RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 18-20
Nas: Kui itu untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. (Amsal 17:3)
Tuhanlah yang Memurnikan
Kui adalah bejana yang mampu bertahan pada suhu yang sangat tinggi dan digunakan sebagai alat untuk melelehkan dan memurnikan emas atau perak. Pemurni logam dengan menggunakan api suhu tinggi akan memanaskan kui, melelehkan logam dan memaksa semua kotoran naik ke permukaan logam untuk dibersihkan sehingga didapatkan logam murni dan lebih berharga.
Seperti itulah cara Tuhan menguji kita untuk mendapatkan kemurnian dan kedewasaan. Memang kita adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17), namun masih ada keinginan daging penuh dosa yang selalu berlawanan dengan keinginan Roh (Gal. 5:17). Keinginan daging penuh dosa inilah yang perlu dimurnikan dengan api oleh Allah, Sang Pemurni. Situasi yang sulit, respons keliru dari orang sekitar kita atau kesulitan lain akibat melakukan kebenaran adalah ibarat api yang dipakai Tuhan untuk memurnikan kita. Jangan lari, kita perlu bertekun dalam proses pemurnian. Proses pemurnian memang sulit dan menyakitkan namun ketika kita bertekun, buahnya adalah kedewasaan dan kesempurnaan (Yak. 1:2-4).
Keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan Roh apakah yang belum kita serahkan kepada Allah untuk dimurnikan? Sesulit atau sesakit apa pun pemurnian itu menghampiri kita, kita tidak boleh mundur atau menghindar dari proses pemurnian yang Allah kerjakan dalam hidup kita. Allah merindukan kehidupan kita semakin dewasa dan sempurna, namun itu menuntut ketekunan dan kesabaran melalui proses pemurnian yang sulit dan mungkin menyakitkan. --AWS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 4:8-17
Bacaan Setahun: Bilangan 21-22
Nas: "Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil berdinding batu. Baiklah kita menaruh di sana sebuah tempat tidur, meja, kursi, dan kandil baginya. Apabila ia datang kepada kita, ia boleh tinggal di sana." (2 Raja-raja 4:10)
Mengalami Kemurahan Hati
Kemurahan hati adalah salah satu karakter yang mudah menular. Mereka yang telah mengalami kemurahan hati orang lain, biasanya akan lebih mudah tergerak untuk bermurah hati. Fakta lainnya, ketika kita mempraktikkan sikap murah hati, kita sendiri juga akan mengalami balasannya, entah saat itu juga ataupun di kesempatan lain. Ini dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5:7, TB "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."
Perempuan Sunem diam-diam mengamati pelayanan Nabi Elisa. Tiap kali Elisa datang ke daerahnya, perempuan ini mengundangnya makan di rumahnya. Lalu, ia dan suaminya sepakat membangun satu kamar khusus beserta perlengkapannya untuk Elisa, agar dapat ia tempati tiap kali melayani ke sana. Di luar dugaannya, keluarga ini akhirnya mendapatkan kemurahan yang tak pernah mereka bayangkan. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki berkat doa sang nabi.
Saya percaya bahwa setiap kita telah menyaksikan atau mengalami kemurahan hati dari begitu banyak orang, termasuk dalam pelayanan di ladang Tuhan. Bahkan menurut data Charities Aid Foundation World Giving Index 2021, Indonesia menempati peringkat satu sebagai negara paling dermawan di dunia. Hebatnya, mereka yang bermurah hati ini tidak melulu orang kaya, melainkan orang-orang sederhana yang rela berbagi di tengah keterbatasan. Tak harus kaya supaya dapat berbagi atau bermurah hati. Justru saat kita rela berbagi, kita akan merasa kaya. Kiranya kita setia mempraktikkannya, agar rantai kemurahan hati ini terus berlanjut dan menjamah hidup banyak orang. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ROMA 3:21-31
Bacaan Setahun: Bilangan 23-25
Nas: Dan oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui penebusan dalam Kristus Yesus. (Roma 3:24)
Peduli Sampah
Berapa banyak sampah kita hasilkan setiap hari? Mengonsumsi berbagai produk membuat kita selalu memproduksi sampah. Padahal, sampah adalah musuh lingkungan. Karena itu, kita harus bisa menjadi konsumen yang bijak: mengurangi pembelian barang yang tak benar-benar diperlukan, menggunakan ulang barang yang masih bisa dipakai, dan mendaur ulang sampah supaya berdaya guna kembali.
Manusia berdosa ibarat sampah, kondisinya fatal. Keadaannya yang bobrok dan dikuasai kerusakan membuatnya tidak lagi berguna. Tidak ada usaha yang dapat dilakukan manusia untuk memulihkan kondisinya. Bahkan melakukan hukum Taurat dengan sempurna pun tidak. Beruntung karena Tuhan adalah Allah yang peduli. Dengan kuasa-Nya diangkat-Nya kita untuk dipulihkan dalam pembenaran melalui iman dalam Yesus Kristus. Menerima Dia, percaya kepada-Nya dan melekat kepada-Nya memungkinkan kita beroleh bagian dalam kebenaran yang ditetapkan Allah.
Mengingat penebusan dalam Yesus Kristus, tidak ada alasan bagi kita untuk memegahkan diri di hadapan Allah. Keselamatan oleh karena iman harus menyadarkan kita akan kegagalan hidup keagamaan kita serta kesia-siaan upaya kita memenuhi hukum Allah. Bukan berarti bahwa kita tidak perlu melakukan hukum Allah. Bahkan orang yang telah dibenarkan Tuhan harus menghidupi hukum kasih yang nilainya jauh melebihi hukum Taurat. Satu hal lagi, iman merupakan kasih karunia yang memiliki ketergantungan, yang mengosongkan diri, menyangkal diri dan menyerahkan semua mahkota di hadapan takhta Allah. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YOHANES 21:18-25
Bacaan Setahun: Bilangan 26-27
Nas: Jawab Yesus, "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tetap hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Namun engkau, ikutlah Aku." (Yohanes 21:22)
Bukan Urusanmu
Kepo adalah rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Kata ini cenderung bermakna negatif. Bersinonim dengan kata reseh, usil, dan suka ikut campur. Sifat kepo sebenarnya bukan menunjukkan kepedulian, melainkan hanya ingin memuaskan rasa penasaran, serta cenderung mengurusi perkara orang lain. Dalam kadar tertentu, pastinya semua orang memiliki sifat ini. Jika tidak dikendalikan, ini dapat mengganggu kenyamanan orang lain, serta menghasilkan hidup yang tidak tertib.
Sikap kepo ini ditunjukkan Petrus ketika Tuhan Yesus memberitahunya bahwa ia akan mengalami penderitaan di masa tuanya serta kematiannya akan memuliakan Allah (ay. 18-19). Yesus baru saja memanggil Petrus untuk kembali mengikuti-Nya pasca-kebangkitan-Nya setelah sebelumnya ia menyangkal Sang Guru. Namun, perhatian Petrus justru teralihkan ketika ia melihat Yohanes. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi dengan Yohanes dan bagaimana ia akan mati. Dengan tegas, Yesus mengatakan bahwa itu bukan urusan Petrus. Jangan kepo! Yesus ingin agar Petrus memfokuskan diri untuk mengikuti Dia. Orang lain punya hidup dan panggilannya sendiri, yang tentunya harus dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan.
Memberikan perhatian kepada orang lain adalah hal yang terpuji, yakni dengan menunjukkan kasih serta kepedulian kita. Namun, bukan hanya sekadar ingin tahu serta menjadi pengganggu. Jangan sampai sifat ini menjadi kebiasaan buruk, yang justru membuat kita melupakan tugas kita untuk melakukan perintah Kristus. Janganlah sikap kepo terhadap urusan orang lain menghalangi kita dalam mengikut Dia. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOSUA 6:1-20
Bacaan Setahun: Bilangan 28-30
Nas: Yosua memberi perintah kepada bangsa itu, "Jangan bersorak dan jangan perdengarkan suaramu, sepatah kata pun jangan keluar dari mulutmu, sampai pada hari aku perintahkan kepadamu: Bersoraklah, barulah kamu bersorak!" (Yosua 6:10)
Mengunci Mulut
Bangsa Israel hendak menduduki kota Yerikho. Upaya tersebut tidak mudah karena pintu gerbang kota itu tertutup. Tuhan memberi Yosua, sang pemimpin, sebuah cara untuk menaklukkan kota Yerikho. Selama enam hari bangsa Israel harus sekali mengelilingi kota itu, dan pada hari ketujuh mereka mengelilingi sebanyak tujuh kali (ay. 3-4). Yosua memberitahukan cara itu kepada bangsa Israel. Menarik Yosua juga memberi perintah agar mereka "mengunci mulut" selagi berkeliling. Sepatah kata tak boleh keluar dari mulut mereka sampai saat Yosua berkata, "Bersoraklah!"
Hal-hal negatif dapat tiba-tiba muncul di pikiran kita. Kita tidak bisa benar-benar menghentikannya. Namun, kita dapat menghalangi pikiran-pikiran itu untuk "hidup". Caranya adalah dengan tidak memperkatakannya. Kebenaran inilah yang disadari oleh Yosua. Itulah mengapa ia memberi perintah agar bangsa itu berdiam. Faktanya, selagi kaki melangkah berjalan berkeliling, mata mereka melihat betapa tinggi dan kokohnya tembok Yerikho. Di pikiran mereka dapat muncul keraguan. Mereka dapat berpikir sia-sia upaya mereka. Tidak mungkin tembok itu runtuh hanya dengan mengelilinginya. Ironis jika keraguan di pikiran sampai mereka ucapkan! Ada kuasa dalam setiap kata yang kita ucapkan (Ams. 18:21). Yosua tidak mau kata-kata keraguan bangsa itu "membatalkan" mukjizat Tuhan yang seharusnya mereka terima.
Belajar dari Yosua, mari berhati-hati ketika berkata-kata. Jika pikiran negatif muncul, jangan sampai kita memperkatakannya. Lebih baik mengunci mulut daripada ceroboh mengumbar perkataan sia-sia. Jika mau berkata-kata, pastikan yang keluar dari mulut kita ialah kata-kata positif dan membangun kehidupan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: AMSAL 29:18-27
Bacaan Setahun: Bilangan 31-32
Nas: Pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya. (Amsal 29:22)
Kendalikan Amarah
Bermula dari pertengkaran yang terjadi di depan sebuah restoran di Spanyol yang sedang mengadakan pesta pernikahan, sebuah mobil kemudian menabrak para tamu undangan sehingga beberapa terluka, bahkan ada yang sampai meninggal. Segera melarikan diri setelah kejadian tersebut, akhirnya pelaku yang merupakan satu keluarga itu berhasil ditangkap oleh polisi. Perselisihan tajam yang berujung kepada maut akibat emosi pelaku yang tidak terkendali.
Kitab Amsal juga mengingatkan kita kalau mereka yang sifatnya pemarah, hidupnya adalah seputar keributan. Bahkan sering kali sampai merugikan orang lain yang tidak terlibat dalam persoalannya. Sebagai orang percaya, hendaknya kita meminta hikmat Tuhan agar kita tidak asal bertindak sampai kehilangan kendali diri yang berujung pada kesalahan fatal yang membuat kekacauan bagi banyak orang, walaupun pada saat itu kita merasa tidak terima atas perlakuan tidak menyenangkan yang orang lain berikan terhadap kita. Sungguh sulit untuk memperbaiki kerusakan dari emosi kita yang tertumpah hanya karena kita ingin buru-buru melampiaskan amarah kita.
Mari kita "pause" sejenak. Memohon petunjuk kepada Tuhan apa yang sebaiknya kita lakukan ketika rasanya kita ingin "meledak", asal menyerang orang lain yang mengesalkan hati kita, sehingga tidak timbul "nyala api" yang semakin sulit dipadamkan dan membawa petaka bagi banyak orang. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar