RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Kejadian 1-3
Nas: ... melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, .... (Filipi 2:7)
Kasih Bukan Kekuasaan
Kita tahu, banyak orang mengidamkan kekuasaan dan menempuh pelbagai cara untuk memilikinya. Tak jarang, kekuasaan dihayati sebagai kekuatan untuk merealisasikan (kadang bahkan memaksakan) keinginan-keinginan. Dengan kekuasaan (politik, ekonomi, teknologi, dll.), orang mau membuat apa yang diingini (kenyamanan, kekayaan, tatanan hidup, dll.) menjadi kenyataan.
Tetapi, mari tengok Filipi 2:5-11. Kristus justru "mengosongkan diri-Nya". Putra Allah itu memiliki segala kuasa, tetapi Dia memilih lahir di kandang hina. Dia Raja Agung Mahamulia, tetapi memilih hidup amat bersahaja. Dia Putra Sang Mahatinggi, tetapi memilih jalan kerendahan. Dia berhak menuntut segala hal dari semua orang, tetapi memilih melayani semua orang. Dia berhak atas segala persembahan dan kurban, tetapi memilih mengurbankan diri bagi dunia.
Anda lihat? Jangankan mengejar kekuasaan. Kristus justru mengosongkan diri, menanggalkan kekuasaan-Nya, demi manusia dan dunia. Karena cinta-Nya, Dia menanggalkan kebesaran-Nya, menjadi bayi kecil, lemah dan miskin. Karena cinta-Nya yang begitu besar, Dia rela menderita bahkan sampai wafat agar manusia dan dunia memiliki keselamatan dan damai.
Karena itulah, Rasul Paulus berpesan agar kita meneladan Kristus (ay. 5), menanggalkan semua hasrat untuk berkuasa, dan menggantinya dengan hasrat untuk mengasihi dan melayani, seperti Kristus. Mengapa? Karena hanya jika hasrat untuk berkuasa digantikan dengan hasrat untuk mengasihi dan melayani, damai punya harapan untuk hadir di bumi. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 6:1-13
Bacaan Setahun: Kejadian 4-7
Nas: "Mengenai rumah yang sedang kaudirikan ini, jika engkau hidup sesuai dengan segala ketetapan-Ku, dan melakukan segala peraturan-Ku, serta memelihara segala perintah-Ku dengan menjalankannya, Aku akan menepati janji-Ku kepadamu yang telah Kufirmankan kepad (1 Raja-raja 6:12)
Yang Utama: Ketaatan
Apa yang kita harapkan ketika tiba-tiba seseorang datang untuk melihat apa yang sedang kita kerjakan? Tentunya kita berharap orang itu memuji cara kerja dan apa yang telah kita kerjakan, bukan? Salomo bisa jadi berharap demikian. Tuhan memercayainya untuk membangun Bait Allah dan Salomo telah memberikan segalanya, yang terbaik, agar bangunan itu berdiri dengan besar, megah, dan indah. Sebagai manusia yang merasa telah memberikan segalanya, wajar jika ia ingin mendengar Tuhan memujinya.
Tetapi itu tidak terjadi. Di tengah-tengah pembangunan yang sedang berlangsung, tiba-tiba firman Tuhan datang dengan pesan yang jauh dari harapannya. Bukan pujian, tetapi peringatan! Ya, tidak ada kata penghargaan atas cara kerja Salomo atau pujian betapa megahnya rumah itu. Sebaliknya, firman Tuhan mengingatkannya agar ia hidup menurut segala ketetapan-Nya, tetap mengikuti perintah-Nya dengan menjalankannya (ay. 12). Nyatalah bahwa kehadiran Tuhan itu tidaklah ada hubungannya dengan usaha keras Salomo dalam membangun rumah itu. Kehadiran-Nya sama sekali tidaklah ditentukan oleh kemegahan bangunan karya manusia.
Acapkali kita mengerjakan sesuatu dengan segala usaha keras dan mengira bahwa kita telah mengutamakan Tuhan. Merenungkan kembali firman Tuhan kepada Salomo, kita disadarkan bahwa apa yang membuat Tuhan berkenan kepada kita bukanlah sebuah karya atau usaha keras yang kita lakukan. Hal terutama yang menyukakan hati-Nya adalah ketika kita taat melakukan segala perintah-Nya dengan menjalankannya. Tunduk dan taat kepada firman Tuhan jauh lebih menyenangkan hati-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MAZMUR 122
Bacaan Setahun: Kejadian 8-11
Nas: Aku bersukacita, ketika dikatakan kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan." (Mazmur 122:1)
Antusiasme dalam Beribadah
Dua minggu tidak bermain basket memunculkan keinginan kuat dalam diri Joni untuk bermain bersama komunitas basketnya. Namun, hari itu tidak ada sepeda motor di rumah, sedangkan jarak dari rumah ke lapangan basket hampir 1, 5 kilometer. Tak kurang akal, Joni pun mengontak salah satu teman agar menunggu di dekat jalan besar yang berjarak hampir 1 kilometer dari rumahnya. Joni merasa tak enak kalau harus merepotkan, misalnya dengan meminta agar temannya itu menjemput ke rumahnya. "Nggak apa-apa, sekalian pemanasan sambil lari-lari kecil, " ujar Joni saat temannya bertanya.
Antusiasme. Itulah yang terlihat dalam diri Joni. Seandainya tak mendapatkan boncengan, rasanya Joni siap untuk berlari ke lapangan. Semangat tinggi seperti ini lazim ditunjukkan oleh mereka yang memiliki kerinduan kuat, baik terkait hobi maupun kesenangan lainnya. Hari ini kita merenungkan ungkapan Pemazmur mengenai kerinduan dan sukacitanya ketika orang mengajaknya pergi ke rumah Tuhan. Orang yang sama pernah berkata bahwa lebih baik satu hari di pelataran Rumah Allah daripada seribu hari di tempat lain (Mzm. 84:11). Ya, bagi Daud, kesempatan beribadah memberinya sukacita besar!
Antusiasme dan sukacita akan menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu melebihi orang lain, termasuk dalam beribadah. Mari periksa sejenak kadar antusiasme kita belakangan ini. Masihkah ada kerinduan kuat sehingga kita menanti-nantikan saat beribadah karena di sana kita akan "berjumpa" dengan Allah, untuk menjadi pribadi yang lebih baik? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YOSUA 5:1-12
Bacaan Setahun: Kejadian 12-15
Nas: Lalu manna berhenti turun pada hari itu ketika mereka makan hasil bumi dari negeri itu.Tidak ada lagi manna bagi orang Israel.Pada tahun itu mereka makan hasil bumi Kanaan. (Yosua 5:12)
Saat Manna Berhenti
Berapakah jumlah orang Israel ketika mereka meninggalkan perbudakan Mesir? Kitab Keluaran mencatat jumlahnya sekitar 600 ribu laki-laki dewasa. Itu belum termasuk anak-anak, remaja, dan perempuan, serta banyak orang dari berbagai bangsa yang menggabungkan diri dengan mereka (Kel. 12:37-38). Para ahli memperkirakan totalnya ialah sekitar 2 atau 2, 5 juta orang. Pertanyaannya, bagaimana cara mencukupi kebutuhan orang sebanyak itu dalam pengembaraan selama 40 tahun di padang gurun?
Jawabnya ialah mukjizat. Allah menyediakan mereka manna. Roti dari surga, roti malaikat (Kel. 16; Mzm. 78:25). Bentuknya tipis seperti sisik, halus seperti embun beku, berwarna putih seperti biji ketumbar, rasanya seperti rasa kue madu. Dapat diolah dengan cara dimasak atau dibakar. Ketika umat Israel tiba di tanah Kanaan, waktunya bertepatan dengan Paskah, yakni peringatan kelepasan dari Mesir. Esoknya, setelah mereka memakan hasil Tanah Perjanjian itu, Allah berhenti menurunkan manna buat mereka. Kini Allah memelihara mereka dengan hasil negeri Kanaan yang melimpah dengan susu dan madu, seperti yang telah Dia janjikan.
Pemeliharaan Allah atas umat-Nya memang hadir dalam beragam cara: melalui hasil usaha dan pekerjaan kita, melalui keluarga serta kemurahan hati orang-orang di sekitar kita, bahkan melalui mukjizat-Nya. Dia menyediakan serta mencukupkan keperluan kita. Karenanya, patutlah kita senantiasa menyadari serta mensyukuri berkat-berkat-Nya. Manna memang berhenti, tetapi penyertaan dan pemeliharaan-Nya atas umat-Nya tetap ada sampai selamanya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 TESALONIKA 5:1-11
Bacaan Setahun: Kejadian 16-18
Nas: Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. (1 Tesalonika 5:6)
Bunyi Alarm
Mendengar bunyi alarm di pagi hari adalah hal yang dibenci sebagian anak. Mengapa? Karena mereka harus segera bangun. Jika tidak, banyak akibat buruk siap menyambut. Tergesa-gesa dalam bersiap ke sekolah, mendapat omelan orang tua, terlambat ke sekolah sampai mendapat hukuman guru. Karena itu, sekalipun menyebalkan, bunyi alarm harus segera ditanggapi. Bukan dimatikan untuk kemudian melanjutkan tidur lagi.
Tuhan berharap hamba-hamba-Nya siap sedia kapan pun Dia datang. Untuk itulah Tuhan membunyikan alarm-Nya melalui firman, supaya kita terjaga. Dengan demikian, berita kebenaran firman mestinya menggugah kita untuk memiliki iman yang hidup, menolak ketidakbenaran dan memiliki hati yang siap melayani. Ini sangat penting mengingat kedatangan-Nya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kita harus waspada, alih-alih menjadi lengah dengan merasa aman. Apalagi bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan peringatan yang sudah Tuhan berikan. Jangan sampai waktu kedatangan-Nya menjadi saat yang tidak kita sangkakan, di mana kita berada dalam kondisi tidak siaga menyambut kedatangan-Nya.
Apakah kita masih "bermalas-malasan" dan memilih "melanjutkan tidur" alih-alih segera terjaga? Sadarilah bahwa tanggung jawab kita sebagai anak-anak-Nya adalah selalu siap dan taat secara rohani! Menjadikan Tuhan sebagai harta terbesar kita, serta menyatakannya dengan senantiasa terikat erat dengan-Nya. Pun menjadikan kedatangan-Nya sebagai satu-satunya kerinduan serta pengharapan kita. Karena itu, teruslah terjaga! --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: AMSAL 24:30-34
Bacaan Setahun: Kejadian 19-21
Nas: Aku memandang dan memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. (Amsal 24:32)
Tilik
Tilik, dalam bahasa Jawa, berarti menengok, membesuk, menjenguk untuk mengungkapkan kepedulian. Biasanya yang ditengok adalah orang sakit, seperti tergambar dalam film pendek Tilik yang viral kala itu. Namun, ketika dikembangkan jadi Tilik the Series, fokusnya bukan lagi pada tilik orang sakit. "Nah, tilik yang dimaksud sekarang ini juga melihat lebih dekat kehidupan .... Tidak hanya untuk menilik orangnya, tetapi membaca situasi lebih besarnya, " kata Siti Fauziah, pemeran Bu Tejo. Penjelasan ini mirip dengan pengertian tilik dalam KBBI V, yaitu "penglihatan yang teliti (terutama penglihatan dengan mata batin)".
Salomo seorang penilik yang baik. Saat melewati ladang dan kebun anggur, ia tidak hanya numpang lewat. Ia meluangkan waktu untuk memandang dan memperhatikannya secara teliti. Perhatikan bagaimana ia menggambarkannya secara detail: "... semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan semak duri, dan temboknya sudah roboh" (ay. 31). Ia melihat dengan rasa ingin tahu yang besar, dengan rasa peduli, dengan hati yang terbuka untuk belajar. Hasilnya? Ia memetik pelajaran tentang sifat dan keadaan orang yang malas dan tidak berakal budi. Tilikannya menjadi butiran hikmat dan peringatan yang masih disimak orang sampai sekarang.
"Setiap kali Anda melihat dunia dan orang-orang di dalamnya secara cermat, hal itu mengubah Anda, " kata Kate DiCamillo, seorang penulis cerita anak. Adakah kita mengembangkan kecakapan menilik ini dengan baik? --ARS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar