RENUNGAN HARIAN
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 22
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 15-17
Nas: Ia melakukan yang benar di mata Tuhan dan mengikuti semua cara hidup Daud, bapa leluhurnya. Ia tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. (2 Raja-raja 22:2)
Agen Pembaruan
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Demikian bunyi pepatah yang sering dipakai untuk menggambarkan betapa seorang anak akan mewarisi sifat orang tuanya. Namun, pepatah ini tidak selamanya benar. Yosia misalnya. Ia tidak mewarisi cara hidup ayah dan kakeknya, Amon dan Manasye.
Sekalipun ayah dan kakeknya hidup menyimpang dari ketetapan Tuhan, Yosia tidak turut dalam kejahatan mereka. Yosia mengikuti teladan Raja Daud dalam menaati seluruh hukum Allah. Hal ini dibuktikan dalam tindakan Yosia membangun kembali rumah Tuhan. Begitu pula sikapnya saat kitab Taurat ditemukan dan dibacakan untuknya. Ia mengoyakkan pakaiannya dan mengutus orang untuk meminta petunjuk Tuhan. Yosia memusnahkan berhala-berhala dan menghapuskan semua pemanggil arwah, roh peramal, dan semua dewa kejijikan. Yosia juga menjalankan perayaan Paskah, yang sebelumnya tidak pernah ada.
Jika memandang usia, Yosia menyandang gelar raja saat masih belia, yakni delapan tahun. Namun, ia mampu melakukan yang terbaik. Yosia memimpin Yehuda melakukan yang benar di mata Tuhan. Keterbukaan dan kerendahhatian Yosia pun berbuahkan anugerah besar. Allah menunda penghukuman bagi Yehuda. Dengan demikian Yehuda berkesempatan bertobat menurut firman Allah.
Yosia membuktikan bahwa ketaatan kepada Allah tidak tergantung oleh faktor usia dan lingkungan yang kondusif. Ini berarti, di tengah kondisi memprihatinkan pun kita tetap dapat memainkan peran sebagai agen pembaruan. Bukankah Tuhan tidak akan tinggal diam menyaksikan perjuangan kita? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: FILIPI 1:12-26
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 18-21
Nas: Sebab itu, Saudara-saudaraku, kamu juga telah mati terhadap hukum Taurat melalui tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. (Roma 7:4)
Hidup yang Berbuah
Adoniram Judson dan Ann Hasseltine adalah sepasang misionaris yang menginjil di Burma (sekarang Myanmar). Tahun 1813 mereka memasuki Burma yang saat itu negaranya terpencil dan tertutup, penuh peperangan, pemberontakan, dan diskriminasi. Beragam kesulitan harus mereka alami, salah satunya Judson dipenjara selama 17 bulan. Enam tahun setelah mereka tinggal di Burma, mereka membaptis satu orang bernama Maung Nau. Judson menghasilkan karya, yaitu terjemahan lengkap Alkitab bahasa Burma dan kamus bahasa Burma, yang nantinya digunakan para misionaris selanjutnya di Burma.
Kalau saat ini kita merasa lelah menjadi orang kristiani, ditolak, dianiaya, kehilangan orang-orang terkasih, merasa ada banyak pengorbanan yang sudah dilakukan demi Kristus, tapi belum ada hasil, kita tidak sendiri. Ada banyak orang kristiani dari zaman para rasul sampai zaman sekarang merasakan berbagai penderitaan dan kesusahan, sebelum akhirnya menghasilkan buah bagi Kristus. Sekalipun panjang dan sulit, perjuangan kita itu indah karena kita jalani bersama Tuhan. Kita diperkenan Tuhan menjadi alat di tangan-Nya yang setia melayani Dia. Kesetiaan kita dalam melayani Tuhan teruji melalui berbagai kesulitan dan penderitaan hidup.
Kalau kita masih hidup sampai sekarang, kita bisa bekerja memberi buah bagi Kristus (ay. 22). Kristus, para rasul, para misionaris sudah merasakan berbagai kesulitan dan tantangan selama memberitakan Injil ke berbagai tempat. Kalau kita mengalaminya saat ini, tetaplah teguh dan setia melayani Kristus. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: AYUB 1
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 22-24
Nas: Lalu bertanyalah Tuhan kepada Iblis, "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sesungguhnya, tak ada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8)
Mencari Gara-Gara?
Suatu hari Tuhan memuji kesalehan Ayub di depan Iblis. Sejak itu, dengan geramnya Iblis menyerang kehidupan Ayub. Dalam satu hari Iblis mengambil segala harta miliknya, juga nyawa kesepuluh anaknya. Meneropong kondisi kehidupan Ayub, dari semula bahagia kemudian menjadi sengsara, benarkah semua itu disebabkan karena Tuhan mencari gara-gara?
Iblis tidak suka melihat anak-anak Allah hidup saleh di hadapannya. Tentunya Iblis juga tidak suka melihat kesalehan Ayub. Faktanya, tanpa Tuhan memuji Ayub, ia sudah menjadi target incaran Iblis! Terbukti, ketika Tuhan menyebut namanya, tanpa perlu bertanya Iblis sudah tahu Ayub yang mana yang dimaksudkan-Nya. Tuhan kita adalah Allah Yang Maha Tahu. Dia mengetahui seberapa kuat tingkat kesalehan anak-anak-Nya. Melalui kata-kata-Nya, Tuhan justru sedang mengakui kesalehan Ayub. Melalui kata-katanya pula Dia seolah menyatakan kepada Iblis, "Sia-sia kau mengincar hamba-Ku Ayub karena semua usahamu tidak akan berhasil." Pengakuan Tuhan akhirnya terbukti! Setelah semua yang ada padanya hilang, Ayub tidak mengutuki Allah, tetapi memuji Dia. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.
Ketika kita hidup saleh di hadapan Allah, Iblis tidak suka. Bukan tidak mungkin Iblis kemudian menyerang kehidupan kita. Tidak perlu takut! Seberapa besar serangan Iblis, terlebih besar perlindungan Allah atas kita. Bukankah kepada Iblis, Tuhan juga memberikan batasan sampai dimana ia boleh mengulurkan tangannya (ay. 12)? Alih-alih menyerah kalah, marilah kita tetap setia. Seperti Ayub, biarlah tidak sia-sia Tuhan mengakui kesalehan kita di hadapan dunia. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KISAH PARA RASUL 1:6-11
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 25-27
Nas: "Tetapi, kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kis. 1:8)
Berbagi Pengalaman Hidup
Saya tersentuh dengan kebaikan hati seorang teman lama, yakni ketika dia membagikan ilmu dari pengalaman hidupnya sendiri. Selain agar saya dapat menarik hikmah dari pengalaman itu, harapan lainnya agar saya dapat berkembang dalam pekerjaan yang sedang kami tekuni karena kebetulan dunia profesi yang kami tekuni tidak jauh berbeda. Sungguh perbuatan yang begitu menyentuh hati saya!
Berbagi ilmu adalah hal mulia yang dapat kita berikan kepada sesama, tanpa harus berprofesi sebagai guru. Saya meyakini bahwa setiap orang sebenarnya memiliki ilmu terkait hal tertentu, yang dapat dibagikan kepada orang lain. Kita dapat menyebut profesi apa pun, dari yang paling mentereng sampai yang dianggap biasa, tetap ada ilmu yang bisa mereka bagikan dari pengalaman hidup mereka. Begitu pula dalam perjalanan mengiring Kristus karena setiap orang pasti memiliki pengalaman yang dapat dibagikannya sebagai kesaksian tentang imannya.
Inilah yang dapat kita pahami secara sederhana dari panggilan untuk bersaksi, seperti bunyi nas renungan hari ini. Sebagaimana Yesus memanggil murid-murid pada masa itu untuk menjadi saksi mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi, kita pun dipanggil-Nya untuk "berbagi pengalaman hidup" bersama Kristus, yang bisa diawali dari keluarga kita sendiri. Terkadang kesaksian itu tak harus berupa kisah yang spektakuler karena Roh Kudus dapat bekerja menguatkan kesaksian yang dianggap paling sederhana sekalipun, supaya hati orang terbuka untuk percaya. Maukah kita melakukannya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: IBRANI 4:1-13
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 28 -2 Tawarikh 1
Nas: Sebab siapa saja yang telah masuk ke peristirahatan-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. (Ibrani 4:10)
Persinggahan Terakhir
Terminal merupakan tempat persinggahan bagi orang-orang yang biasa bepergian keluar kota dengan menggunakan bus sebagai sarana transportasi. Selama singgah dari satu terminal ke terminal berikutnya para penumpang hanya sejenak melepas kepenatan. Istirahat yang sesungguhnya akan dapat dinikmati setelah meninggalkan terminal terakhir, yakni ketika tiba di tempat perhentian yang menjadi tujuan akhir perjalanan mereka.
Hidup tak ubahnya perjalanan yang membawa setiap orang harus berpindah dari satu perhentian ke perhentian berikutnya. Fase kehidupan yang tak terelakkan bagi siapa pun, termasuk orang percaya. Bagi orang percaya, kematian merupakan tahapan akhir untuk masuk ke tempat perhentian yang menjanjikan istirahat dari segala jerih lelah kita selama hidup (ay. 10).
Janji yang hanya berlaku selama kita tetap percaya kepada Tuhan (ay. 3). Ketetapan hati yang dengan sendirinya menghindarkan diri kita tidak termasuk dalam kelompok orang yang tidak taat (ay. 6). Ketaatan yang mengisyaratkan ketekunan untuk menjalani hidup, yang acapkali melelahkan, tanpa menyurutkan kewaspadaan diri (ay. 1) menjadi keniscayaan yang akan membawa kita tiba di rumah Bapa dengan penuh sukacita.
Kematian bukanlah realitas yang menakutkan bagi setiap orang percaya. Ia hanyalah persinggahan terakhir. Fase kehidupan yang mengantarkan kita sampai pada hari perhentian. Hari yang akan memungkasi seluruh kepenatan selama kita hidup di atas muka bumi. Istirahat panjang yang menyertakan kenyamanan di akhir perjalanan hidup kita. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KELUARAN 23:1-9
Bacaan Setahun: 2 Tawarikh 2-5
Nas: "Jangan menerima suap, sebab suap membutakan pandangan yang jernih dan memutarbalikkan perkara orang yang benar." (Keluaran 23:8)
Membutakan Pandangan
Sering terjadi bahwa sebuah perkara yang tampaknya sulit pun akan menjadi mudah dengan suap. Betapa sering kali kita mendengar bahwa dengan suap seseorang bisa memenangkan sebuah perkara walaupun sebenarnya ia bersalah? Sementara seorang yang tidak bersalah akhirnya harus menanggung hukuman. Tindakan yang sangat merugikan, bukan?
Dalam mengatur kehidupan dan tanggung jawab sosial orang Israel, masalah suap juga ditulis menjadi sebuah peraturan. Suap adalah uang yang diberikan di luar aturan resmi untuk mencapai tujuan tertentu. Allah dengan tegas menyatakan bahwa suap adalah berbahaya karena "membutakan pandangan yang jernih dan memutarbalikkan perkara orang yang benar" (ay. 8). Suap merupakan praktik ketidakadilan karena ada orang yang diuntungkan secara tidak benar dan di dalamnya sering terjadi penipuan dan dusta. Penerima suap memperkaya diri sendiri dengan mengabaikan keadilan dan hukum. Allah melarang praktik suap karena dosa suap akan membuat umat Allah tidak hidup dalam kekudusan.
Suap, yang dilakukan dalam bentuk apa pun, jelas dibenci oleh Allah. Namun, tidak sedikit orang menganggap praktik suap adalah wajar dan perlu dilakukan dengan tujuan agar ia bebas dari pelanggaran. Umat Allah diingatkan untuk menolak praktik-praktik seperti ini. Kiranya hal ini terus menjadi pengingat bagi kita untuk memegang teguh prinsip kejujuran dalam setiap laku kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar