RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Tawarikh 35-36
Nas: Kata Yesus kepada Simon, "Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia." (Lukas 5:10)
Diutus untuk Bersaksi
Kita adalah kitab terbuka hidup yang dibaca oleh semua orang. Ada begitu banyak orang yang belum mengenal Yesus, dan hampir setiap saat kita hidup, bergaul, dan bergumul bersama dengan mereka. Mereka tidak membaca Alkitab, dan satu-satunya kesempatan mereka untuk dapat mengenal Yesus adalah dengan melihat, mendengar, dan menyaksikan kesaksian tentang Yesus melalui sikap dan tutur kata kita.
Simon adalah salah satu murid yang diutus untuk menjala manusia. Identitas Simon berubah dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Metafora ini sebenarnya mengindikasikan tentang kasih pengampunan Yesus yang mentransformasi Simon yang mengakui keberdosaannya, dan bersedia dipakai oleh Yesus untuk menjadi murid sekaligus saksi-Nya kelak. Keberdosaan Simon dapat kita lihat dari ungkapan hati Simon setelah mendapati jala yang mereka tebar dikoyakkan oleh banyaknya ikan. Padahal, Simon sempat meragukan perintah Yesus. Namun, karena kasih-Nya Simon menyadari kesalahannya, meninggalkan segala sesuatu, dan pergi mengikut Yesus.
Satu-satunya cara untuk menjala manusia di masa kini adalah dengan menjadikan hidup kita sebagai kitab kesaksian tentang Yesus. Kehidupan kita akan dilihat oleh banyak orang yang belum mengenal Yesus. Tentu menjadi saksi Yesus di dunia itu banyak sekali tantangannya, sama halnya dengan Simon yang harus bersiap diri dengan segala konsekuensi ketika ia bertolak ke tempat (danau) yang lebih dalam. Oleh karenanya, mari kita senantiasa perbaiki hidup kita, isilah waktu kita untuk belajar tentang firman-Nya, dan jadikanlah diri kita menjadi kitab terbaik yang berkisah tentang Kasih Allah yang hidup, memberkati, memberdayakan, dan mentransformasi kehidupan kita (bdk. 2Kor. 3:2-3). --LBG/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Ezra 1-3
Nas: Bagaikan apel emas di pinggan perak, demikianlah perkataan yang diucapkan pada waktu yang tepat. (Amsal 25:11)
Al Opnayw
Apakah yang harus dilakukan dalam hidup? Kita bisa menasihatkan, "Lakukanlah yang baik." Namun, seperti apakah yang baik itu? Kita bisa berkata (misalnya), "Tolonglah sesamamu." Namun, tindakan mana yang bisa disebut menolong sesama? Membiayai studi untuk anak-anak panti asuhan jelas sebuah pertolongan. Namun, menjadi joki SBMPTN untuk membantu orang memasuki perguruan tinggi? Itu kecurangan, bukan pertolongan.
Lakukan yang baik, tolonglah sesama, dll. adalah norma yang berlaku dalam hidup. Namun, seperti tampak pada contoh di atas, penerapannya dalam persoalan konkret tidak bisa dilakukan dengan begitu saja. Jika dilakukan begitu saja, apalagi sembarangan, itu bisa gagal mencapai tujuan, bahkan memperburuk keadaan.
Amsal 25:11 berkata, "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak." Frasa "tepat pada waktunya" diterjemahkan dari kata Ibrani al opnayw, yang berarti "secara pas, dan pada situasi yang pas". Jadi, ayat itu sebenarnya mau mengatakan bahwa sebuah tindakan akan mendatangkan kebaikan jika direalisasikan al opnayw, secara pas dan pada situasi yang pas, yakni pada momen yang pas, di tempat yang pas, melibatkan pihak yang pas, dalam suasana yang pas, dengan cara yang pas, dengan kata-kata yang pas, dan seterusnya.
Pepatah Jawa berkata, "Kudu bisa angon mangsa, ngerti empan papan, lan duwe duga prayoga." Harus tahu waktu yang tepat, mengerti tempat yang tepat, dan dengan pertimbangan yang tepat. Agaknya pepatah itu memang benar. --EE/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Ezra 4-7
Nas: Ucapkanlah syukur dalam segala hal. Sebab, itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)
Cobalah Ini: Bersyukur
Seorang misionaris sedang mengalami kekeringan rohani. Suatu hari saat berdoa puasa di sebuah bukit doa, ia menetapkan jika Tuhan tidak melawat hatinya, ia akan segera pulang ke rumahnya dan meninggalkan pelayanan. Selama beberapa hari tidak terjadi lawatan Tuhan. Dengan kecewa ia pergi meninggalkan bukit doa itu. Tiba-tiba matanya tertuju pada dinding salah satu bangunan yang bertuliskan, "Cobalah ini: Bersyukur." Air matanya mulai menetes, lalu ia menangis tersedu-sedu. Selanjutnya kehidupan misionaris itu dipakai dengan dahsyat oleh Tuhan.
Bersyukur merupakan salah satu cara hati dapat merasakan lawatan Tuhan. Karena saat bersyukur, fokus kita ialah pada segala sesuatu yang telah kita dapat dari Tuhan. Kita mengucap terima kasih untuk nafas, kemampuan bergerak, kecepatan berpikir, makanan, minuman, keluarga, sahabat dan lain sebagainya. Sadarlah Tuhan telah membanjiri kehidupan ini dengan berkat. Hasilnya, rohani yang kering akan terpuaskan. Bersyukur membuat hati mengerti bahwa Tuhan tidak berdiam, tetapi selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Itulah mengapa Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika menyelipkan nasihat untuk bersyukur (ay. 18).
Saat ini seperti misionaris di atas, kita mungkin sedang mengalami kekeringan rohani. Hati merasa bimbang benarkah Tuhan mengasihi? Hati merasa ragu apakah Dia menyertai? Hati merasa gelisah sungguhkah Dia peduli? Kita rindu Tuhan melawat hati kita. Nas renungan pagi ini menyampaikan pesan serupa dengan yang tertulis pada dinding bangunan bukit doa, "Cobalah ini: Bersyukur." Untuk segala hal baik yang telah kita dapat dari Tuhan, ucapkan, "Terima kasih, Tuhan!" --LIN/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Ezra 8-10
Nas: Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita. (1 Yohanes 5:4)
Kekuatan Iman
Tidak sulit menemukan orang kristiani yang terlibat kompromi dengan dosa. Siswa kristiani terjerat narkoba dan pergaulan bebas, karyawan berlaku korup, suami/istri tidak setia pada pasangan, pejabat menyelewengkan kewenangan. Bahkan, pelayan Tuhan mengejar popularitas. Bagaimana ini terjadi? Bukankah Roh Kudus menjaga setiap orang Kristiani?
Roh Kudus selalu ada untuk menolong setiap orang percaya. Namun, untuk mengalahkan tawaran dunia, orang kristiani harus menghidupi iman yang melihat realitas abadi, mengalami kuasa Allah dan kasih Kristus. Sebab sesungguhnya iman di dalam Kristus memiliki daya yang luar biasa, yang sanggup membawa kita kepada kemenangan atas dunia. Iman menjadi sarana dan perlengkapan senjata rohani yang utama. Iman membuat kita memandang rendah keduniawian, bahkan memampukan kita melawannya. Iman menjauhkan kita dari cinta dunia sehingga hati kita dikuduskan dan dimurnikan dari nafsu kedagingan. Iman memungkinkan kita beroleh kekuatan untuk menaklukkan sanjungan dunia. Dengan demikian kesenangan dunia yang berdosa, nilai-nilai sekuler, cara-cara yang fasik dan materialisme yang mementingkan diri sendiri bukan saja tidak lagi menarik, melainkan juga kita pandang sebagai kejijikan.
Iman memungkinkan kita beroleh hak melalui janji Injil. Iman memungkinkan kita melihat dekatnya dunia yang tak terlihat, yakni dunia yang dengannya dunia ini tak layak untuk dibandingkan. Ya, kekuatan iman tidak perlu kita ragukan. Hanya, sudahkah kita menjadikannya fondasi utama dalam hidup? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Nehemia 1-3
Nas: "Mereka berkata kepadaku: Mari, buatlah untuk kami Allah, yang akan berjalan di depan kami. Sebab si Musa, orang yang telah memimpin kita keluar dari tanah Mesir, kami tidak tahu apa yang terjadi padanya." (Keluaran 32:23)
Bertuhankan Emas
Tuhan menunjukkan kedahsyatan kuasa-Nya melalui berbagai tulah, hingga pada akhirnya membuat Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi. Namun, Allah tidak menghendaki bangsa Israel meninggalkan Mesir dengan tangan hampa setelah sekian ratus tahun hidup menderita. Tuhan membuat orang-orang Mesir itu bermurah hati sehingga memberikan barang-barang dari perak, emas, serta pakaian miliknya kepada orang-orang Israel. Bangsa Israel pergi dengan membawa kilauan emas dan harta kekayaan itu.
Sayang, kekayaan dan kilauan emas itu dengan berjalannya waktu mengubah hati bangsa Israel. Mereka memaksa Harun untuk membuat "allah" yang bisa mereka sembah ketika Musa bertemu Allah di Gunung Sinai. Emas-emas rampasan itu telah diubah menjadi patung anak lembu emas yang oleh orang-orang Israel disebut sebagai allah yang telah menyelamatkan mereka. Betapa mudahnya hati orang-orang itu berpaling dari Allah yang selama ini menyertai mereka dan beralih kepada emas-emas yang mereka miliki.
Apa yang dilakukan dan dialami oleh bangsa Israel itu menyoroti satu hal penting yang perlu kita waspadai sehubungan dengan harta. Tentu ada banyak hal bermanfaat yang bisa kita nikmati dari harta benda, akan tetapi harta itu akan menjadi bahaya maut jika kita tidak menggunakannya secara bijak. Kita memang membutuhkan harta untuk menjalani hidup, tetapi harta bukanlah sumber kehidupan. Ketika hati kita mulai menganggap bahwa harta adalah segala-galanya yang menjadi andalan kita, itu artinya kita telah menggantikan Tuhan dengan harta kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Nehemia 4-6
Nas: Berkatalah Nebukadnezar, "Terpujilah Allah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego!" ... (Daniel 3:28)
Kesetiaan dan Kehidupan
Dewasa ini, banyak orang yang bermuka dua dalam hidupnya. Di hadapan Allah dia mengaku menyerahkan hidupnya kepada-Nya, tetapi di hadapan manusia dia meninggalkan Allah untuk bisa diterima dan menjadi sama dengan manusia. Menjadi pertanyaan bagi kita, seberapa berhargakah Allah bagi kita? Karena sering kali kita justru mangkir dari-Nya, demi rangkulan manusia.
Berada dalam pembuangan tentu merupakan sebuah kenyataan yang memberatkan hati bangsa Israel. Terlebih lagi, mereka juga dipaksa untuk menyembah patung raja. Hal ini tentu bertentangan dengan iman mereka, tetapi penolakan berarti kematian. Di antara dua pilihan antara meninggalkan Tuhan atau meninggalkan manusia, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap teguh dalam iman mereka dengan tidak menyembah patung raja. Mereka berani menerima kebencian dan hukuman dari dunia karena mereka lebih memilih untuk menerima kasih Allah daripada kasih manusia. Mereka percaya bahwa Allah tidak membawa maut bagi mereka, tetapi kehidupan. Itu pula yang Allah berikan bagi mereka, di mana Nebukadnezar justru mengenal dan memuji Allah berkat keteguhan hati mereka. Di samping itu, mereka juga mendapatkan perlindungan dari Nebukadnezar, serta kedudukan yang tinggi.
Keberanian untuk tetap setia dalam rangkulan Allah ini yang patut kita teladani. Sekalipun ada harga yang harus dibayar atas kesetiaan kita kepada Allah, tetapi ada kehidupan yang Allah berikan kepada kita. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar