8:4-21
Bacaan Setahun: Bilangan 28-29
Nas: Tetapi jawab para pemuka di Sukot
itu: "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami
harus memberikan roti kepada tentaramu?" (Hakim-hakim 8:6)
Syarat dan Ketentuan
Roti
Seorang pegawai ketika
diajak oleh rekannya menjenguk rekan mereka lainnya di rumah sakit, menolak dan
berkata, "Tidak, bulan lalu ketika aku sakit, ia tidak datang
menjengukku!" Banyak orang suka timbang-menimbang sebelum melakukan
kebaikan. Ketulusan sepertinya dapat dikelompokkan sebagai barang langka di
dunia.
Orang Sukot dan orang
Pnuel juga merupakan contoh tipe manusia yang suka timbang-menimbang sebelum
melakukan kebaikan. Ketika Gideon meminta beberapa roti untuk rakyat yang
mengikutinya dalam pengejaran terhadap Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian,
kedua penduduk tersebut malah mengatakan, "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu
ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentaramu?"
(ay. 6, 8). Rupanya, mereka mau memberi roti hanya jika syarat dan ketentuan
dipenuhi. Tindakan mereka sungguh kontras dengan kebenaran firman Tuhan yang
mengatakan, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak
menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya" (Ams. 3:27). Perhatikan
bahwa tidak ada syarat dan ketentuan ditetapkan bagi pihak penerima
pertolongan! Syarat dan ketentuan tersebut justru ada pada pihak pemberi
pertolongan yaitu: ... engkau mampu menolongnya.
Bukannya memberi
keuntungan, roti disertai syarat dan ketentuan justru mendatangkan kemalangan.
Pada akhirnya, Gideon menghajar orang-orang Sukot, merobohkan menara Pnuel, dan
membunuh orang-orang kota itu (ay. 16-17). Faktanya, Tuhan juga tidak berkenan
apabila kebaikan kita dibumbui syarat dan ketentuan apa pun. Mulai sekarang,
mari melakukan kebaikan dengan penuh ketulusan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
JIKA SYARAT DAN KETENTUAN DITETAPKAN DALAM SETIAP KEBAIKAN,
KITA TIDAK AKAN PERNAH LAYAK MENERIMA KEBAIKAN TUHAN.
* * *
RENUNGAN
SABTU
Bacaan: MARKUS
6:14-29
Bacaan Setahun: Bilangan 30-31
Nas: Karena itu Herodias menaruh dendam
pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat. (Markus
6:19)
Meredam Dendam
Dendam ialah keinginan
keras untuk membalas suatu perbuatan, umumnya berkaitan dengan kejahatan.
Dendam muncul karena adanya kemarahan di dalam diri atas perlakuan seseorang
terhadap kita. Jika tidak diatasi, dendam akan semakin membara dan
membahayakan, baik kepada orang yang menjadi sasaran kemarahan itu, maupun
kepada diri sendiri. Tak terhitung lagi kasus kriminal bermotif dendam.
Herodias menyimpan
dendam kepada Yohanes Pembaptis, karena sang nabi menegur dosanya. Perempuan
itu meninggalkan suaminya (Filipus), lalu kawin dengan iparnya, yaitu adik
suaminya sendiri, Herodes Antipas. "Tidak boleh engkau mengambil istri
saudaramu!" tegur Yohanes kepada Herodes. Sejak itu, Herodias berupaya
membunuhnya, tetapi tidak dapat. Sekalipun Herodes menggunakan kuasanya untuk
memenjarakan Yohanes, tetapi ia merasa segan, bahkan simpatik kepadanya (ay.
20).
Lalu saat Herodes
merayakan ulang tahun, dan tarian putri Herodias menyenangkan hatinya, ia
berjanji mengabulkan apa pun permintaannya. Herodias memanfaatkan momentum itu.
Melalui putrinya, dendamnya terlampiaskan. Yohanes dibunuh. Herodias pun merasa
menang. Namun sebenarnya, ia malah hanya menambah dosa.
Dendam hanya akan
membuat kita remuk redam. Bikin wajah suram dan muram. Melahirkan tindakan
kejam dan berakhir di neraka jahanam. Bahkan saat ia terlampiaskan, kita tetaplah
rugi. Karenanya, sifat itu perlu diredam. Kita harus rela koreksi diri.
Bertobat. Mengampuni. Maka hati kita pun menjadi adem dan tenteram.
--HT/www.renunganharian.net
* * *
SEBELUM KITA MENJADI REMUK REDAM KARENA DENDAM,
MARI KOREKSI DIRI DAN JANGAN BIARKAN NYALA KASIH MENJADI PADAM.
* * *
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar