RENUNGAN EDISI 30 JANUARI 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 29 Januari 2022

RENUNGAN EDISI 30 JANUARI 2022

RENUNGAN HARIAN

 RENUNGAN SENIN

Bacaan: KISAH PARA RASUL 27:1-26

Bacaan Setahun: Keluaran 35-37

Nas: Tetapi perwira itu lebih percaya kepada juru mudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus. (Kisah Para Rasul 27:11)


Melebihi Sang Ahli

Untuk mendapat resep masakan lezat, kita pasti memintanya dari seorang koki ahli, bukannya montir. Begitu pula ketika kita sakit, kita tidak pergi ke kantor pengacara, melainkan ke rumah sakit. Seperti itulah kira-kira gambaran mengapa sang perwira lebih mempercayai arahan juru mudi dan nakhoda dibanding perkataan Paulus (ay. 9-11). Mungkin pikir perwira itu: "Bagaimana seorang tahanan bisa lebih tahu dari para ahli kapal?" Hasilnya, kapal mereka kemudian digoncang angin badai dan terombang-ambing sekian lama di lautan (ay. 14-15)!

Satu informasi yang tidak diketahui atau mungkin dilupakan oleh perwira itu adalah mengenai status Paulus yang bukan sebagai tahanan biasa, melainkan tahanan oleh Injil Kristus. Sekalipun di dunia nyata Paulus tidak mempunyai "ijazah" di bidang perkapalan dan kelautan, ia ada bersama Allah Sang Mahatahu. Rupanya, Roh Allah sendiri berbicara kepada Paulus dan memberitahukan kepadanya segala kejadian yang menimpa mereka di depan, yang luput dari prediksi para ahli di tempat itu.

Pekerjaan Allah di dalam diri manusia tidak dapat dibatasi oleh latar belakang pendidikan atau keahlian mereka. Faktanya, apa yang bodoh bagi dunia, dapat dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1Kor. 1:27). Mengetahui kenyataan demikian, bukan berarti kita lalu malas menuntut ilmu dan enggan mengembangkan kemampuan. Sebaliknya, yakinlah bahwa Allah sanggup melakukan berbagai perkara luar biasa di dalam diri kita, melebihi batas kemampuan dan keahlian kita. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
ILMU PENGETAHUAN ADA PADA ORANG-ORANG YANG PANDAI, TETAPI
KEBIJAKSANAAN MELEKAT PADA SETIAP ORANG YANG DEKAT DENGAN ALLAH


RENUNGAN SELASA

 Bacaan: HABAKUK 3

Bacaan Setahun: Keluaran 32-34

Nas: Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersora (Habakuk 3:17-18)


Falsafah Petani

Berbagi kepada tetangga adalah ciri khas petani tradisional di daerah asal saya setiap kali mereka panen sesuatu (sayur, buah, cabai, dll.). Supaya tetangga mencicipi katanya. Sekalipun hasil panen mereka kurang baik (tidak balik modal) mereka tetap berbagi. Mereka juga tak pernah berhenti berjuang. Sekalipun gagal panen, mereka selalu bersemangat memulai masa tanam baru. Mereka selalu berpengharapan, bahkan ketika modal harus didapatkan dengan menjual sebagian aset sekalipun.

Falsafah serupa dihidupi oleh Nabi Habakuk. Meskipun pada masa itu keadilan muncul terbalik, Israel yang disebut-sebut sebagai bangsa pilihan harus mengalami pembuangan di Babel, ditindas oleh orang Kasdim, namun melalui doanya Habakuk menyatakan tekadnya untuk senantiasa bersukacita di dalam Tuhan. Ia tetap percaya bahwa Allah akan tetap menjadi Juru Selamat dan sumber kekuatan yang tak ada putusnya. Habakuk percaya pada pengharapan akan datangnya pemulihan bagi orang yang hidup oleh iman kepada Allah.

Iman sejati tidak akan pernah kehilangan asa. Kesulitan hidup bukan alasan kita kehilangan sukacita. Saat kita ragu akan keadilan dan kasih Allah, kita dapat bersikap seperti Habakuk yang mengingat kembali tindakan Allah pada masa lalu, akan penyertaan dan pertolongan-Nya yang diberikan tepat pada waktu-Nya. Habakuk merasakan kehadiran Allah mengubah sejarah, bahkan membuatnya menyadari bahwa ia harus bergantung bukan pada kondisi atau tanda-tanda yang tampak melainkan hanya kepada Allah yang mengatur menurut kuasa kedaulatan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
ORANG BERIMAN TETAP BERPENGHARAPAN. SENANTIASA BERSUKACITA
MENANTIKAN PERTOLONGAN-NYA DI MASA KESUKARAN


RENUNGAN RABU

                                                                Bacaan: FILIPI 3:2-16

Bacaan Setahun: Keluaran 29-31

Nas: ... dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak mengandalkan hal-hal lahiriah. (Filipi 3:3)


Tidak Perlu CV         

Sewaktu melamar pekerjaan, seseorang pasti menyerahkan Curriculum Vitae (CV) ke perusahaan. CV tersebut berisi biodata diri, latar belakang pendidikan, dan pengalaman pekerjaan. Bukan rahasia lagi apabila perusahaan cenderung mempertimbangkan pelamar dengan latar pendidikan yang baik dan pengalaman kerja yang mumpuni.

Beruntung, untuk bekerja di ladang Tuhan, kita tidak perlu menyerahkan CV! Faktanya, Tuhan tidak ambil pusing terhadap setiap kelemahan kita ataupun tertarik pada semua keunggulan kita! Hal-hal lahiriah yang melekat dalam diri kita bukanlah tolok ukur yang dipakai Allah (ay. 3). Menariknya, dibandingkan pengenalan akan Kristus, Paulus bahkan mengibaratkan hal-hal lahiriah miliknya yang luar biasa di mata bangsanya, hanya sebagai sampah (ay. 8)!

Seberapa buruk latar belakang masa lalu kita, Tuhan tetap mampu mengubahkan dan lalu memakai kehidupan kita bagi kemuliaan-Nya. Perhatikan bahwa Gideon yang awalnya pengecut diubahkan menjadi pahlawan gagah perkasa. Musa yang sebelumnya terus menolak panggilan Tuhan berubah menjadi pemimpin panutan. Dan lagi, Paulus yang memulai kariernya sebagai penganiaya jemaat berakhir sebagai pemberita Injil yang radikal.

Apa yang terpenting bukan bagaimana kita memulai masa lalu, tetapi bagaimana kita mengakhiri kehidupan ini. Tidak perlu berkecil hati apabila kita memiliki latar belakang kehidupan yang buruk. Jangan pula bermegah pada apa pun keunggulan diri. Inilah yang perlu kita lakukan: "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku." --LIN/www.renunganharian.net

* * *
APA YANG TERPENTING BUKAN BAGAIMANA KITA MEMULAI
(MASA LALU KITA), TETAPI BAGAIMANA KITA MENGAKHIRI


RENUNGAN KAMIS

Bacaan: YESAYA 8:1-10

Bacaan Setahun: Keluaran 26-28

Nas: "Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya." (Yesaya 8:6)


Menolak Air Syiloah

Ahas, raja Yehuda, merasa sangat takut. Raja Aram dan raja Israel telah bersatu untuk memerangi Yerusalem. Dua kerajaan besar lainnya, Mesir dan Asyur juga menjadi ancaman bagi Yehuda. Saat itulah Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepadanya, agar ia mengandalkan Tuhan. Namun Ahas memilih untuk mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengabaikan firman Tuhan. Ia lebih memilih percaya kepada para berhalanya, bahkan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api. Ia pun mengikat perjanjian dengan raja Asyur. Ia rela membayar upeti dan tunduk kepada Asyur, asalkan Yehuda diselamatkan dari tangan raja Aram dan Israel (lih. 2Raj. 16).

Melalui Yesaya, Tuhan menggambarkan sikap Raja Ahas itu sebagai tindakan menolak air Syiloah yang mengalir lamban. Syiloah (namanya dalam bahasa Ibrani, dalam bahasa Yunani disebut "Siloam") adalah kolam di Yerusalem yang menjadi sumber air suci yang digunakan untuk berbagai upacara di Bait Allah. Sebaliknya, Ahas memilih air sungai Efrat yang kuat dan besar, sebagai gambaran Asyur.

Ahas beranggapan bahwa hikmat dan kuasa manusia lebih hebat dari kuasa Allah. Ia mengira Asyur akan menjadi penyelamatnya. Padahal nantinya, Asyur sendiri menjadi ancaman baginya, serupa sungai besar yang meluap dan menenggelamkan mereka (ay. 7-8). Ahas memilih mengandalkan hikmat manusia, dan ia berakhir dengan kegagalan. Kiranya kita dapat memetik pelajaran dari kesalahannya. --HT/www.renunganharian.net

* * *
SEKALIPUN HIKMAT MANUSIA TERLIHAT HEBAT DAN MEYAKINKAN,
NAMUN HANYA AKAN BERAKHIR PADA KEKACAUAN DAN KEGAGALAN


RENUNGAN JUMAT

Bacaan: LUKAS 18:9-14

Bacaan Setahun: Keluaran 23-25

Nas: "Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini." (Lukas 18:11)


Ah, Sempat-sempatnya!

Bunda Teresa pernah berkata, "Sehari yang kita lalui tanpa berbuat baik kepada sesama adalah hari yang tak layak untuk dihidupi." Ya, berbuat baik adalah salah satu kebajikan dan keluhuran yang utama dalam hidup manusia. Semua agama mengajarkannya. Semua pendidik menganjurkannya. Orang tua yang sehat menasihatkan kepada anak-anaknya. Bahkan hati nurani kebanyakan orang membisikkan pesannya.

Sebenarnya kaum Farisi adalah orang-orang yang tahu berbuat baik. Sangat tahu. Bahkan mereka melakukan kewajiban-kewajiban agama dengan rajin. Masalahnya, mereka melakukan kebaikan itu sambil menikmati kenyataan bahwa orang lain tidak melakukannya, atau, setidaknya, tidak melakukannya sebaik (menurut anggapan) mereka. Itulah yang di mata Tuhan Yesus merupakan kekeliruan besar!-sebagaimana tecermin dalam perumpamaan yang diceritakan-Nya. Lihatlah, sementara menghadap Tuhan pun si Farisi ini masih sempat menengok ke arah seorang pemungut cukai, lalu menonjolkan kebaikannya dibanding orang itu (ay. 11). Ah, sempat-sempatnya!

Seorang teman pernah berkelakar begini, "Orang pasti senang mendengar Anda berbuat baik, sepanjang itu tak melebihi dirinya." Dunia ini memang aneh. Berbuat baik pun dijadikan ajang pembuktian siapa yang lebih baik. Malahan ada yang berbuat baik dengan diiringi nafsu untuk membuat orang lain tampak jelek. Padahal Tuhan tak pernah memaksudkannya begitu. Berbuat baik yang sejati tak memerlukan pembenaran dari keburukan orang lain. Berbuat baik, titik. Tuhan melihatnya. Sesama merasakannya. --PAD/www.renunganharian.net

* * *
APALAH ARTINYA PERBUATAN BAIK APABILA DILAKUKAN
DENGAN MENERTAWAKAN KEBURUKAN SESAMA?


RENUNGAN SABTU

Bacaan: KEJADIAN 12:10-20

Bacaan Setahun: Keluaran 20-22

Nas: "Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup." (Kejadian 12:12)


Gelisah karena Berkat

Pada suatu kebaktian di gereja, Bapak Pendeta menunjukkan gambar seorang pria dengan tumpukan uang memenuhi kamarnya. Seorang teman lalu mengatakan, "Betapa bahagianya pria itu!" Tidak disangka, teman lain memberi pendapat yang sungguh berbeda. Ia berkata, "Pria itu mungkin susah tidur karena memikirkan uangnya!"

Mendapat berkat, siapa tidak mau? Faktanya, keberadaan berkat khususnya yang bersifat fisik atau materi, sering kali justru menggelisahkan hati dan pikiran manusia! Mari perhatikan kisah Abram! Abram mempunyai seorang istri cantik bernama Sarai. Amsal 18:22 menyebutkan istri sebagai "sesuatu yang baik", dalam arti adalah berkat. Menariknya, tercatat hati Abram pernah digelisahkan oleh "berkat" itu. Ketika timbul kelaparan dan mereka mengungsi ke Mesir, keberadaan istrinya yang cantik membuat Abram ketakutan dan terancam kematian. Itulah mengapa, Abram meminta Sarai supaya mengaku sebagai saudaranya (ay. 11-13). Apabila Sarai mengatakan dirinya saudara Abram, bukan tidak mungkin dirinya diambil orang lain sebagai istri, termasuk Firaun. Hal ini tentu bertentangan dengan rencana Tuhan yang hendak menjadikan Abram sebagai bangsa yang besar melalui Sarai. Beruntung, Tuhan turun tangan menyelamatkan rumah tangga Abram (ay. 17).

Kehidupan beberapa orang dapat berubah tidak tenang seketika dilimpahi oleh berkat. Hal tersebut terjadi karena mereka kini lebih terfokus kepada berkat, bukan Sang Pemberi Berkat. Tidak perlu gelisah apabila kita diberkati berlimpah-limpah. Sebaliknya, bersyukurlah kepada Tuhan dan yakinlah bahwa berkat disediakan untuk kebahagiaan, bukannya kemalangan! --LIN/www.renunganharian.net

* * *
KETIKA HATI KITA MULAI DIGELISAHKAN OLEH BERKAT, HAL ITU MERUPAKAN TANDA
BAHWA KITA PERLU LEBIH MENDEKATKAN DIRI PADA SANG PEMBERI BERKAT!


"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman