RENUNGAN HARIAN
Bacaan: KELUARAN 17:1-7
Bacaan Setahun: Markus 8-9
Nas: Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?" (Keluaran 17:7)
Apakah Tuhan Ada?
Tak kunjung menemukan jalan keluar sering kali membuat saya menggerutu di tengah pergumulan. Namun akhirnya, Tuhan selalu menolong dengan solusi yang tak pernah terpikirkan. Tidak hanya sekali, melainkan beberapa kali. Malu rasanya setiap kali teringat akan sikap saya yang meragukan Tuhan di tengah pergumulan itu. Betapa bebal hati saya, betapa tipis iman saya.
Bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa dan Tuhan karena di Rafidim mereka tidak menemukan air. Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi sejak Israel keluar dari Mesir. Israel pernah mengeluh ketika dikejar tentara Mesir, air pahit di Mara, serta meminta daging dan roti di padang gurun Sin. Sesungguhnya, Israel telah berkali-kali melihat pertolongan Tuhan yang luar biasa. Laut Teberau yang terbelah sehingga dapat mereka seberangi, air pahit yang berubah menjadi manis, pemeliharaan melalui manna dan burung puyuh, serta tiang awan dan tiang api. Mungkinkah dalam kurun waktu tiga bulan Israel telah melupakan pertolongan Tuhan itu? Entah. Faktanya, Israel menyalahkan Musa yang membawa mereka keluar dari Mesir. Parahnya lagi, mereka mempertanyakan keberadaan Tuhan (ay. 7).
Pergumulan berat mungkin membuat pikiran kita buntu. Tidak hanya kehilangan sukacita dan pengharapan, kita bahkan dibuat kehilangan iman kepada Tuhan. Baiklah kita mengingat kembali penyertaan dan pertolongan Tuhan yang pernah kita terima di masa lalu. Kuasa-Nya yang tak terselami senantiasa sanggup menolong menurut cara-Nya, tepat pada waktu-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KISAH PARA RASUL 10:1-36
Bacaan Setahun: Markus 10-11
Nas: Ia berkata kepada mereka, "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul atau berkunjung kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku bahwa aku tidak boleh menyebut seorang pun najis atau haram." (Kisah Para Rasul 10:28)
Etnosentris
Merasa bangga terhadap nilai-nilai atau tradisi kebudayaan sendiri adalah hal yang wajar. Namun jika menganggap hanya sukunyalah yang baik, sedangkan budaya orang lain dianggap rendah atau hina, maka itu adalah masalah serius. Ini yang disebut etnosentrisme. Kita mengukur segala sesuatu berdasarkan sudut pandang suku kita sendiri. Akibatnya, kita menjadi picik dan merasa benar sendiri.
Sejak awal, Alkitab menekankan agar umat Allah peduli terhadap orang-orang asing. Juga bersikap ramah sebagai bagian dari kesaksian iman mereka. Bahkan Bait Allah dirancang dengan pelataran khusus bagi orang-orang asing untuk berdoa (2Taw. 6:32) sehingga disebut rumah doa bagi segala bangsa (Yes. 56:7; Mrk. 11:17). Namun seiring waktu, bangsa Israel menjadi begitu eksklusif. Merasa diri paling hebat sebagai umat pilihan Tuhan. Padahal mereka sendiri tidak hidup menaati Allah.
Contoh pembatasan yang dilakukan bangsa Israel ialah tidak bergaul dengan orang bukan Israel. Tidak boleh masuk ke rumah mereka, apalagi makan bersama. Mereka memahami larangan-larangan Taurat secara kaku dan sempit. Tradisi itulah yang juga dipegang oleh Simon Petrus. Maka Allah berulang kali memberinya penglihatan agar ia mengerti bahwa Allah mengasihi semua bangsa. Dia ingin mereka mengenal dan menaati-Nya. Allah mengutus Petrus untuk mengabarkan Injil keselamatan kepada Kornelius dan orang bukan Yahudi lainnya. Syukurnya, Petrus bersedia menaati Tuhan. Kiranya kita juga rela membuang sikap etnosentris, serta bersedia membangun relasi yang dilandasi kasih Allah, agar dapat berbagi berita Injil kepada sesama. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: AMSAL 24:15-18
Bacaan Setahun: Markus 12-13
Nas: Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. (Amsal 24:16)
Mentalitas Pemenang
Michael Jordan, sosok legenda basket dunia, pernah berkata bahwa dalam sepanjang kariernya, cukup banyak tembakan ke ring basket lawan yang gagal. "Saya juga pernah gagal dalam beberapa kesempatan untuk mencetak poin penentu kemenangan, tetapi saya tidak pernah berhenti mencoba, " aku Jordan dalam suatu kesempatan. Semangat dan keyakinan inilah yang lantas membawa Jordan beberapa kali mencetak poin penentu kemenangan, bahkan membuat timnya memenangkan kejuaraan bola basket NBA.
Entah bagaimana mulanya, orang yang sukses sering kali dianggap tidak pernah gagal. Padahal, sejatinya tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa pernah melewati ujian kegagalan. Kemenangan besar yang pernah tercatat dalam dunia olah raga, juga tak lepas dari kegagalan atau kekalahan. Ya, menang dan gagal sebenarnya adalah perkara yang biasa dalam siklus kehidupan manusia. Hal yang membedakan adalah mentalitas yang membuat seseorang atau suatu tim bangkit setelah kalah, lalu berjuang lagi sampai memenangkan pertandingan.
Nas renungan hari ini juga berbicara mengenai mentalitas pemenang. Tujuh kegagalan atau kejatuhan boleh saja terjadi, tetapi setiap kejatuhan akan direspons dengan semangat untuk bangkit dan kembali berjuang. Mentalitas seperti inilah yang kini dibutuhkan dalam menjalani kehidupan yang dipenuhi oleh banyak tantangan ini. Kekuatan yang Allah berikan pun akan semakin terasa manis ketika berjumpa dengan orang percaya dengan mentalitas pemenang dalam dirinya. Adakah mentalitas pemenang dalam diri kita? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: HAKIM-HAKIM 4
Bacaan Setahun: Markus 14-16
Nas: Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju." (Hakim-hakim 4:8)
Iman Barak
Bagi seorang anak kecil, kehadiran orang tua sangatlah penting. Ketika seorang anak kecil diminta untuk melakukan sesuatu misalnya, ia akan dengan senang hati mengerjakannya saat orang tua ada di dekatnya. Baginya, orang tua tidak sekadar memberi semangat, tetapi juga rasa aman karena ia tahu bahwa orang tuanya akan siap membantunya. Anak-anak itu bukanlah penakut, mereka hanya butuh dukungan dan diyakinkan. Seiring pertumbuhannya, kepercayaan diri pun akan terbangun.
Alih-alih dipuji, sosok Barak kerap kali dianggap penakut. Tetapi kitab Ibrani menulis namanya sebagai tokoh iman. Barak tetaplah seorang pahlawan yang dipakai Allah untuk menumpas Kanaan. Melalui Debora, Barak sesungguhnya telah ditetapkan Allah untuk menumpas Sisera dan kerajaannya. Barak menangkap pesan itu walau ia hanya mau maju jika Debora turut maju dalam peperangan. Dan pada hari itu Allah memberikan kemenangan kepada Barak meski ia tidak menerima kehormatan. Bukankah respons Barak sungguh mengingatkan kita pada sosok anak-anak yang mau maju jika ditemani orang tuanya? Barak bukanlah penakut, ia hanya membutuhkan dukungan orang lain agar imannya semakin bertumbuh.
Pengalaman Barak mengingatkan kita bahwa untuk bertumbuh dalam iman, kita tetap membutuhkan dukungan dari saudara seiman. Ketika menjumpai saudara seiman yang ragu akan janji Tuhan, kehadiran kita sejatinya dapat menjadi pendukung untuk menguatkan imannya. Bukankah sebagai anggota tubuh Kristus seyogyanya kita berfungsi demikian? Bukan mencemooh, tetapi saling mendukung dan menguatkan agar iman makin bertumbuh. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: HAKIM-HAKIM 14:1-4
Bacaan Setahun: Lukas 1
Nas: Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." (Hakim-hakim 14:3)
Jangan Tergantung Aku
Simson tahu bahwa dirinya adalah seorang nazir Allah. Ia telah dipilih untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan musuh mereka. Namun, ia tidak hidup menurut hukum-hukum Allah. Suatu kali ia melihat seorang gadis Filistin, lalu meminta ayahnya meminang gadis itu untuk menjadi istrinya. Ketika sang ayah memperingatkannya untuk tidak mengawini perempuan yang tidak mengenal Allah, Simson bersikeras. Alasannya, karena ia menyukainya. Ia tahu keinginan itu bertentangan dengan kehendak Allah. Ia juga mendapatkan peringatan dari orang tuanya. Namun ia mantap dan bulat hati dengan keputusannya. Semata-mata karena ia menyukainya.
Apa yang menjadi pertimbangan bagi kita saat mengambil keputusan? Apakah kita memikirkan keselarasannya dengan kehendak Allah? Ataukah kita hanya peduli dengan selera atau kemauan sendiri? Atau tergantung pendapat orang lain? Apa pun yang menjadi pertimbangan kita, setiap keputusan memiliki konsekuensi. Pilihan-pilihan yang keliru pastinya membuat kita menjauh dari Tuhan.
Kabar baiknya ialah, sekalipun kita mengambil keputusan yang salah, yang lahir dari sikap egois alias hanya memikirkan diri sendiri, Allah tidak membiarkan kita tenggelam dalam lumpur dosa dan derita. Dia tetap mengasihi kita. Dia ingin kita bertobat dan kembali kepada rancangan dan ketetapan-Nya. Pilihan Simson yang egois itu bahkan Tuhan gunakan untuk menjadi alat penyelamatan bangsa Israel. Jika ketidaktaatan kita saja dapat dipakai-Nya untuk menggenapi rencana-Nya, bayangkanlah hebatnya karya-karya-Nya melalui hidup kita saat menaati serta mengandalkan Dia. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MAZMUR 145
Bacaan Setahun: Lukas 2-3
Nas: TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. (Mazmur 145:18)
Tuhan yang Dekat
Seorang anak kecil untuk pertama kalinya ikut outbond bersama guru dan teman-temannya. Mendadak wajahnya berubah menjadi sangat ketakutan saat sang guru mengatakan bahwa sebentar lagi mereka akan melewati sebuah sungai dengan arus yang cukup deras. Ketika tiba gilirannya, sang guru meyakinkannya, "Tenang saja, kamu pasti bisa." Langkah kaki anak itu makin dekat ke arah sungai hingga akhirnya diketahuinya bahwa di sungai itu ternyata terbentang sebuah jembatan kayu agar orang-orang dapat melewati sungai itu dengan mudah. Mata anak itu pun berbinar-binar, ketakutannya pun sirna.
Pemazmur mengungkapkan pengalamannya saat dibawa Tuhan kepada berbagai situasi. Bukan situasi dengan perjalanan yang aman, tetapi perjalanan yang penuh riak-riak menakutkan. Tetapi setiap kali menghadapi perjalanan yang mencekam itu, pemazmur belajar bahwa Tuhan tidak pernah sekali pun meninggalkannya. Ia percaya akan pemeliharaan Tuhan dan selalu menyediakan pertolongan di saat ia harus melewati perjalanan yang berat. Keyakinannya akan kemurahan Tuhan itu membawa kita untuk tetap percaya bahwa Tuhan itu dekat kepada setiap orang yang berseru kepada-Nya dan yang takut akan Dia.
Hidup kita di dunia ini banyak diliputi ketakutan. Perjalanan hidup tidak selalu mudah, di hadapan kita terbentang sungai dan arus pencobaan yang begitu menakutkan. Namun, Tuhan ingin kita melangkah dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa Ia tidak membiarkan kita sebab Ia telah memasang jembatan di sepanjang sungai itu untuk kaki kita melangkah. Karena Ia selalu dekat dengan orang-orang yang berseru-seru kepada-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar