RENUNGAN EDISI 27 FEBRUARI 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Februari 2022

RENUNGAN EDISI 27 FEBRUARI 2022

 

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN SENIN
Bacaan: HAKIM-HAKIM 12:1-7

Bacaan Setahun: Bilangan 19-20

Nas: Maka mereka berkata kepadanya: "Coba katakan dahulu: syibolet." Jika ia berkata: sibolet, jadi tidak dapat mengucapkannya dengan tepat, maka mereka menangkap dia dan menyembelihnya dekat tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan itu. Pada waktu itu tewasl (Hakim-hakim 12:6)


Syibolet

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memetakan dan memverifikasi bahwa ada 801 bahasa daerah di Indonesia pada tahun 2019. Itu belum termasuk perbedaan dalam dialek atau logat satu bahasa. Keragaman ini bisa dinilai negatif atau positif. Semua tergantung cara pandang kita.

Perbedaan ini dapat dilihat sebagai sekat pemisah antarsuku bangsa. Seperti terjadi saat Yefta menjadi hakim Israel. Yefta telah mengalahkan musuh Israel yang memperbudak mereka bertahun-tahun, namun suku Efraim bukannya bersyukur. Mereka malah mengancam membunuh Yefta karena mereka tidak dilibatkan dalam perang itu. Lalu Yefta mengerahkan pasukannya memerangi suku Efraim. Mereka pun kocar-kacir dan melarikan diri. Ternyata pasukan Yefta juga telah menjaga tempat-tempat penyeberangan. Siapa pun yang hendak menyeberang, diminta mengucapkan satu kata, yakni "syibolet" yang artinya "bagian batang tanaman yang memiliki bulir". Orang Efraim melafalkannya "sibolet" sesuai logat bahasa mereka. Dan itu berarti kematian bagi 42 ribu orang pada hari itu.

Namun perbedaan bahasa dan dialek juga bisa dimaknai sebagai kekayaan yang sangat berharga. Itu mengandung sejarah, budaya dan ragam filosofi kearifan lokal. Seharusnya dihargai dan dilestarikan. Juga digunakan untuk hal-hal yang membangun. Kabar baiknya, penebusan Kristus juga meliputi semua penutur bahasa. Kelak, kita juga akan menyaksikan orang-orang dari segala bahasa memuji Allah di surga (Why. 5:9; 7:9). Dan itu dapat kita lakukan juga mulai saat ini, dengan bahasa atau dialek kita sendiri. --HT/www.renunganharian.net

* * *
KITA HENDAKNYA MEMPERGUNAKAN KERAGAMAN BAHASA DAN DIALEK,
UNTUK MEMBANGUN SESAMA SERTA MENGAGUNGKAN NAMA TUHAN.

* * *

 

RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR 139

Bacaan Setahun: Bilangan 21-22

Nas: Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)


Bersembunyi

Manusia memiliki natur untuk bersembunyi jika sudah melakukan kesalahan. Sebuah peribahasa mengatakan: lempar batu, sembunyi tangan. Bersembunyi ada berbagai macam bentuknya: ada yang langsung menghilangkan jejak, membela diri, atau melakukan aktivitas yang baik tetapi untuk menutupi kesalahannya tersebut. Sepertinya aman saat bersembunyi dan orang lain tidak akan mengetahuinya.

Pemazmur begitu sedih sehingga ia mengharapkan kegelapan saja yang meliputinya (ay. 11) dan ia rasanya ingin berlari menjauh, tetapi Allah tetaplah tahu (ay. 7). Pemazmur melakukan kesalahan karena hatinya sudah membenci orang yang menganiaya dia (ay. 21-22), dan ia tahu bahwa itu salah sehingga ia bersembunyi, tetapi karena ia tahu Allah Mahatahu, maka ia mengijinkan Allah untuk menyelidiki dan mengenal hatinya bahkan menguji segala pikirannya (ay. 23) dan berharap Allah menuntun (ay. 24). Allah yang menciptakan manusia dan sungguh tidak terselami kasih-Nya kepada kita, masakan Ia tidak dapat menolong kita mengenal kehendak-Nya?

Allah itu Mahatahu. Dia juga tahu apa yang kita lakukan-tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Jika sudah tahu demikian, maka tidak ada alasan untuk kita semakin menjauh dan menolak untuk dikoreksi Allah. Lebih baik mendekat pada Allah dan berharap Allah akan menolong untuk membuat kita sadar akan dosa dan mulai belajar untuk memahami kehendak-Nya. Jangan cenderung menguasai diri kita, biarlah Allah yang menguasainya. --YDS/www.renunganharian.net

* * *
ALLAH MAU MENUNTUN DAN MENGOREKSI KESALAHAN KITA,
JANGAN BERSEMBUNYI DARI HADAPAN-NYA.

* * *


RENUNGAN RABU
Bacaan: ULANGAN 7:1-11

Bacaan Setahun: Bilangan 23-25

Nas: "Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu-bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?" (Ulangan 7:7)


Bukan Kekurangan

Adakah manusia yang tidak memiliki kekurangan? Setiap manusia pasti memiliki kekurangan, oleh karena itu sering kali manusia mendambakan kesempurnaan dalam hidupnya, supaya dapat menutupi kekurangannya. Akan tetapi, alih-alih mencapai kesempurnaan, kekurangan kita justru semakin bertambah karena kita tidak bisa melihat diri kita sendiri. Daripada menyikapi setiap kekurangan kita, kita justru semakin tergoda untuk mencari kesempurnaan diri, karena kita merasa bahwa kita lebih baik dari orang lain.

Bangsa Israel sendiri adalah bangsa yang terkecil bila dibandingkan dengan lawan-lawannya. Hal itu jelas menjadi kekurangan mereka karena besarnya sebuah bangsa, dapat menentukan hasil peperangan pada saat itu. Tetapi Allah tidak melihat hal itu sebagai kekurangan mereka. Allah melihat bangsa Israel sebagai bangsa yang dikasihi-Nya. Pada titik inilah bangsa Israel diingatkan oleh Allah, bahwa hanya karena kasih-Nya, maka mereka mampu menghalau bangsa-bangsa yang lebih besar. Oleh karena kasih Allah pada umat-Nya itulah, maka bangsa Israel harus tetap setia kepada Allah, dan tidak tergoda dengan hal-hal yang menggoda kemanusiaan mereka yang tidak sempurna.

Dalam menjalani hidup, sering kali kita hanya fokus pada kekurangan kita, dan dengan berbagai cara kita berusaha untuk menutupi kekurangan kita. Kita lupa bahwa sejatinya kita memang makhluk dengan kekurangan, dan ada Allah yang mengasihi kita. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menjalani hidup dengan tetap setia pada Allah, karena kita dimampukan di dalam-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net

* * *
JANGANLAH BERKECIL HATI KARENA KEKURANGANMU,
KARENA ALLAH TETAP MENGASIHI KITA.

* * *

 

RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 41:8-14, 40

Bacaan Setahun: Bilangan 26-27

Nas: Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun. (Kejadian 41:14)


Tak Pernah Terpenjara

Mimpi yang luar biasa itu amat menggelisahkan hati Firaun. Tetapi, tak satu pun cendekiawan Mesir bisa meraba artinya. Ketika itulah, kepala juru minuman Firaun ingat pada Yusuf (ay. 9-13). Ketika itu pula, Yusuf akhirnya keluar dari penjara (ay. 14), bahkan ia diangkat menjadi raja muda Mesir, menjadi orang nomor dua di negeri yang besar itu (ay. 40).

Ya, Yusuf keluar dari penjara.

Tetapi, benarkah Yusuf pernah terpenjara?

Karena fitnah istri Potifar, Yusuf memang pernah dipenjarakan. Tetapi, dia tak pernah terpenjara oleh keterpenjaraannya. Yusuf pernah diperjualbelikan sebagai budak. Tetapi, dia tak pernah teperbudak oleh siapa pun maupun oleh apa pun. Dia dijual sebagai budak. Tetapi hati dan integritasnya di hadapan Tuhan dan sesama tak pernah terjual. Ia bukan orang yang dapat dibeli. Yusuf banyak disakiti oleh sesamanya: oleh orang lain, bahkan oleh saudaranya. Tetapi, tak pernah ia terpenjara oleh sakit hati kepada mereka yang menyakitinya.

Yusuf tak pernah terpenjara, tak pernah terbeli, tak pernah teperbudak. Dia seorang man of principle, orang yang teguh berpegang pada prinsip yang benar, di mana pun dia berada, siapa pun yang ia hadapi, apa pun yang menimpanya. Dia mampu menentukan dirinya sendiri, dan tetap menjadi diri sendiri. Dia orang yang merdeka, mampu membebaskan diri dari desakan maupun seretan negatif baik di dalam maupun di luar dirinya.

Seraya memohon pertolongan Tuhan, kita sungguh patut berjuang untuk mengarahkan diri menuju kualitas pribadi seperti itu. --EE/www.renunganharian.net

* * *
ORANG YANG TEGUH BERJALAN DI ATAS PRINSIP TAK PERNAH TERPENJARA,
TAK PERNAH TERBELI, TAK PERNAH TEPERBUDAK.-O.S. RAILLE

* * *

 

RENUNGAN JUMAT
Bacaan: HAKIM-HAKIM 8:4-21

Bacaan Setahun: Bilangan 28-29

Nas: Tetapi jawab para pemuka di Sukot itu: "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentaramu?" (Hakim-hakim 8:6)


Syarat dan Ketentuan Roti

Seorang pegawai ketika diajak oleh rekannya menjenguk rekan mereka lainnya di rumah sakit, menolak dan berkata, "Tidak, bulan lalu ketika aku sakit, ia tidak datang menjengukku!" Banyak orang suka timbang-menimbang sebelum melakukan kebaikan. Ketulusan sepertinya dapat dikelompokkan sebagai barang langka di dunia.

Orang Sukot dan orang Pnuel juga merupakan contoh tipe manusia yang suka timbang-menimbang sebelum melakukan kebaikan. Ketika Gideon meminta beberapa roti untuk rakyat yang mengikutinya dalam pengejaran terhadap Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian, kedua penduduk tersebut malah mengatakan, "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentaramu?" (ay. 6, 8). Rupanya, mereka mau memberi roti hanya jika syarat dan ketentuan dipenuhi. Tindakan mereka sungguh kontras dengan kebenaran firman Tuhan yang mengatakan, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya" (Ams. 3:27). Perhatikan bahwa tidak ada syarat dan ketentuan ditetapkan bagi pihak penerima pertolongan! Syarat dan ketentuan tersebut justru ada pada pihak pemberi pertolongan yaitu: ... engkau mampu menolongnya.

Bukannya memberi keuntungan, roti disertai syarat dan ketentuan justru mendatangkan kemalangan. Pada akhirnya, Gideon menghajar orang-orang Sukot, merobohkan menara Pnuel, dan membunuh orang-orang kota itu (ay. 16-17). Faktanya, Tuhan juga tidak berkenan apabila kebaikan kita dibumbui syarat dan ketentuan apa pun. Mulai sekarang, mari melakukan kebaikan dengan penuh ketulusan. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
JIKA SYARAT DAN KETENTUAN DITETAPKAN DALAM SETIAP KEBAIKAN,
KITA TIDAK AKAN PERNAH LAYAK MENERIMA KEBAIKAN TUHAN.

* * *

 

RENUNGAN SABTU
Bacaan: MARKUS 6:14-29

Bacaan Setahun: Bilangan 30-31

Nas: Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat. (Markus 6:19)


Meredam Dendam

Dendam ialah keinginan keras untuk membalas suatu perbuatan, umumnya berkaitan dengan kejahatan. Dendam muncul karena adanya kemarahan di dalam diri atas perlakuan seseorang terhadap kita. Jika tidak diatasi, dendam akan semakin membara dan membahayakan, baik kepada orang yang menjadi sasaran kemarahan itu, maupun kepada diri sendiri. Tak terhitung lagi kasus kriminal bermotif dendam.

Herodias menyimpan dendam kepada Yohanes Pembaptis, karena sang nabi menegur dosanya. Perempuan itu meninggalkan suaminya (Filipus), lalu kawin dengan iparnya, yaitu adik suaminya sendiri, Herodes Antipas. "Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!" tegur Yohanes kepada Herodes. Sejak itu, Herodias berupaya membunuhnya, tetapi tidak dapat. Sekalipun Herodes menggunakan kuasanya untuk memenjarakan Yohanes, tetapi ia merasa segan, bahkan simpatik kepadanya (ay. 20).

Lalu saat Herodes merayakan ulang tahun, dan tarian putri Herodias menyenangkan hatinya, ia berjanji mengabulkan apa pun permintaannya. Herodias memanfaatkan momentum itu. Melalui putrinya, dendamnya terlampiaskan. Yohanes dibunuh. Herodias pun merasa menang. Namun sebenarnya, ia malah hanya menambah dosa.

Dendam hanya akan membuat kita remuk redam. Bikin wajah suram dan muram. Melahirkan tindakan kejam dan berakhir di neraka jahanam. Bahkan saat ia terlampiaskan, kita tetaplah rugi. Karenanya, sifat itu perlu diredam. Kita harus rela koreksi diri. Bertobat. Mengampuni. Maka hati kita pun menjadi adem dan tenteram. --HT/www.renunganharian.net

* * *
SEBELUM KITA MENJADI REMUK REDAM KARENA DENDAM,
MARI KOREKSI DIRI DAN JANGAN BIARKAN NYALA KASIH MENJADI PADAM.

* * *

 

"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman