RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Keluaran 33-35
Nas: Ketika Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Apa yang telah menjadi tua dan usang, akan segera lenyap. (Ibrani 8:13)
Sudah Usang
Dulu kita menggunakan telepon rumah, telepon umum, atau pergi ke wartel untuk menelepon. Kini, kebanyakan orang menggenggam telepon di tangannya masing-masing. Kita hidup dengan teknologi yang lebih baru. Perangkat kuno tadi sudah ketinggalan zaman, sudah usang.
Perjanjian Baru jauh lebih agung daripada Perjanjian Lama, yang menuntut ketaatan sempurna dari orang-orang yang tidak sempurna. Dalam Perjanjian Baru, Yesus sebagai Imam Besar mempersembahkan persembahan yang sempurna. Melalui ketaatan-Nya, orang-orang yang percaya kepada-Nya mendapatkan pembenaran.
Allah juga menuliskan hukum-Nya dalam akal budi dan hati orang percaya (ay. 10). Menurut Yeremia 31:34, hukum ini membuat orang mengenal Allah tanpa perlu diajari oleh orang lain. Nubuatan ini mengacu pada "hukum Roh yang memberi hidup" (Rm. 8:2). Roh Kuduslah yang mengajarkan segala sesuatu kepada kita (Yoh. 14:26). Kita tidak lagi diatur oleh hukum yang tertulis pada loh batu, tetapi dipimpin oleh Roh Kudus yang tinggal di dalam hati kita.
Martin Luther menggambarkan perbedaan antara Perjanjian Lama dan Baru sebagai berikut, "Hukum Taurat berkata, 'Lakukan hal ini, ' dan hal tersebut tidak pernah terlaksana. Anugerah berkata, 'Percayalah akan hal ini, ' dan segala sesuatunya sudah diselesaikan." Apakah kita menjalani hidup ini dengan cara lama-mengandalkan ketaatan pribadi pada aturan-aturan agamawi-ataukah dengan cara baru-mengandalkan anugerah dan pimpinan Roh Kudus? --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KISAH PARA RASUL 9:36-43
Bacaan Setahun: Keluaran 36-38
Nas: Berkemaslah Petrus dan berangkat bersama mereka.Setibanya di sana, ia dibawa ke ruang atas.Semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya baju-baju dan pakaian yang dibuat Dorkas waktu ia masih bersama mereka. (Kisah Para Rasul 9:39)
Langka
Apakah yang langka di dunia ini? Mungkin terpikir oleh kita hewan-hewan yang hampir punah, seperti orangutan, vaquita (sejenis lumba-lumba) dan saola (sejenis sapi). Atau tumbuhan seperti raflesia, acung jangkung, dan rotan inun. Atau sumber daya alam seperti batu bara dan minyak bumi. Benar, memang semuanya itu langka. Namun, ada satu lagi yang kerap tidak kita sadari. Apakah itu? Kasih!
Sewajarnya jika manusia yang hidup di dunia ini mati. Namun, saat kematian terjadi pada Dorkas, orang-orang di Yope bertindak tidak wajar. Dua orang diutus kepada Petrus dengan permintaan, "Segeralah datang ke tempat kami" (ay. 38). Kebetulan Petrus berada di Lida, tidak jauh dari Yope. Begitu Petrus tiba di situ, datang semua janda berdiri dekatnya dan menangis (ay. 39). Terlihat hati tidak rela ditinggal mati oleh perempuan itu. Seakan mereka semua berkata kepada Petrus, "Tolong lakukan sesuatu untuk kami!" Dapat dimengerti mereka bertindak demikian karena selama hidupnya Dorkas telah melakukan hal yang langka. Ia menabur kasih dengan banyak sekali berbuat kebaikan dan memberi sedekah (ay. 36). Bagi para janda yang mayoritas ialah kaum papa, Dorkas membuatkan baju dan pakaian.
Banyak orang mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi kehilangan kasih. Sungguh menyedihkan mengetahui kasih ternyata langka mengingat anak Tuhan dikenal sebagai pembawa kasih. Rindukah kita membalik kenyataan ini? Rindukah kita mengubah "langka" menjadi "limpah"? Sekiranya ya, maka mulai hari ini mari menabur kasih dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatlah kebaikan dan tunjukkan kemurahan hati. Hiburkan mereka yang susah, topanglah mereka yang lemah, bantulah mereka yang menderita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 PETRUS 4:1-6
Bacaan Setahun: Keluaran 39-40
Nas: Jadi, karena Kristus telah menderita secara badani, kamu pun harus juga mepersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian -karena siapa yang telah menderita secara badani, ia telah berhenti berbuat dosa. (1 Petrus 4:1)
Menderita bagi Kristus
Nabi-nabi Baal yang ditantang Elia di Gunung Karmel berusaha keras memanggil allah mereka. Mereka bahkan menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, sehingga darah bercucuran dari tubuhnya. Meski demikian, usaha mereka tetap gagal. Sementara Elia tidak perlu melakukan hal serupa untuk memanggil dan membuktikan keberadaan Allah (1Raj. 18:20-40).
Pernyataan Petrus mengenai penderitaan badani bisa disalahpahami dengan menganggap bahwa penderitaan badani dapat melepaskan orang dari dosa. Dengan kata lain, tubuh adalah tempatnya dosa sehingga menyiksa tubuh dapat menyelamatkan dari dosa. Tentu anggapan ini keliru. Tidak semua penderitaan dapat diklaim sebagai risiko iman yang menyelamatkan. Sebab, hanya penderitaan oleh karena kebenaran saja yang dapat disebut sebagai penderitaan karena iman. Berani menderita demi kebenaran berarti berani mengambil risiko dalam rangka meninggalkan kebiasaan dosa. Tidak takut menderita guna membayar harga demi hidup kudus.
Mengikut Kristus tidak selalu harus menderita. Namun, jika perjuangan iman kita harus diperhadapkan dengan penderitaan, ingat pesan Rasul Petrus! Kita tidak boleh menjadi lemah karena Yesus pun mengalaminya. Dunia boleh memandang penderitaan kita sebagai kekalahan dan kegagalan yang memalukan. Tetapi yakinlah, menderita karena mempertahankan kekudusan adalah kemenangan atas dosa. Tidak takut menderita membuat daya tarik dosa menjadi lemah. Karena memiliki keteguhan dalam kekudusan menyelamatkan kita dari tawaran dosa yang tampak penuh kenikmatan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 12:1-4
Bacaan Setahun: Imamat 1-4
Nas: Berfirmanlah Tuhan kepada Abram, "Pergilah dari negerimu, dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu." (Kejadian 12:1)
Walk with God in The Dark
"I would rather walk with God in the dark than go alone in the light, " kata Mary G. Brainard, seorang penulis Amerika. Saya memilih berjalan bersama Tuhan meski dalam gelap daripada berjalan di tempat terang tetapi tanpa Tuhan. Iman seperti itulah yang ada pada Abram. Tuhan berfirman, "Pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu." Negeri itu akan ditunjukkan, tetapi belum. Di mana letaknya, bagaimana keadaannya, dan sebagainya, Abram tidak tahu. Tetapi dia percaya kepada Tuhan, dan berangkat. Abram memilih "walk with God in the dark", berjalan bersama Tuhan meski dalam gelap.
Beriman memang seperti itu. Jika kita baru memercayai sesuatu setelah kita melihat sesuatu, itu mengetahui, bukan memercayai. Beriman kepada Tuhan tak bisa lain kecuali walk with God in the dark. Itu seperti ungkapan lagu gereja di Jawa, "Kawula asumendhe Ing karsanta. Kumandel tan ningali, lir tyang wuta." Hamba bersandar pada kehendak-Mu. Percaya meski tak melihat, bagai orang buta.
Terkadang itu mudah. Menjelang tidur, kita berdoa memohon lindungan Tuhan. Kita percaya Tuhan mendengar. Lalu, tanpa gelisah sedikit pun, kita segera terlelap. Kadang sesederhana itu. Namun, tak jarang itu sungguh tak gampang. Tak jarang situasinya sedemikian rupa berat dan kompleks hingga walk with God in the dark benar-benar jauh dari sederhana. Jadi harus bagaimana?
Dulu Tuhan tidak memaksa Abram. Sekarang pun Tuhan tidak memaksa kita. Kepada kita hanya diajukan pertanyaan, maukah kita walk with God in the dark seperti Abram ketika itu? --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOHANES 19:16-27
Bacaan Setahun: Imamat 5-7
Nas: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, "Ibu, inilah anakmu!" (Yohanes 19:26)
Tuhan Peduli
Kadang dapat muncul pikiran spontan ketika kita menderita, "Apakah Tuhan peduli?" "Bukankah Ia Mahakuasa dan pasti dapat mencegah musibah menimpa saya?" Keraguan akan kasih Tuhan pun menyelinap. Bahkan kita lalu membandingkan diri dengan orang yang tidak takut Tuhan. Mereka tampak hidup lebih baik dan sejahtera. Dalam keadaan demikian, ada baiknya kita menengok keluarga Yesus sebagai contoh.
Ketika Yesus disalib, Yusuf sudah meninggal lebih dulu. Itu sebabnya Maria, ibu Yesus, menghampiri salib Yesus tanpa didampingi oleh Yusuf. Yesus pun menitipkan Maria kepada Yohanes yang segera menerima dan merawatnya. Yang menarik, Yesus adalah pembuat mukjizat dan penyembuh. Orang mati pun Ia sanggup bangkitkan. Namun, Yusuf toh tidak disembuhkan ataupun dibangkitkan. Kita tidak tahu mengapa Yesus tidak melakukan mukjizat bagi anggota keluarganya sendiri. Tetapi yang jelas, Yesus peduli akan keluarganya. Yesus yang melihat ibundanya dari atas kayu salib meminta Yohanes, murid terkasih-Nya, untuk merawat ibunya.
Kita pun dapat mengalami sakit, ditimpa bencana, atau terkena musibah. Namun, kita harus yakin bahwa Ia tahu segala penderitaan kita. Memang kita tidak terbebas dari musibah. Juga tetap ada tanggung jawab untuk menyisihkan tabungan, menjaga kesehatan, berhati-hati ketika beraktivitas. Namun, Ia akan mengaruniakan kekuatan, penghiburan, serta menyediakan kebutuhan kita. Selain itu, kita diberi kepercayaan untuk menolong mereka yang sedang ditimpa musibah sesuai kemampuan kita. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: RATAPAN 3:1-36
Bacaan Setahun: Imamat 8-10
Nas: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya. (Ratapan 3:22)
Tidak Sia-Sia
Kita mengenal apa yang disebut hukum sebab dan akibat. Suatu hukum yang berlaku bagi siapa saja, hukum karma, orang akan menuai apa yang telah ditaburnya. Demikianlah ketika hukuman diberlakukan kepada seseorang atas kejahatan yang dilakukannya. Di sini hukum dapat dimaknai sebagai sebuah pembalasan atas sebuah kejahatan dan menunjukkan bahwa perbuatan jahat sama sekali tidaklah dibenarkan. Hukuman yang diberlakukan juga dimaknai sebagai tindakan disiplin yang "memaksa" pelaku kejahatan untuk sadar, meninggalkan kejahatan, dan belajar melakukan apa yang benar.
Kitab Ratapan hari ini berisi tentang ungkapan kesedihan hati seorang yang melihat keadaan bangsanya yang sedang ditimpa hukuman murka Allah. Peratap mengungkapkan dengan jujur bahwa penghukuman Tuhan itu adil dan setimpal dengan kejahatan yang telah dilakukan bangsanya. Meski sangat menyakitkan, ia tetap melihat bahwa penghukuman itu adalah cara Allah mendisiplin umat-Nya agar mereka berbalik kepada-Nya. Peratap percaya bahwa penghukuman itu ada batasnya, akan tiba saatnya Allah memulihkan umat-Nya. Itu sebabnya di tengah-tengah penghukuman itu peratap tetap berharap kepada kasih setia Allah yang menyelamatkan itu.
Di dalam Kristus ada pengharapan dan berharap kepada-Nya tidaklah sia-sia. Hari ini mungkin kita harus menanggung derita akibat dari dosa-dosa kita, itulah keadilan Tuhan. Namun, kita percaya bahwa Allah tetap menyediakan anugerah pengampunan dan pemulihan yang akan diberikan ketika kita mengakui dosa dan berharap kepada kasih setia-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar