RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 23-25
Nas: Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, memasang ketopong tembaga di kepalanya, dan mengenakan baju zirah kepadanya. (1 Samuel 17:38)
Saul dan Daud
Seorang warga jemaat berhasil menuntaskan suatu transaksi bisnis dan menceritakan kabar gembira itu kepada pendeta yang membimbingnya. "Wah, doa saya mantap, bukan? Memang, doa orang benar itu besar kuasanya, " kata pendeta itu. Lain waktu, warga lain gagal berbisnis dan meminta masukannya. Pendeta itu berkata, "Wah, kamu kurang iman sih!" Ketika ada kesuksesan, pendeta menyatakan ikut berperan; ketika terjadi kegagalan, kesalahan ditimpakan sepenuhnya kepada umat.
Lagak pendeta itu mirip dengan sikap Saul dalam pertempuran melawan bangsa Filistin. Ia memimpin pasukannya di Lembah Tarbantin, tetapi selama empat puluh hari, ia membiarkan telinganya mendengarkan tantangan dan hinaan musuh, tanpa berbuat apa-apa. Ia hanya menyediakan hadiah bagi siapa saja yang berhasil mengalahkan Goliat.
Ketika Daud menyatakan kesiapannya menghadapi si raksasa, Saul segera mengenakan baju perangnya kepada gembala domba itu. Diam-diam ia ingin ikut andil dalam perjuangan Daud. Jika anak muda ini nantinya menang, namanya akan ikut disebut-sebut, dianggap ikut berjasa. Namun, Daud tidak terbiasa mengenakan baju perang dan menanggalkannya. Ia maju menghadapi Goliat bukan atas nama Saul, melainkan atas nama Allah Israel.
Pemimpin yang melayani umat dengan baik patut dihormati. Namun, tidak selayaknya ia menjadi gila hormat sampai membuat umat merasa berutang budi kepadanya. Pemimpin yang bijak akan mengajak umat untuk bersyukur dan mengagungkan Tuhan. --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MARKUS 2:13-17
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 1-2
Nas: Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17)
Pura-Pura Sehat
Melihat Yesus duduk makan di rumah Lewi bersama para pemungut cukai, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mencemooh Dia. Dalam pemahaman mereka, orang suci tak pantas menodai kesucian mereka dengan bergaul bersama para pemungut cukai. Karena itu, jika Yesus sungguh Mesias yang datang dari Allah, bagaimana mungkin Dia menajiskan diri dengan bergaul bersama orang berdosa?
Pemungut cukai yang bekerja untuk pemerintahan Romawi mungkin dianggap kafir dan najis di mata ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Terlebih mereka bekerja dengan tamak. Mereka adalah orang berdosa yang harus dijauhi karena mengingkari hukum Taurat dan melanggar aturan Farisi. Namun, Yesus memandang mereka sebagai orang-orang yang harus dirangkul, disembuhkan, sehingga boleh masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sekalipun "pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan baik", tetapi "sebatang lilin yang menyala cukup untuk mengusir kegelapan"! Inilah yang dilakukan Yesus dengan kedatangan-Nya ke dunia. Yesus masuk ke dunia yang penuh dosa, tetapi Dia tidak tercemar oleh dosa. Sebaliknya, ia memberi terang bagi dunia. Demikian pula kita sebagai murid-murid-Nya. Anugerah Tuhan semestinya mendorong kita melakukan tindakan serupa: menjadi lilin yang menyala untuk mengusir kegelapan. Tentu saja kesaksian ini hanya dapat terjadi jika kita sungguh menanggapi kasih karunia Tuhan. Membuka diri, mengaku dosa, dan menerima anugerah-Nya. Bukan seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang berpura-pura sehat sehingga tak pernah mengalami "kesembuhan". --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KELUARAN 23:1-13
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 3-5
Nas: "Jangan kamu memeras pendatang. Kamu sendiri tahu perasaan pendatang, sebab dahulu kamu pun pendatang di tanah Mesir." (Keluaran 23:9)
Hati bagi Sesama
Tindakan pemerasan terhadap orang lain adalah suatu hal yang menimbulkan luka dan menyakitkan hati. Pemerasan terhadap seseorang tentu akan memberikan dampak buruk bagi hidupnya. Mereka akan selalu berkecil hati karena ketiadaan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, bisa menimbulkan trauma, bahkan juga dapat memunculkan rasa dendam.
Atas hidup pendatang, Allah melarang bangsa Israel untuk memeras dan menekan mereka karena mereka hanyalah minoritas yang tidak memiliki daya. Allah mengingatkan bagaimana rasanya menjadi minoritas yang tidak memiliki daya apa pun dalam menghadapi lingkungan yang berbeda dari mereka karena mereka sendiri pernah diperas dan ditindas ketika menjadi pendatang di tanah Mesir. Oleh karena itu, Allah melarang umat-Nya untuk memeras pendatang karena hal tersebut akan membunuh hati nurani mereka sebagai manusia. Tetapi Allah mengajak mereka untuk menerima kehadiran pendatang dan mendukung kehidupan mereka supaya kehidupan mereka tidak sengsara, melainkan mendapatkan kekuatan dalam menjalani hidup.
Aksi pemerasan dan penindasan tidaklah menunjukkan kemanusiaan kita, tetapi justru menghancurkannya. Allah mengajak kita untuk menerima dan mendukung mereka yang lemah supaya hidup mereka dapat terbangun. Dengan demikian maka kita menjadi manusia yang sesungguhnya, yakni manusia yang memiliki hati untuk sesama. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 TIMOTIUS 1:12-17
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 6
Nas: Sekalipun aku tadinya seorang penghujat, penganiaya, dan orang yang ganas. Namun, aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, di luar iman. (1 Timotius 1:13)
Perjumpaan Pribadi
Awalnya, ia adalah seorang yang jahat. Suka menghujat, menganiaya, mengembuskan ancaman pembunuhan dan selalu berusaha membinasakan. Namun, ada sebuah peristiwa yang membuatnya berubah 180 derajat. Ia menjadi seorang pelayan yang rela mengorbankan diri demi menyatakan kasih-Nya. Ia adalah Paulus.
Sebelum berjumpa dengan Yesus, Paulus begitu giat menganiaya orang-orang Kristen dengan sengaja. Lantas apa dasarnya hingga pada akhirnya ia berubah menjadi pembela Kristus yang sangat militan dan rela mengalami penderitaan? Tidak lain adalah pengalaman perjumpaannya dengan Yesus secara pribadi. Yesus membuka pikiran Paulus, hingga ia merasa sangat berdosa. Namun, Yesus menyatakan kasih dengan mengampuni Paulus, bahkan mengutusnya menjadi pelayan-Nya. Karena itu, iman Paulus kepada Yesus menjadi begitu kuat. Paulus tetap teguh melayani Tuhan sekalipun ia harus menghadapi tantangan berat secara terus-menerus. Bagi Paulus, beratnya kesulitan yang harus ditanggungnya dalam melayani Tuhan tidaklah sebanding dengan besarnya kasih Allah yang sudah ia terima dan terus ia rasakan.
Kita bisa belajar tentang kekristenan dari berbagai sumber. Membaca Alkitab, buku teologi kristiani atau juga renungan. Mendengarkan khotbah, kesaksian atau sharing dengan saudara seiman. Namun, untuk membangun iman, kita harus berjalan bersama Tuhan guna merasakan sendiri kehadiran Tuhan, kemurahan kasih-Nya, juga kesetiaan-Nya. Karena iman yang paling kokoh dibangun atas dasar pengalaman perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MAZMUR 84:10-12
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 7-8
Nas: Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berada di ambang pintu Rumah Allahku daripada berdiam di kemah-kemah orang fasik. (Mazmur 84:10)
Keberanian Moral
Mazmur 84:11 adalah kiasan yang indah. Ada di pelataran dan ambang pintu rumah Tuhan melambangkan hidup dekat dengan Tuhan, dan ada di tempat lain, di kemah orang fasik, adalah hidup jauh dari Tuhan. Ada di dalam kemah jelas lebih nyaman daripada berada di ambang pintu, atau pelataran. Namun, Pemazmur memilih berdiri di ambang pintu, bahkan di pelataran rumah Tuhan daripada diam di kemah orang fasik, memilih hidup dekat dengan Tuhan meski penuh kesulitan daripada hidup nyaman tetapi jauh dari Tuhan.
Mengapa Pemazmur memilih hidup dekat dengan Tuhan, padahal pilihan itu membuatnya diadang kesukaran dan derita? Sebagian jawabnya tentulah karena ia tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Tetapi, mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat tak membuat orang pasti memilih yang baik. Meski tahu mana yang baik dan mana yang jahat, dan sadar harus memilih yang baik, banyak orang tetap memilih yang jahat. Begitulah faktanya. Jadi, apa yang pada akhirnya menentukan pilihan itu? Keberanian moral!
Keberanian moral adalah kesediaan untuk memilih yang baik dan menolak yang jahat apa pun konsekuensinya. Keberanian moral adalah kesediaan untuk memilih hidup dekat dengan Tuhan meski diadang derita, ketimbang hidup nyaman tetapi jauh dari Tuhan. Keberanian moral untuk memilih yang baik adalah awal pembuktian kehendak baik.
Oleh karya Roh Kudus, kita mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat, dan menyadari bahwa kita harus memilih yang baik. Pertanyaannya, punyakah kita keberanian moral untuk itu? --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: RATAPAN 3:21-26
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 9-11
Nas: Baiklah menanti dengan diam pertolongan Tuhan. (Ratapan 3:26)
Pertolongan Tuhan
Seorang hamba Tuhan bersaksi, ia harus menjalani operasi besar sementara ia hanya punya simpanan uang sedikit yang sangat tidak cukup untuk biaya operasi. Tuhan menolong, ketiga dokter yang menangani operasinya membebaskan/tidak membebankan biaya jasa dokter untuk operasi. Jadi ia hanya membayar biaya ruangan dan obat yang tidak seberapa.
Saya mengalami operasi patah tulang di rumah sakit yang sama dengan hamba Tuhan ini. Semua dokter yang menangani operasi saya membebankan biaya jasa operasi, jadi saya harus membayar penuh. Akan tetapi, Tuhan menolong dengan mengirimkan teman-teman yang begitu peduli. Mereka mendesak untuk membantu meringankan biaya operasi saya.
Dalam kitab Injil, diceritakan bagaimana Tuhan menyembuhkan orang buta menggunakan berbagai cara, dengan menjamah (Mat. 9:29), dengan meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya (Mrk. 8:23), dengan meludah ke tanah dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta dan menyuruhnya pergi membasuh diri dalam kolam Siloam (Yoh. 9:6-7). Tuhan tidak pernah kehabisan akal, Ia selalu punya cara, yang sering tidak terpikirkan, untuk menolong kita.
Baiklah kita menanti dengan diam pertolongan Tuhan, jangan membatasi cara Tuhan menolong; tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi. Berharaplah kepada-Nya. Tuhan baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. --IN/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar